Sering Berlari Ketika Muda Sebabkan Masalah Lutut? Ini Jawabannya
Jakarta, Berlari memang salah satu olahraga paling murah dan paling mudah yang dapat dilakukan seseorang. Namun tidak semua orang senang berlari. Salah satu sebab orang mala melakukan olahraga berlari adalah adanya risiko mengalami masalah di lutut atau persendian kaki lainnya ketika sudah berusia lanjut.
"Ketika berlari, daerah lutut dan kaki akan terbebani oleh 5-12 kali berat badan Anda. Tentunya lebih besar dibandingkan ketika berjalan yang hanya membebani 2-3 kali berat badan pada lutut," ujar Ross Miller, Ph.D, ahli kesehatan olahraga asal Kanada.
Beban yang didera lutut memang lebih besar ketika berlari, namun hal itu juga dipengaruhi oleh jarak dan kecepatan ketika berlari. Salah satu bahaya yang mengintai jika berlari terus menerus adalah sendi lutut mengalami osteoarthritis, atau yang dikenal dengan artritis degeneratif atau penyakit degeneratif sendi.
Namun Dr Miller menyanggah jika berlari akan meningkatkan risiko osteoarthritis ketika uzur. Penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa beban yang ditanggung lutut ketika berlari dan berjalan ternyata tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan lamanya kaki menginjak tanak ketika berlari dan berjalan.
"Ketika berjalan, kaki menginjak tanah 60 persen dari total waktu yang ditempuh, namun turun menjadi 30 persen ketika berlari. Sehingga meskipun beban yang ditanggung berlari lebih berat, lutut tidak merasakannya dalam waktu yang lebih lama," papar Miller, seperti dikutip dari Men's Health.
Meski begitu, kita tidak boleh sembarangan berlari ketika ingin berolahraga. Dikutip dari Times of India, berikut beberapa kesalahan yang terjadi ketika kita berlari:
1. Pola berlari asimetris
Pola asimetris berarti mendarat dengan keras pada salah satu sisi tubuh saja. Ini merupakan salah satu hal pertama yang perlu disadari. Perbedaan ini bisa diketahui dengan mendengarkan suara berlari. Suara dapat memberitahu apakah cara berlari sudah simetris atau belum. Jika kaki Anda mendarat lebih keras di sisi kanan, atau sebaliknya, ini bisa menyebabkan cedera pada kaki.
2. Posisi lutut yang salah
Banyak orang sering menghadapi masalah cedera lutut ketika berlari. Hal ini disebabkan oleh lemahnya otot-otot gluteus. Perlu diingat bahwa ketika berlari, posisi lutut harus setara dengan pinggul. Jika otot-otot pinggul lemah dan tidak mendukung berat badan, maka akan bertumpu pada lutut dan menyebabkan lutut tertekan. Untuk memperbaiki ini, Anda perlu melakukan latihan untuk membangun otot pinggul.
3. Tidak mengenali pola berlari
Pelari biasanya memiliki 2 pola, yaitu rear-foot runner (dengan kaki bagian belakang) dan fore-foot runner (dengan kaki bagian depan). Rear-foot runner menjatuhkan lebih keras pada bagian belakang kaki, sementara fore-foot runner menjatuhkan lebih keras pada bagian depan kaki.
Masalah pada bagian depan atau belakang kaki adalah bahwa mayoritas orang tidak memiliki kaki cukup kuat untuk mendukung berat badannya. Jadi jika berencana untuk mengubah posisi kaki atau berlari tanpa alas kaki, lakukan secara bertahap sehingga Anda dapat meningkatkan kekuatan kaki dan menghindari cedera.
4. Mengayunkan lengan secara berlebihan
Mengayunkan lengan secara berlebihan lengan dapat menyebabkan sakit punggung saat berlari. Gerakan ini dalam jangka panjang dapat berkontribusi memicu cedera dan tekanan pada punggung. Mengayunkan satu lengan jauh ke belakang dari yang lengan yang lain juga bisa menyebabkan nyeri punggung.
5. Memakai jenis sepatu bukan untuk berlari
Memakai sepatu yang tidak sesuai untuk jenis kaki bisa menyebabkan cedera untuk punggung, pinggul dan lutut. Untuk menghindarinya, gunakan sepatu khusus untuk berlari dengan ukuran yang sesuai.
Tetap saja, risiko osteoarthritis tetap mengintai meski kita memlilih berjalan atau berlari. Salah satu penyebab risiko osteoarthritis meningkat adalah kelebihan berat badan atau obesitas.
"Jangan takut berlari meski Anda obese. Berlari secara teratur adalah salah satu cara terbaik untuk menurunkan berat badan," pungkasnya
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment