Salon Plus-Plus yang Penuh Fulus

"Menyaloni" Konsumen di Kamar Hotel

Aroma mesum telah lama menyeruak ke ruang perawatan 'kecantikan' salon-salon plus yang mempekerjakan kapster-kapster 'nakal'. Sasarannya, lelaki berkantong tebal yang gemar bersolek dan berpetualang seks.

Salon yang awalnya berkonotasi tempat perawatan kecantikan bagi wanita-wanita yang gemar bersolek, kini memang bukan hanya monopoli kaum hawa lagi. Kini banyak kaum adam yang punya jadwal tetap berkunjung ke salon. Indra (nama samaran), misalnya, yang sejak diangkat menjadi kepala pemasaran di salah satu perusahaan di bidang retail di Jakarta, merasakan kalau penampilan menjadi satu hal penting. "Penampilan kan jadi tuntutan pekerjaan juga," ujar Indra, saat dijumpai di salon langganannya di bilangan Blok M, Jakarta Selatan.

Agar penampilannya tetap oke, pria yang mengaku masih lajang, sedikitnya dua minggu sekali pergi ke itu untuk menjalani perawatan 'kecantikan secara paket yang terdiri dari creambath, potong rambut, facial, massage, lulur, spa hingga refleksi. Menurut Indra, laki-laki nyalon bukan hal tabu, dan ia tidak merasa risih berlama-lama di salon, karena tamu yang datang juga banyak dari kalangan pria.

Bahkan ketika pembicaraan nyerempet tentang layanan plus yang dilakukan kapster salon yang memang lebih sering tampil seksi, bagi Indra, hal itu tergantung pada pribadi masing-masing. "Itukan cuma selingan saja, wajarlah namanya juga laki-laki," kilah Indra sembari mengulum senyum penuh arti.

Layanan plus, nampaknya memang menjadi keinginan pria iseng. Hal inilah yang menyebabkan kenapa banyak 'pria nakal' rajin menyatroni salon-salon plus yang menyajikan menu khusus.

Sebenarnya pelayanan yang diberikan salon ini tidak jauh beda dengan salon-salon kebanyakan. Hanya saja, awak salon plus ini selain wanita muda dan cantik-cantik, mereka juga siap memberikan layanan birahi. Seperti halnya terlihat pada pelayan-pelayan salon di bilangan BH, Jakarta Pusat. Di kawasan tersebut, sedikitnya ada lima belas salon yang saling berdekatan. Mungkin karena karena persaingan, mereka berusaha menjerat konsumen pria dengan layanan agak nyeleneh.

Aksi mereka terbilang berani. Selain mengenakan pakaian seksi, mereka menunggu konsumen dengan cara nongkrong di depan salon. Lalu tanpa segan-segan merayu setiap pria yang lewat di depan salonnya. "Creambath yuk ke dalam," ajak seorang pelayan salon, saat penulis melintas di depan salonnya.

Begitu masuk ke salon itu, pelayan salon itu langsung menutup gorden. Ia kemudian menyuruh membuka baju dengan alasan biar nggak kotor atau kusut. Ruangan salon berukuran sekitar 3 x 3 meter itu, ada ranjang kecil, lemari pakaian, kursi, kulkas, serta peralatan salon lain, seperti gunting, dan sisir. Lucunya, ketrampilan tata rias yang dimiliki pekerjanya biasa-biasanya saja. Meski mereka mengaku mendapat pelatihan dari maminya. 'Tiga minggu saya dilatih dulu sama bos," ujar perempuan itu tanpa memerinci latihan seperti apa yang ia dapatkan.

Agar salon tetap didatangi tamu, maka para pekerja salon ini bahkan berani memberikan layanan plus yang menjurus pada prostitusi terselubung. Dina (nama samaran), misalnya, demi memikat tamu, sengaja memancing birahi dengan membiarkan tangan tamunya menjamah bagian sensitif tubuhnya. Atau sebaliknya, mereka yang aktif menjamah bagian sensitif tamunya.

Bahkan jika sedang mood, Dina tak segan-segan memberi layanan hand job atau oral seks. Untuk jasanya itu, salon itu mematok harga per layanan antara Rp 35 ribu sampai Rp 50 ribu. Namun itu belum termasuk uang layanan plus yang besarnya dua kali lipat dari tarif normal.

Wanita berkulit sawo matang ini mengaku, ia dan pekerja salon di tempat tersebut tidak mendapat gaji, kecuali uang komisi yang besarnya 30 persen dari setiap tamunya. Selebihnya mereka mengandalkan uang tips dengan memberikan layanan plus. Bahkan tak jarang mereka menerima ajakan kencan di luar jam kerja.

Dina menuturkan, jumlah tamu yang datang ke salonnya tidak menentu. Kadang ramai, kadang sepi pengunjung. Janda satu anak ini menyebutkan, jika sedang ramai, dia bisa mengantongi uang dari tips tamunya antara Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribu setiap harinya di luar uang bukingan Rp 200 ribu sekali kencan.

Prostitusi terselubung dengan kedok salon kecantikan memang bukan barang baru lagi. Tengok saja hasil razia kepolisian di Jakarta Barat beberapa waktu silam yang justru menangkap belasan wanita cantik warga keturunan yang menjadi kapster plus di salon TL, di bilangan Hayam Wuruk.

Menurut Indra, untuk membedakan mana karyawan salon yang bisa 'dipakai' dan yang tidak memang gampang-gampang susah. Untuk itu, selain bermodal kantong tebal, tamu juga harus pintar menangkap sinyal yang diberikan kapster plus itu.

Sinyal itu bisa didapat dengan memperhatikan gerak-gerik dan obrolan mereka yang suka mengarah ke hal mesum. Namun bagi tamu baru, para pekerja salon ini akan memberikan sinyal dengan berpura-pura tak sengaja memperlihatkan belahan dada atau paha saat memberikan layanan. Jika si tamu menanggapi, mereka pun kemudian akan mengajak tamunya mengobrol lebih intim. Lalu memberikan nomor ponsel untuk janji kencan selepas kerja.

Selain berhadapan langsung, bisa juga dengan memanfaatkan kapster lain-biasanya waria atau banci-yang bekerja di salon, karena mereka ini biasanya lebih tahu mana pekerja salon yang bisa dibawa dan mana yang tidak. Namun tentu saja harus memberi uang tips untuk mereka.

Meski jumlah salon yang membuka praktik 'miring' semacam ini tersebar di Jakarta. Namun tidak semudah itu tamu-tamu iseng dapat mengenalinya. Selain modus yang dijalankan cukup rapi, mereka juga hanya memberikan layanan plus pada tamu yang sudah menjadi langganan. Bahkan tak sedikit yang menerapkan sistem member dan rekomendasi bagi tamu yang baru dikenal.

Saat beroperasi, mereka tidak serta merta menawarkan menu khusus kepada konsumennya. Mereka baru menawarkannya setelah yakin tamunya adalah pria nakal berduit yang memang sedang memburu kesenangan.

facebook

twitter

google+

fb share

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.