Mengulas perdagangan manusia di Sukabumi
Siapa yang mengira jika wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kini sedang menjadi sorotan dunia internasional. Kabupaten yang beribu kota di Palabuhan Ratu menjadi buah bibir di dunia internasional lantaran tingginya kasus trafficking atau perdagangan manusia.
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) menyebutkan kasus perdagangan manusia atau human trafficking di Kabupaten Sukabumi saat ini sudah pada tahap yang sangat mengkhawatirkan.
"Banyak lembaga-lembaga yang datang ke Kabupaten Sukabumi dari berbagai negara baik dari Eropa maupun benua lainnya mencari informasi tentang kasus perdagangan manusia yang terjadi di sini," ujar Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi, Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Cisaat, Sukabumi.
Menurutnya, sorotan dunia internasional tersebut sebetulnya sebagai salah satu bentuk perhatian atas maraknya kasus perdagangan manusia yang marak terjadi di Kabupaten Sukabumi. Dari catatan P2TP2A, Kabupaten Sukabumi merupakan daerah terbesar ketiga di Jawa Barat tentang masalah kasus perdagangan manusia.
Data P2TP2A menyebut sejak 2010 terjadi 118 kasus perdagangan manusia dengan jumlah korban sebanyak 121 wanita dan mayoritas korbannya adalah wanita di bawah umur untuk dijadikan sebagai pekerja seks komersial maupun pekerja di tempat hiburan malam yang tugasnya melayani tamu lelaki hidung belang.
"Data itu pun masih belum cukup relevan, karena kasus perdagangan yang berhasil diungkap hanya sekitar 30 persen saja. Artinya kasus perdagangan manusia di Kabupaten Sukabumi sejatinya lebih banyak lagi," ujar wanita berkerudung ini.
Dari temuan P2TP2S Kabupaten Sukabumi, para korban perdagangan manusia biasanya dikirim ke beberapa daerah di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Selain itu para korban juga dikirim ke beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Hari ini merdeka.com akan mengulas seluk beluk kasus haram yang marak terjadi di Kabupaten Sukabumi. Bagaimana kasus perdagangan manusia ini bisa marak terjadi? Apa faktor penyebabnya, dan kisah anak-anak di bawah umur yang dijual untuk melayani nafsu para pria hidung belang. Selamat membaca.
Sindikat internasional jual ABG Sukabumi
Human trafficking ternyata juga melibatkan sindikat internasional. Bahkan sindikat internasional ini juga sudah mulai merambah masuk ke Kabupaten Sukabumi.
"Human trafficking sudah melibatkan sindikat internasional. Bahkan sindikat ini sudah mulai masuk di Sukabumi. Pemain besarnya warga negara asing," ujar Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi.
Menurut Elis, sindikat internasional tersebut mencari anak-anak baru gede (ABG) di sekitar wilayah Kabupaten Sukabumi. ABG itu lalu dijual ke berbagai tempat hiburan malam seperti di Batam, Babel, Sorong dan kota-kota lain.
"Mereka biasanya punya calo orang-orang ini. Calo-calo itu yang mencari dan merekrut para korban untuk kemudian di bawa ke tempat hiburan malam," terangnya.
Salah satu kasus sindikat internasional yang berhasil diungkap adalah Johan. Johan alias ASK, adalah warga negara Belanda. Johan divonis 15 tahun karena kasus perdagangan manusia oleh Pengadilan Negeri (PN) Kabupaten Sukabumi.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Cibadak Bobon Rubianto menjerat terdakwa dengan pasal berlapis. Di antaranya menggunakan Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasa Tindak Pidana Perdagangan Orang.
"Vonisnya 15 tahun penjara. Dari kasus ini kita tahu bahwa perdagangan manusia di Sukabumi ini sudah melibatkan sindikat internasional," terang Elis.
Sebelumnya, ASK alias Johan dijerat pasal 2 ayat 1 UU No 21 tahun 2007 jo pasal 48 ayat 1 dan 2, kemudian pasal 6 jo pasal 48 ayat 1 dan 2, dan pasal 12 jo ayat 1 dan 3 KUHPidana.
ASK dinyatakan bersalah telah menjual lima gadis di bawah umur ke Cafe Starlight di Sorong Provinsi Papua Barat. Awalnya terdakwa menjanjikan mereka bekerja di Kalimantan sebagai pramusaji dengan gaji Rp 3 juta per bulan.
Namun mereka malah dijual ke cafe tersebut dan diduga mengalami kekerasan seksual serta gaji yang dijanjikan tidak kunjung diberikan oleh ASK.
Korbannya yakni lima orang perempuan yang usianya di bawah umur. Empat warga Kampung Cimahi Desa Cibolang Kaler Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi dan satu warga Kelurahan Benteng Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi.
Dijanjikan kerja di restoran, ABG Sukabumi dijual jadi PSK
Sejak Januari hingga September 2013 ini Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi mengungkap 28 kasus human trafficking atau perdagangan manusia di wilayahnya. 60 Persen lebih kasus tersebut melibatkan anak di bawah umur atau 18 tahun ke bawah.
Di Jawa Barat sendiri, Kabupaten Sukabumi berada di urutan ketiga setelah Indramayu dan Kota Bandung dalam kasus perdagangan manusia. Dari data P2TP2A Kabupaten Sukabumi, para anak baru gede (ABG) itu sebagian besar dijual di tempat-tempat hiburan malam di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Bahkan ada juga beberapa kasus ABG yang dijual ke negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Tingginya kasus perdagangan manusia di Kabupaten Sukabumi tidak lagi disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi tren masyarakat yang konsumtif. Tentu ini sangat mengkhawatirkan, karena kabupaten ini masyarakatnya sudah sangat konsumtif dan hedonis," ujar Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi, Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi.
Menurut Elis, perdagangan manusia tidak melulu harus penjualan wanita atau anak-anak untuk jadi pekerja seks komersil, pengiriman TKW ilegal yang berujung pada penyiksaan dan perbudakan adalah bentuk lain human trafficking. Meski demikian, kasus ABG yang dijadikan pekerja seks komersil atau jadi penghibur tamu tempat hiburan malam mendominasi di Kabupaten Sukabumi.
"Sebagian besar kasus yang kita temui, para korban yang rata-rata di bawah umur ini awalnya dijanjikan kerja jadi pelayan restoran, tetapi setelah sampai di lokasi ternyata dijual di tempat hiburan malam," terang Elis.
Gadis-gadis cilik yang masih di bawah umur ini, kata Elis, banyak yang dijual ke Batam, Riau, Bangka Belitung, Sorong, hingga Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Faktor pendidikan juga sangat besar pengaruhnya. Rata-rata mereka hanya tamatan SD. Mereka jadi korban perdagangan manusia, tetapi mereka kadang tidak sadar akan hal itu," terangnya.
Tidak mudah juga untuk mengungkap kasus perdagangan manusia terutama yang melibatkan anak di bawah umur. Sebagian besar korban dan keluarganya menganggap, kalau toh mereka dijual, hal itu adalah sebuah aib.
"Jadi banyak yang tidak mau lapor karena malu. Belum lagi ada faktor ekonomi, dimana si anak itu terkadang menjadi tulang punggung keluarga. Banyak kendala di lapangan yang membuat kasus seperti ini sulit untuk diungkap," terangnya.
Lanjut Elis, untuk memberantas kasus ini perlu dukungan dari seluruh pihak dan anggaran yang cukup besar karena untuk menjemput korban perdagangan manusia yang berada di luar daerah membutuhkan biaya yang tinggi. Bahkan, pihaknya pernah ke Malaysia ternyata cukup banyak warga Kabupaten Sukabumi yang menjadi korban perdagangan manusia, tetapi untuk memulangkannya harus ditebus.
"Kami juga sudah melakukan hearing dengan DPRD Kabupaten Sukabumi dan pihak legislatif setuju akan membantu menambah anggaran untuk pemberantasan perdagangan manusia," kata Elis.
ABG Sukabumi paling digandrungi pria hidung belang
Sukabumi selama ini dikenal akan pantai Palabuhan Ratu dan kawasan industrinya. Namun tidak itu saja, ABG Sukabumi juga terkenal bahkan hingga ke luar negeri.
Banyak tempat hiburan malam di kota-kota seperti Batam, Medan, Sorong, bahkan luar negeri yang meminta ABG Sukabumi. Hal itulah salah satu penyebab tingginya angka perdagangan anak di bawah umur untuk jadi pekerja seks komersil di Sukabumi.
"Jadi informasi yang sering kami terima banyak tempat-tempat hiburan malam itu yang kadang khusus minta dicarikan orang Sukabumi. Hal ini yang membuat kasus human trafficking di Sukabumi ini cukup tinggi," ujar Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi.
Menurut Elis, anggapan bahwa gadis-gadis asal Sukabumi berparas cantik menjadi daya tarik tersendiri. Hal itu lah yang membuat banyak calo menjaring ABG untuk dijual ke tempat hiburan malam.
"Ditambah juga tingkat pendidikan yang rendah, karena hampir semua kasus korban human trafficking itu hanya tamatan SD, akhirnya banyak yang terjerumus," terangnya.
