Rahasia Tersembunyi Mendeteksi Mandul

Mandul atau Tidak? Begini Cara Mendeteksinya

Melbourne, Kemandulan bukanlah suatu kondisi kesehatan yang gejalanya dapat dilihat dengan jelas. Ini pun baru terasa bila pasangan tak kunjung berhasil punya anak, meski terus mencoba. Lalu bagaimana cara mendeteksinya?

Dr Shae-Lee McArthur, peneliti dari Departemen Fisiologi, Monash University menerangkan jawabannya bergantung pada usia pasangan itu sendiri. Dan dalam medis, definisi kesuburan difokuskan pada usia si istri.

"Wanita berusia di bawah 35 tahun dikatakan mandul bila tak bisa mengandung dalam kurun 12 bulan setelah melakukan seks tanpa pengaman. Tapi bagi mereka yang usianya di atas 35, limitnya adalah enam bulan," tandasnya seperti dikutip dari ABC Australia.

Dan bila setelah 12 bulan tak kunjung ada tanda-tanda kehamilan, segera konsultasikan dengan dokter kandungan. Dari sini nanti Anda juga bisa memperoleh rujukan ke pakar kesuburan.

Hal pertama yang dilihat dokter adalah riwayat medis pasangan. Untuk sang istri, ini sudah termasuk info tentang kehamilan sebelumnya, keteraturan masa haid, apakah istri pernah mengalami nyeri haid yang parah, nyeri pinggul, terkena infeksi atau dioperasi.

Sedangkan pertanyaan yang diajukan dokter kepada para suami berkisar pada informasi apakah mereka pernah punya anak sebelumnya, riwayat cedera testis atau gangguan perkembangan, riwayat infeksi atau menjalani operasi, dan kemungkinan si suami terpapar faktor lingkungan tertentu atau tidak.

"Kemudian dokter akan meminta pasangan untuk menjalani serangkaian tes, yang hasilnya dapat memberikan petunjuk kemandulan seperti apa yang dialami pasangan, termasuk menjadi pegangan untuk menentukan pengobatan yang tepat bagi keduanya," sambung McArthur.

Beberapa tes fisik yang perlu dijalani pasangan yang 'diduga' mandul ini antara lain:


1. Tes darah
Ini untuk memastikan apakah kondisi hormon pasangan berkaitan dengan peluang kemandulan mereka.

Selain itu dokter akan melakukan tes lain seperti mengecek adanya virus rubella dalam tubuh pasangan, tes golongan darah, tes antibodi sperma dan tes untuk mengetahui apakah pasangan mengidap infeksi menular seksual seperti HIV, hepatitis B dan C atau tidak.

2. Ultrasound
Dokter butuh melakukan pemeriksaan ini untuk mengetahui kondisi ovarium dan rahim pasien. Aspek lain yang diamati adalah produksi sel telur, ketebalan lapisan rahim (bila tipis ada indikasi si pasien mengalami gangguan hormon), ada tidaknya fibroid atau polip pada rahim, dan gejala endometriosis atau kista ovarium di dalam tubuh pasien.

Pada kasus tertentu, dokter dapat melaksanakan laparoskopi untuk mengidentifikasi apakah pasien terserang endometriosis (jaringan endometrium dalam rahim tumbuh di tempat lain dalam tubuh) ataupun penyumbatan tuba falopi.

3. Analisis sperma
Para suami kemudian diminta mengumpulkan sampel cairan semennya agar dokter dapat memeriksa jumlah dan kemampuan berenang (motilitas) dari sperma yang mereka hasilkan dan ada tidaknya antibodi dalam sperma mereka.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :