Salon Esek Esek - Praktis !! Sambil Potong Rambut Sekalian Ngeseks

Mencari kenikmatan di salon esek-esek


Penyedia jasa layanan esek-esek memang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dari yang terang-terangan mangkal, di tempat karaoke, pijat dan spa.

Layanan esek-esek yang sedikit aneh tentu adalah salon kecantikan. Aneh karena biasanya, salon kecantikan tidak menyediakan bilik-bilik rahasia. Namun, tetap saja ada yang memanfaatkan salon sebagai kedok prostitusi.

Tidak mudah menemukan salon esek-esek. Namun, ada salah satu pasar di bilangan Jakarta Selatan di mana banyak berjejer salon yang menyediakan layanan seks.

Salon-salon tersebut terdapat di lantai dua pasar itu. Begitu memasuki kawasan tersebut, sudah terlihat plang-plang salon rambut.

Di depan salon, sudah berjejer wanita-wanita yang merayu untuk memberikan jasa layanan seks. Dari luar, tempat tersebut sama dengan salon lain pada umumnya dan tidak ada yang membedakan.

"Sini bang mampir," ujar salah satu wanita penjaja seks, Ria (bukan nama sebenarnya), beberapa waktu lalu.

Senyuman dan godaan mereka lemparkan agar para tamu bersedia mampir ke tempat mereka. Mesti masih siang, di tempat itu sudah seperti hiburan malam yang ramai para pria hidung belang.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Saya pernah mendengar yang seperti itu (salon plus-plus), salon itu berfungsi ganda sebagai tempat pelacuran di mana menyediakan tempat khusus untuk bercumbu," katanya.

Istilah salon mesum memang ada di Jakarta. Untuk mengungkap praktik semacam itu, kali ini merdeka.com akan mengulas seluk beluk salon esek-esek.

Mengintip bagian dalam salon esek-esek

Modus esek-esek berkedok salon bukanlah hal yang baru di Jakarta. Banyak pria hidung belang yang sudah mengenali tempat-tempat kedok prostitusi ini. Di tempat itu, salon yang biasanya digunakan untuk merawat badan dan mempercantik diri diubah menjadi wadah mesum.

Prostitusi berkedok salon bisa ditemui di salah satu pasar kawasan Jakarta Selatan. Puluhan salon yang disulap menjadi tempat mesum berjejer beserta para wanita pekerja seks komersil (PSK).

Dari tampak luar, salon tersebut tak jauh beda dengan yang umumnya. Terdapat logo seperti 'Kartika Salon untuk pria dan wanita', namun hal itu hanyalah kedok saja.

Di bagian dalam, terdapat kursi yang biasa terdapat di salon umumnya. Tak ketinggalan, di depan kursi ada cermin dan terdapat pula beberapa foto-foto model rambut.

Selain itu, terdapat keramas dan vitamin rambut. Tak lupa, berbagai alat potong rambut seperti gunting, hair dryer, dan sebagainya.

Namun, yang berbeda dari tempat itu, terdapat sebuah bilik kecil yang ditutup gorden. Di dalam bilik tersebut, terdapat satu tempat tidur berukuran 30 cm x 2 meter yang digunakan untuk bercinta.

Apabila pria hidung belang dan si wanita masuk ke dalam bilik, tirai salon dan gorden bilik langsung ditutup dan dikait dengan penjepit rambut. Di tempat sempit itulah terjadi praktik prostitusi dan kalau sudah selesai semua dirapikan kembali.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Saya rasa ini tidak sulit, penegak hukum hanya perlu mengirim mata-mata atau intel untuk mengamati kegiatan salon tersebut," katanya.

Main di salon mesum, pria hidung belang rogoh kocek Rp 100 ribu

Untuk mencicipi salon esek-esek di salah satu pasar kawasan Jakarta Selatan, para pria hidung belang tak perlu merogoh kocek banyak. Di tempat esek-esek kelas melati ini, tarif termurah yaitu Rp 100 ribu saja.

"Itu untuk permainan yang simpel saja," ujar salah satu penjaja seks di situ, Ria (bukan nama sebenarnya) saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Ria mengatakan, untuk menambah layanan lainnya, pria hidung belang harus merogoh kocek lagi. Ria sendiri mengaku tak mematok harga khusus bila si pria ingin minta layanan yang lebih.

"Semua tergantung nego aja. Biasanya sih minimal nambah Rp 50 ribu aja," kata wanita berambut panjang dan berwajah ayu itu sembari menghisap rokok.

Di tempat itu, Ria mengaku hanyalah karyawati bukan si pemilik dan tak digaji. Jadi, sistem yang diterapkan yaitu bagi hasil dengan sang pemilik.

"Yang dibagi 50:50 dari uang Rp 100 ribu. Kalau yang tambahan masuk ke kantong sendiri," ujar wanita yang masih berusia 24 tahun itu.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut ke berbagai tempat di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan ini tidak segera dihentikan maka masalah sosial ini dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Saya pernah mendengar yang seperti itu (salon plus-plus), salon itu berfungsi ganda sebagai tempat pelacuran di mana menyediakan tempat khusus untuk bercumbu," katanya.

Dari bocah SMP hingga kakek jompo doyan ke salon esek-esek

Salon plus-plus bukanlah salon yang menawarkan jasa potong rambut mesti memiliki peralatan lengkap. Di tempat itu, justru layanan seks-lah yang ditawarkan.

Menurut pengakuan salah seorang kapster sekaligus pekerja seks komersil (PSK) di salah satu salon esek-esek Ria (bukan nama sebenarnya) pelanggan yang kerap main di tempat itu bervariasi. Menurut Ria, paling muda yang datang ke tempat dia adalah bocah SMP.

"Ada anak SMP juga yang pernah datang ke tempat ini," ujar Ria saat berbincang dengan merdeka.com, beberapa waktu lalu.

Ria mengaku miris bila melihat anak SMP datang dan mencari kepuasan. Pasalnya, namanya anak sekolahan uang yang mereka dapat masih dari orangtua.

"Kan kasihan itu. Aku sih ogah suruh layanin mereka. Kita biar makan duit setan ya jangan gitu juga," kata Ria sembari membakar rokoknya.

Selain bocah SMP, yang parahnya lanjut Ria, kakek jompo pun datang ke tempat itu. Hal itu membuat para wanita di situ menjadi tak habis pikir.

"Gila udah tua masih demen gituan. Kita geli juga lah," tukas Ria.

Menanggapi banyaknya salon mesum, Sosiolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar, mengaku khawatir akan perkembangan bisnis haram tersebut di wilayah Jakarta. Musni mengatakan, jika permasalahan sosial ini tidak segera dihentikan maka dapat berdampak buruk bagi generasi muda.

"Ini kan penyakit masyarakat Jakarta, itu semua masih ada karena si peminatnya masih ada dan cenderung bertambah. Karena penikmat syahwat dari kalangan masyarakat bawah ya sanggupnya di situ. Sebenarnya ini bisa selesai jika ada perhatian khusus dari pemerintah," katanya.

Kapster salon plus: Tak bisa potong rambut, asal puaskan lelaki


Biasanya di salon, seorang kapster harus pandai memangkas rambut konsumennya. Namun, di salon yang menjadi kedok prostitusi, mesti memiliki peralatan lengkap, para kapster malah tak bisa memangkas rambut.

"Pangkas rambut ngga bisa, yang penting di sini bisa puaskan lelaki," ujar Ria (bukan nama sebenarnya) seorang kapster dan pekerja seks komersil di salah satu pasar kawasan Jakarta Selatan saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Ria mengaku menjadi pekerja di salon tersebut baru beberapa bulan saja. Dia nekat terjun ke dunia kelam tersebut lantaran terjepit masalah ekonomi.

"Aku punya anak kembar masih kecil-kecil. Suami sudah pergi kita bercerai," cerita wanita yang memiliki tinggi sekitar 160 cm itu.

Dia juga tak menampik kalau pekerjaan yang dia lakoni bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi dia tidak digaji dan hanya mengandalkan tip.

"Kalau lagi sepi yah begini cuma duduk-duduk doang," katanya.

Namun, jika lagi ramai dia mampu meraup uang banyak. "Bisa Rp 500 ribu sehari," akunya.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar :

Marketing said...

gak usah ditangkepin, biarin aja.. usil aja,,

agen bola