Menurut Elis, ABG Sukabumi bahkan terkenal di kalangan warga negara asing. Salah satu contohnya adalah kasus ABG Sukabumi yang dijual di Sorong, Papua.
"Sorong itukan sudah seperti Hawai nya Indonesia, di sana banyak turis berbagai negara. Dan ternyata banyak permintaan mojang Sukabumi dari sana," terangnya.
"Di sisi lain, dengan menyandang predikat dari Sukabumi, kadang membuat para ABG ini jadi percaya diri. Hal ini karena image yang sudah melekat bahwa seolah-olah Sukabumi itu memang orang cantik-cantik, padahal kan relatif," terangnya.
Ketika kupu-kupu malam dijual di trotoar Kota Sukabumi
Di salah satu sudut Jalan Martadinata Kota Sukabumi, tiga wanita tampak duduk merayu. Satu orang terlihat berusia di atas 45 tahun, sedangkan dua lainnya terlihat jauh lebih muda.
Si wanita yang senior terlihat menggoda setiap kendaraan yang berjalan pelan menuju arah mereka. "Butuh teman? Mau berapa orang? Saya ada tinggal dua neh?" ujar wanita yang memperkenalkan diri sebagai Susi tersebut, Sukabumi.
Susi membuka harga untuk dua wanita ABG yang dibawanya dengan harga Rp 400 ribu sekali kencan short time. Namun harga itu baru harga awal, alias masih bisa ditawar.
"Kalau mau Rp 300, sudah sama hotel. Hotelnya di tempat saya. Tapi nanti bilang ke mereka (kupu-kupu malam) Rp 350 saja. Gimana?" ujarnya.
Dunia esek-esek di Kota Sukabumi ternyata lebih 'berani' dibanding Kabupaten Sukabumi. Di kota kecil ini, ternyata mucikari berani menjajakan PSK yang masih sangat belia.
"Umurnya di bawah 20 tahun yang jelas. Coba dulu atuh," ujar Susi merayu genit.
Selama ini, Pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi memang gencar melakukan aksi penertiban penyakit masyarakat tersebut. Salah satu yang terkenal di Kabupaten Sukabumi adalah kawasan Pasar Monyet di Pelabuhan Ratu. Namun rupanya tetap saja sulit menghilangkan praktik esek-esek tersebut.
"Ya memang susah, karena itukan penyakit masyarakat. Selama ada masyarakat pasti ada hal-hal gituan mah. Cuma kalau di Sukabumi ini memang terselubung dan kucing-kucingan, di sini enggak ada lokalisasi," ujar Tios, warga Cibadak Sukabumi dalam sebuah perbincangan di warung kopi.
Mojang Sukabumi selama ini dikenal berparas cantik. Hal itulah yang mungkin mengundang rasa penasaran pria hidung belang untuk mencari, ketika ada keperluan atau dinas di Kota Moci ini.
"Ya katanya sih orang Sukabumi itu cantik-cantik, mungkin karena itu banyak yang penasaran dan nyari-nyari kalau pas ke sini," tambahnya.
Siapa sangka jika kabupaten Sukabumi menduduki urutan ketiga daerah dengan angka penjualan manusia tertinggi di Jawa Barat. Penjualan manusia yang biasany melibatkan anak di bawah umur jadi pekerja seks komersil nyatanya sudah sangat mengkhawatirkan di Sukabumi.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti menyebut bahwa kasus perdagangan anak di bawah umur di Sukabumi sudah melibatkan sindikat internasional. Seorang warga negara Belanda di vonis 15 tahun beberapa waktu dalam kasus tersebut.
"Vonisnya 15 tahun penjara. Dari kasus ini kita tahu bahwa perdagangan manusia di Sukabumi ini sudah melibatkan sindikat internasional," terang Elis.
P2TP2A Kabupaten Sukabumi sendiri sudah berupaya mencegah kasus perdagangan manusia dengan menggandeng MUI, Kepolisian dan Pemerintah setempat. Namun tetap saja, kasus perdagangan manusia di Sukabumi tinggi.
5 Fakta miris soal penjualan ABG jadi PSK di Sukabumi
Berikut lima fakta miris soal kasus penjualan ABG di tempat hiburan malam di Sukabumi:
1. ABG dijual jadi PSK oleh orang dekatnya
Sejak Januari hingga September 2013 ini Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi mengungkap 28 kasus human trafficking atau perdagangan manusia di wilayahnya. 60 Persen lebih kasus tersebut melibatkan anak di bawah umur atau 18 tahun ke bawah.
Ironis lagi, kasus penjualan ABG belasan tahun itu terkadang justru dilakukan oleh kerabat korban sendiri. Kita pernah temui kasus, ada paman yang jual keponakannya sendiri ke Medan, ujar Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti.
Tidak itu saja, Elis juga menemukan tiga ABG di Kabupaten Sukabumi yang dijual oleh seseorang bernama Dedeh yang terhitung masih kerabat mereka. Nah karena kerabat atau saudara ini kadang membuat korban sungkan untuk melapor. Ini yang sangat kita sayangkan, terangnya.
2. Ditawari kerja di restoran ternyata di tempat bordil
Merdeka.com - Sebagian besar kasus penjualan ABG yang ditangani Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi adalah anak di bawah umur. Mereka dipekerjakan di tempat hiburan malam untuk jadi PSK atau penghibur tamu di diskotek.
Awalnya para korban ditawari kerja dengan gaji sekitar Rp 3 juta untuk jadi pelayan restoran di Kota besar seperti Batam, Riau, Bangka Belitung dan lainnya. Namun kenyataannya mereka justru dipaksa bekerja di tempat-tempat mesum.
Banyak kasus awalnya mereka ditawari kerja di restoran di luar pulau. Setelah sampai sana, ternyata mereka dipaksa jadi PSK ada juga yang dipaksa menemani tamu diskotek, ujar Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti.
3. ABG Sukabumi digandrungi pria hidung belang
Merdeka.com - Banyak tempat hiburan malam di kota-kota seperti Batam, Medan, Sorong, bahkan luar negeri yang khusus meminta ABG Sukabumi. Hal itulah salah satu penyebab tingginya angka perdagangan anak di bawah umur untuk jadi pekerja seks komersil di Sukabumi.
Jadi informasi yang sering kami terima banyak tempat-tempat hiburan malam itu yang kadang khusus minta dicarikan orang Sukabumi. Hal ini yang membuat kasus human trafficking di Sukabumi ini cukup tinggi, ujar Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi.
Menurut Elis, anggapan bahwa gadis-gadis asal Sukabumi berparas cantik menjadi daya tarik tersendiri. Hal itu lah yang membuat banyak calo menjaring ABG untuk dijual ke tempat hiburan malam.
Ditambah juga tingkat pendidikan yang rendah, karena hampir semua kasus korban human trafficking itu hanya tamatan SD, akhirnya banyak yang terjerumus, terangnya.
4. Hedonis dan rendahnya pendidikan suburkan penjualan ABG
Merdeka.com - Secara geografis, Sukabumi memang dekat dengan Bandung dan Jakarta. Hal ini rupanya turut mempengaruhi kondisi sosiologis masyarakat Sukabumi terutama di kalangan anak muda. ABG Sukabumi pun sudah hedonis dan konsumtif.
Salah satu faktornya sikap konsumtif dan hedonis para ABG di sini. Banyak ABG dan mereka yang sudah dewasa terjun ke bisnis itu karena hingga tampil beda dan gaya, ujar Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi.
Pendidikan yang rendah juga membuat para mojang Sukabumi mengambil jalan pintas. Bisnis seks terselubung pun menjadi jalan tengah antara kebutuhan mereka akan materi dan rendahnya tingkat pendidikan.
Nah kasus trafficking pun mulanya banyak dari kasus ini awalnya. Tadinya mereka jadi PSK terselubung, lalu akhirnya mereka dijual ke luar Sukabumi seperti Batam, Jakarta, Babel, Malaysia dan Brunei, terang Elis.
5. Sindikat internasional ikut jual ABG Sukabumi
Merdeka.com - Human trafficking ternyata juga melibatkan sindikat internasional. Bahkan sindikat internasional ini juga sudah mulai merambah masuk ke Kabupaten Sukabumi.
Human trafficking sudah melibatkan sindikat internasional. Bahkan sindikat ini sudah mulai masuk di Sukabumi. Pemain besarnya warga negara asing, ujar Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti dalam sebuah pembicaraan di kantornya di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi.
Menurut Elis, sindikat internasional tersebut mencari anak-anak baru gede (ABG) di sekitar wilayah Kabupaten Sukabumi. ABG itu lalu dijual ke berbagai tempat hiburan malam seperti di Batam, Babel, Sorong dan kota-kota lain.
Mereka biasanya punya calo orang-orang ini. Calo-calo itu yang mencari dan merekrut para korban untuk kemudian di bawa ke tempat hiburan malam, terangnya.
ABG Sukabumi Paling Nikmat
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
reportase
,
seks
,
sex
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment