Dengan Rp 100 Ribu Sudah Bisa 'Tiduri' ABG 17 Tahun
KUPANG -- Masalah penyakit sosial kemasyarakat (Pekat) yang berkaitan dengan bisnis prostitusi (esek-esek) di sejumlah sudut/tempat di jantung Kota Kupang saat ini masih banyak yang luput dari perhatian pemerintah setempat dan luput dari pantauan masyarakat kota ini.
Bisnis prostitusi yang terjadi dalam lingkungan masyarakat di beberapa tempat di Kota Kupang cukup 'transparan' dan bisa dilihat serta diamati masyarakat walaupun bisnis 'air lendir' ini tidak menggangu masyarakat sekitar.
Dari hasil investigasi wartawan Pos Kupang selama beberapa hari terakhir di sejumlah lokasi bisnis prostitusi di wilayah Kelurahan Fontein, Kecamatan Kota Raja, dan di wilayah Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa menemukan sejumlah spefisikasi unik hasil temuan lapangan yang cukup mencengangkan.
Dan hasil investigasi ini bagi kebanyakan masyarakat di wilayah Kota Kupang belum mengetahui adanya fenomena penyakit sosial bisnis prostitusi yang cukup mengagetkan dan menggemparkan ini karena melibatkan puluhan anak gadis berusia rata-rata 17 tahun.
Sebagai contoh, di punggung bukit Sasando, pada Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Kelapa Lima, Kota Kupang terdapat deretan bangunan dengan model kos-kosan yang berdiri di sisi lintasan jalan propinsi ternyata beroperasi sejumlah perempuan/wanita 'ayam' lokal berusia sangat belia.
Bagi kebanyakan pengguna jalan melintas jalan ini tidak akan menduga jika dalam kamar kos-kosan itu sudah 'stand by' sejumlah perempuan lokal berusia rata-rata 17 tahun.
Para gadis lokal berusia belia ini berpenampilan sangat sedehana umumnya domisili di wilayah pinggiran Kota Kupang, namun sering mangkal dan beroperasi menunggu 'tamu' para lelaki hidung belang yang sering datang melampiaskan nafsu birahinya.
Salah satunya Eka bukan nama sebenarnya. Ia secara jujur di hadapan tamunya menawarkan tarif jasa layanan secara gamblang.
"Kalau siang tarif sekali 'kayuh' (sekali tidur,red) Rp 100 ribu. Kalau malam Rp 150 ribu,"ujar Eka dengan nada polos.
'Beta Layani Lelaki Hidung Belang Untuk Bantu Orang Tua'
KUPANG -- Eka (bukan nama sebenarnya) mengaku tinggal di wilayah pinggiran di Sikumana. Dan kehadirannya di lokasi bisnis prostitusi di Kelapa Lima untuk mencari tamu/pelanggan yang mau meniduri tubuhnya dengan kompensasi sejumlah uang.
"Beta nama Eka, tinggal di Sikumana. Umur baru 17 tahun. Betapa tamat SMP negeri di sekitar Sikumanan, dan saat ini duduk di bangku kelas dua sebuah SMA negeri di Kupang. Beta kerja begini karena ingin membantu orangtua yang berprofesi sebagai tukang. Beta baru kerja di tempat ini," kata Eka, gadis belia berambut ikal berkulit hitam manis
Eka secara jujur di hadapan tamunya menawarkan tarif jasa layanan secara gamblang. "Kalau siang tarif sekali 'kayuh' (sekali tidur,red) Rp 100 ribu. Kalau malam Rp 150 ribu," jelas Eka dengan nada polos.
Di Kota Kupang, Ada Lokasi Prostitusi di Rumah Warga
KUPANG -- Di Kota Kupang bisnis prostitusi berlangsung cukup 'transparan'. Bisa dilihat dan diamati masyarakat walaupun bisnis ini tidak menggangu masyarakat sekitarnya.
Hasil investigasi wartawan Pos Kupang beberapa hari terakhir di sejumlah lokasi bisnis prostitusi di wilayah Kelurahan Fontein, Kecamatan Kota Raja, dan di wilayah Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa menemukan sejumlah spefisikasi unik hasil temuan lapangan yang cukup mencengangkan.
Dan hasil investigasi ini bagi kebanyakan masyarakat di Kota Kupang belum mengetahui adanya fenomena bisnis prostitusi karena melibatkan anak berusia rata-rata 17 tahun.
Sebagai contoh, di bilangan Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang, terdapat deretan bangunan dengan model kos-kosan yang berdiri di sisi lintasan jalan propinsi ternyata beroperasi sejumlah perempuan/wanita lokal berusia muda. Warga yang melintasi jalan ini tidak akan mengira jika dalam kamar kos-kosan itu sudah 'stand by' sejumlah perempuan lokal berusia rata-rata 17 tahun.
Para gadis lokal berusia muda ini berpenampilan sederhana. Mereka umumnya domisili di wilayah pinggiran Kota Kupang, namun sering mangkal dan beroperasi menunggu 'tamu' lelaki hidung belang yang sering datang.
Bagi pelanggan muka baru, 'mami' (sebutan untuk germo) yang menunggu di depan kamar kos akan memasang muka 'garang', dan akan menyelidiki kehadiran tamu dengan pertanyaan yang ketus, kurang bersahabat. Namun setelah mengetahui 'signal' jika kehadiran tamu itu ingin mencari perempuan 'ayam lokal', maka sang 'mami' berubah tersenyum mempersilakan tamu menuju kamar belakang untuk negosisasi lebih lanjut dengan gadis-gadis lokal yang rata-rata berumur 17 tahun.
'Om-om Suka Layanan Plus'
KUPANG -- Ada begitu banyak hal kecil tapi bernilai besar yang ditemukan selama tim Pos Kupang melakukan investigasi terkait bisnis prostitusi di sejumlah lokasi di wilayah Kota Kupang. Seperti di wilayah Kelurahan Kelapa Lima, wilayah batas Kelurahan Nunleu dan Fontein, di salah satu gang sekitar Jalan Gajah Mada, Kupang.
Ternyata om-om senang atau pria hidung belang, termasuk oknum pegawai negeri sipil (PNS) saat berkencan dengan gadis belia pekerja seks komersial (PSK) di tempat bisnis prostitusi di rumah warga, lebih suka mendapat pelayanan plus alias layanan 'karoke' dari para gadis yang umumnya datang dari daerah pinggiran kota ke lokasi tempat mangkal tersebut.
Bahkan ada tamu atau pelanggan yang nekat berhubungan tanpa menggunakan kondom pengaman. "Ya..... banyak om-om yang suka berhubungan, minta tidak usah pakai kondom. Dan, banyak om-om yang minta servis plus, walaupun bayarannya agak mahal hingga Rp 200 ribu sekali layanan plus. Mereka paling suka," aku Selvy, dan Eka --bukan nama sebenarnya-- dua perempuan berusia sekitar 17 tahun yang sering mangkal di dua tempat bisnis esek-esek di kawasan Kelapa Lima dan Nunleu.
Mabus, seorang tukang ojek yang sering mangkal di Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Kelapa Lima, mengaku dirinya sering mengantar beberapa perempuan ke sejumlah hotel di Kota Kupang untuk memenuhi panggilan tamu-tamu hotel.
"Banyak tamu dari Jakarta atau tamu dari Surabaya yang umumnya pengusaha ingin mencicipi gadis lokal berusia muda, walaupun bayaran mahal. Bahkan kalau kita antar cewek ke hotel, sekali 'on' tamu itu berikan uang Rp 500 ribu kepada perempuan panggilan di luar uang tisp," kata Mabus yang mengaku sering mendapat tip cukup besar dari perempuan yang sering ia antar ke sejumlah hotel melati di Kota Kupang.
Bahkan Mabus secara gamblang menceritakan ada sejumlah hotel yang juga sering dijadikan lokasi 'parkir' beberapa perempuan PSK yang siap melayani tamu atau siap memenuhi panggilan tamu ke hotel dan tempat kos. "Ada juga ibu rumah tangga yang siap melayani panggilan. Bahkan ada siswi SMA dan mahasiswi siap dipanggil om-om hidung belang yang mendapatkan servis luar dalam," ungkap Mabus.
Fenomena sosial lainnya yang tak kalah menarik hasil investigasi Pos Kupang di rumah warga yang dijadikan tempat bisnis prostitusi di Kelapa Lima, ternyata di lokasi kos- kosan tersebut juga ditemukan sejumlah oknum remaja berseragam SMA yang berada di dalam kamar-kamar kos itu.
Selvy: Saya Sering 'Dipakai' Om-om PNS
KUPANG -- Data hasil investigasi yang dilakukan tim Pos Kupang terhadap sampel dua lokasi bisnis prostitusi di rumah penduduk di jantung Kota Kupang, tepatnya di wilayah Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, dan Kelurahan Fontein, Kecamatan Kota Raja, menunjukkan fakta cukup fantastis.
Pasalnya, cukup banyak oknum pegawai negeri sipil (PNS) doyan 'mencicipi ayam' lokal dengan tarif cukup murah. Bahkan tak tanggung-tanggung, dengan masih mengenakan seragam lengkap, oknum PNS masuk ke lokasi tempat mangkal 'ayam' lokal di rumah tempat prostitusi yang tempatnya cukup aman karena tak pernah disangka/diduga oleh warga jika di dalam bangunan prostitusi itu ada adegan mesum.
Selvy, perempuan pekerja seks komersial (PSK) yang sering mangkal di rumah bisnis prostitusi di wilayah Kelurahan Fontein, saat diwawancarai Pos Kupang, di kamar tempatnya beroperasi menjajakan kenikmatan, Senin (13/5/2013) siang, mengaku dirinya sering 'dipakai' om-om yang pegawai negeri sipil (PNS) di kamar.
Selvy mengaku, dari hasil kerjanya menjajakan tubuh kepada oknum PNS dan pria hidung belang lainnya, ia harus menyisihkan uang Rp 20 ribu kepada pemilik rumah sebagai biaya/tarif jasa kamar yang sudah dipakainya.
"Ya, dari doi Rp 100 ribu yang dibayar pelanggan, beta harus sisihkan Rp 20 ribu untuk bayar kamar. Kita parkir di tempat ini biasanya siang hari. Dan malam hari, ada lain lagi perempuan yang datang. Kalau pak pegawai biasanya selain kasih doi Rp 100 ribu, juga kasih doi lebih untuk tips. Kita juga servis plus naaaa.... kaka," aku Selvy, perempuan belia blasteran Timor-Rote.
Dia mengaku banyak oknum PNS yang suka kencan dengannya. "Banyak PNS suka pakeee..... beta. Kadang dong datang masih pakai celana keki (celana dinas) tapi baju dinas su simpan di bagasi motor atau di bagasi oto/mobil. Dong turun cuma pake baju kaos agar tidak diperhatikan warga yang lewat di tempat ini," aku Eka, perempuan berusia 17 tahun yang domisili di wilayah sekitar Kelurahan Sikumana. Gadis berkulit hitam manis yang mengangku sekali kencan/tidur dengannya memasang tarif Rp 100 ribu.
Yang unik dari isi bangunan tempat esek-esek di lokasi Kelurahan Fontein ini, kamar 3 x 3 meter untuk tempat 'on' terlihat sangat kumuh, hanya beralaskan sebuah kasur lusuh tanpa sprei. Namun dalam kamar itu terdapat kamar mandi dengan air leding PDAM mengalir lancar.
Kamar ini sanitasinya lebih buruk dibandingkan kamar tempat bisnis prostitusi di Kelurahan Kelapa Lima, Kota Kupang. Jika di kamar kos di Kelapa Lima, pemilik kos masih sediakan tempat tidur yang dilapisi kain sprei dan sebuah bantal alas kepala, namun air leding di kamar mandi sangat minim.
Selvy mengaku tidak menyediakan kondom. "Kalau mau pakai kondom harus tambah uang Rp 5.000,00. Nanti beta minta beli kondom di teman beta. Pagi ini beta baru dapat satu tamu. Kalau teman beta yang duduk di luar su.... dapat tiga tamu (lelaki hidung belang)," ungkap Selvy polos.
PantauAn Pos Kupang selama beberapa jam di TKP/lokasi tempat bisnis prostitusi di wilayah Fontein, Senin (13/5/2013), terpantau sekitar lima sepeda motor masuk ke lokasi 'esek-esek' tersebut. Juga terpantau dua oknum yang diduga PNS keluar terburu-buru dari lokasi itu.
Kondisi serupa terpantau di tempat 'esek-esek' di Kelurahan Kelapa Lima, Senin (14/5) siang. Terpantau, ada lima sepeda motor yang dikendarai bapak-bapak, serta anak muda yang masuk ke lokasi tersebut dalam interval waktu pukul 12.00 wita hingga pukul 15.00 wita.
Tarif ABG 17 Tahun
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment