2 Kota di Indonesia yang Rawan Penipuan Turis
Jakarta - Indonesia mempunyai dua destinasi yang rawan dengan penipuan. Sayangnya, destinasi-destinasi itu justru terkenal dan menjadi favorit kebanyakan wisatawan. Jangan kaget, kedua destinasi itu adalah Yogyakarta dan Bali!
Bali dan Yogya adalah destinasi yang sempurna. Anda bisa bermain di pantai-pantai yang cantik, wisata belanja ke pasar-pasar tradisional, atau menyelami kebudayaan yang unik di Bali dan Yogya. Akan tetapi, Anda harus lebih waspada saat berkunjung ke sana. Sebabnya, kedua tempat itu juga dikenal rawan penipuan.
Dalam situs budget travel yang dikunjung detikTravel, Bali merupakan salah satu dari 10 destinasi populer di dunia yang terkenal rawan penipuan. Beberapa destinasi di Bali yang terdapat monyet-monyet liar, adalah tempat yang rawan oleh penipuan. Mengapa?
Monyet-monyet liar tersebut dikenal gemar mencuri barang-barang wisatawan. Jika barang Anda terambil, maka oknum-oknum tertentu akan datang dan menawarkan jasa pengembalian barang. Ketika barang Anda kembali ke tangan, oknum tersebut pun meminta tip sebagai pembayaran jasa. Inilah jenis penipuan yang merugikan wisatawan di Bali.
Untuk menghindari hal ini, ada baiknya Anda menyimpan dengan tepat barang-barang berharga. Simpanlah gadget di dalam tas yang terkunci dengan rapat, atau peluklah tas Anda dan jangan sampai lepas dari jangkauan.
Beberapa kisah d'traveler yang mengalami penipuan di Bali juga dapat Anda jadikan pelajaran. Seperti pengalaman Desti Fitriani, seorang dosen yang menceritakan kisahnya kepada redaksi detikTravel.
Desti bercerita, suatu waktu dia pergi ke Bali bersama suami dan anak ke Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali. Saat datang ke sana, ada sekelompok pemuda yang menjaga di parkiran dan memaksa sang suami untuk memakai sarung, karena menggunakan celana pendek.
"Suami saya tahu aturannya, maka dia membawa sarung sendiri. Tapi, mereka masih memaksa suami saya untuk memakai sarung dari mereka. Akhirnya kami tolak dengan tegas, karena membawa sarung sendiri," kata Desti.
Desti menambahkan, setelah itu mereka memaksa menjadi pemandu dengan alasan, nanti dapat menggangu orang yang beribadah kalau salah masuk. "Kami sudah tahu aturan dan sopan santun masuk ke pura. Akhirnya mereka minta ongkos pemandu Rp 100.000 untuk jadi pemandu, tapi kita tawar menjadi Rp 20 ribu saja," ungkap Desti.
Tak sampai di situ, rupanya informasi yang diberikan oleh mereka tentang Pura Besakih hanya informasi standar. Parahnya, si pemandu meninggalkan mereka begitu saja di halaman Pura Besakih!
Para oknum tersebut juga menakut-nakuti selama perjalan. Mereka berujar bahwa perjalanan dari tempat parkir ke pura sangat jauh dan menanjak. Sehingga, mereka menawarkan ojek yang dapat mengantarkan ke tempat tujuan.
"Tapi kami lihat banyak warga lokal bejalan kaki dan kami jadi curiga. Kami menolak dan benar saja, perjalanan dari tempat parkir ke Pura Besakih nggak jauh-jauh amat," kata Desti menjelaskan.
Selain Bali, Yogyakarta pun dikenal sebagai destinasi yang rawan penipuan. Untuk di Yogya, penipuan yang kerap terjadi adalah ditodong biaya makan terlampau mahal di Malioboro atau di Parangtritis.
Seperti pengalaman pembaca detikTravel Susan, yang kena tipu di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Tepatnya, dia ditipu biaya makan di suatu restoran di sana.
"Bulan Juni 2012, saya dan teman berwisata ke Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Karena belum makan siang, kami berdua memutuskan untuk makan siang sesampainya di Pantai. Kami makan di rumah makan yang terletak di kanan jalan memasuki kawasan Pantai," kata Susan.
Setelah itu, Susan memesan menu ikan bakar dan nasi tanpa minuman karena sudah bawa sendiri. Sebelumnya, Susan pun bertanya terlebih dulu tentang harga makanan.
"Saya menanyakan harga ikan 1 porsi dan penjual menjawab, 1 porsi ikan bakar harganya Rp 30.000. Kami pun memesan 1 porsi saja, karena cukup untuk berdua," lanjut Susan menerangkan.
Selanjutnya, makanan sudah tersedia di meja makan. Ada dua piring ikan (bagian kepala dan ekor), satu bakul nasi, lalapan dan sambal. Karena lapar, mereka berdua makan dengan lahap. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak mengenakan.
"Pas makan, saya menemukan masih ada daging yang mentah di bagian ekor. Sedikit kesal, kami pun bergegas membayar dan menyudahi makan," ungkap Susan.
Lalu apa yang terjadi?
"Kami kaget setengah mati sewaktu akan membayar. Penjual menyebutkan harga Rp 100.000 untuk makanan yang kami makan separo saja, karena daging ikan masih mentah. Kami pun meminta perincian harga sambil terheran-heran kok bisa semahal ini?" ujar Susan.
Penjual pun lalu mengeluarkan rincian makanan tersebut: 2 piring ikan seharga Rp 60 ribu, nasi putih seharga Rp 20 ribu, dan sambal serta lalapan seharga Rp 20 ribu. Duh!
"Awalnya saya sedikit kesal dan bersiap mencaci penjual. Tapi, teman langsung membayar dan bergegas keluar dari rumah makan sambil mengumpat," tegas Susan.
Beberapa kisah-kisah penipuan di Bali dan Yogyakarta dapat menjadi pelajaran untuk Anda. Tetap waspada dan perbanyaklah informasi mengenai destinasi-destinasi setempat. Jika terkait dengan urusan jual beli, pastikan Anda tahu berapa yang harus Anda bayar, sebelum memutuskan untuk membeli.
2 Kota di Indonesia yang Rawan Penipuan Turis
investigasi
,
modus operandi
,
pemalakan
,
pemerasan
,
reportase
,
travel
,
travel warning
Edit
0 komentar :
Post a Comment