Grosir Mainan Anak, Murah Meriah Belum Tentu Bebas Racun
Jakarta, Salah satu pertimbangan saat membeli mainan untuk anak adalah harga, sebab bagaimanapun prinsip ekonomi selalu mengharapkan harga serendah-rendahnya untuk mendapat kualitas setinggi-tingginya. Berlaku juga untuk mainan anak?
Mainan anak dengan harga murah meriah bisa diperoleh di tempat-tempat grosir. Namun beberapa kalangan mengingatkan, kualitasnya kurang terjamin terutama menyangkut bahan-bahan yang digunakan. Bila mengandung racun, maka dampaknya akan buruk bagi anak.
"Kalau bicara mainan yang banyak di pasaran, grosir gitu, yang kita sorot adalah mainan impor. Memang tampilannya bagus, tapi biasanya mereka enggak punya sertifikasi," kata Thmanrin, pengusaha mainan kayu di daerah Condet, Jakarta Timur.
Thamrin yang memasarkan produknya di www.mainankayu.com mengungkap, mainan-mainan import yang tidak memiliki sertifikat keamanan terkadang menggunakan pemutih yang menggunakan racun. Pemutih itu dipakai pada beberapa produk mainan kayu yang dijual dengan harga miring.
Ia sendiri jarang memasok produknya ke pusat grosir, kalaupun memasok hanya ke toko tertentu yang memang menjaga kualitas. Untuk retailer besar seperti yang ada di mal atau pusat-pusat perbelanjaan, umumnya harus ada sertifikasi tertentu untuk menjamin keamanannya.
Sementara itu, psikolog anak dari klinik tumbuh kembang Kancil, Ratih Zulhaqqi, MPsi mengakui bahwa produk mainan di toko-toko besar memang relatif lebih mahal. Namun menurutnya, sedikit mahal tidak masalah karena ada jaminan kalau ada apa-apa pembeli bisa komplain.
"Untuk membeli mainan yang aman di mana, saya rasa enggak ada masalah orang tua mau beli di mana asal mereka cermat dan memperhatikan keamanan mainan itu," kata Ratih.
Jakarta, Salah satu pertimbangan saat membeli mainan untuk anak adalah harga, sebab bagaimanapun prinsip ekonomi selalu mengharapkan harga serendah-rendahnya untuk mendapat kualitas setinggi-tingginya. Berlaku juga untuk mainan anak?
Mainan anak dengan harga murah meriah bisa diperoleh di tempat-tempat grosir. Namun beberapa kalangan mengingatkan, kualitasnya kurang terjamin terutama menyangkut bahan-bahan yang digunakan. Bila mengandung racun, maka dampaknya akan buruk bagi anak.
"Kalau bicara mainan yang banyak di pasaran, grosir gitu, yang kita sorot adalah mainan impor. Memang tampilannya bagus, tapi biasanya mereka enggak punya sertifikasi," kata Thmanrin, pengusaha mainan kayu di daerah Condet, Jakarta Timur.
Thamrin yang memasarkan produknya di online mengungkap, mainan-mainan import yang tidak memiliki sertifikat keamanan terkadang menggunakan pemutih yang menggunakan racun. Pemutih itu dipakai pada beberapa produk mainan kayu yang dijual dengan harga miring.
Ia sendiri jarang memasok produknya ke pusat grosir, kalaupun memasok hanya ke toko tertentu yang memang menjaga kualitas. Untuk retailer besar seperti yang ada di mal atau pusat-pusat perbelanjaan, umumnya harus ada sertifikasi tertentu untuk menjamin keamanannya.
Sementara itu, psikolog anak dari klinik tumbuh kembang Kancil, Ratih Zulhaqqi, MPsi mengakui bahwa produk mainan di toko-toko besar memang relatif lebih mahal. Namun menurutnya, sedikit mahal tidak masalah karena ada jaminan kalau ada apa-apa pembeli bisa komplain.
"Untuk membeli mainan yang aman di mana, saya rasa enggak ada masalah orang tua mau beli di mana asal mereka cermat dan memperhatikan keamanan mainan itu," kata Ratih.
Dibanding Video Games, Ini Lebihnya Mainan Kayu untuk Anak
Jakarta, Mainan moderen seperti video games bukan tidak ada manfaatnya. Namun dibandingkan mainan-mainan edukatif yang kebanyakan dibuat dari kayu, video games di mata psikolog kurang melatih kemampuan untuk struggle atau berjuang.
Psikolog anak dari klinik tumbuh kembang Kancil, Ratih Zulhaqqi, MPsi berpendapat bahwa video games juga memiliki sisi edukatif. Salah satunya adalah meningkatkan sensorik motorik, misalnya dalam mencocokkan warna. Namun menurutnya, efeknya tidak terlalu signifikan.
"Malah yang banyak itu kekurangannya, karena mainan digital membuat anak terlalu gampang menyelesaikan games-games itu sehingga anak kurang struggle dalam menyelesaikan masalah yang dia hadapi. Masalah di sini ya games-games itu," katanya.
Ratih pun mengomentari orang tua yang kerap bangga bila anaknya mahir memainkan video games, terutama yang bisa dimainkan dengan gadget. Menurutnya, kemahiran tersebut bukan sesuatu yang patut dibanggakan karena anak-anak belum saatnya bergantung pada teknologi tersebut.
Terlebih, orang tua kadang-kadang memberikan gadget sebagai mainan hanya untuk membuat anaknya diam. Bila si anak mulai rewel, maka orang tua tidak mau repot-repot menenangkannya lalu meminjaminya gadget yang ada video gamesnya untuk dimainkan.
"Mau nggak mau mereka harus menanggung risikonya yang banyak banget. Seperti itu tadi, anak jadi kurang struggle, kecanduan gadget, atau bahaya terhadap kesehatan. Karena anak nonton tv aja kan dibatesin maksimal 30 menit sehari," lanjut Ratih.
Kalaupun ada kelebihan video games dibandingkan mainan-mainan yang lebih sederhana seperti mainan kayu, maka hal itu hanya soal tempat. Permainan tradisional seperti congklak misalnya, butuh ruangan yang lapang sementara saat ini kebutuhan seperti ini semakin jarang tersedia.
Bebas Bahan Beracun, Mainan Rumahan Ini Malah Lebih Mendidik
Jakarta, Mainan yang beredar di pasaran terbuat dari berbagai macam bahan. Tak jarang, dengan harga murah, mainan yang ditawarkan justru mengandung bahan berbahaya. Atau jika tidak mengandung bahan berbahaya, harganya justru mahal. Padahal, mainan anak bisa dibuat sendiri lho di rumah.
"Orang tua bisa aja bikin boneka dari kaos kaki bekas terus dikasih bahan lain sebagai mata dan mulut. Atau bisa juga kardus bekas yang bersih dibungkus kertas warna warni dan dijadikan balok-balokan," tutur psikolog anak dari klinik tumbuh kembang Kancil, Ratih Zulhaqqi, MPsi.
Mainan alternatif lain yang bisa dibuat senidiri di rumah yaitu puzzle. Orang tua bisa mencari gambar yang menarik di internet, mencetaknya, lalu ditempel di karton tebal. Kemudian, gambar tersebut digunting menjadi beberapa bagian layaknya puzzle.
Ratih menambahkan, jika anak sudah berusia tiga tahun ke atas, orang tua juga bisa memanfaatkan kaleng bekas misalnya yang dipadu dengan benang untuk membuat telepon-teleponan. Tapi, bagian kaleng yang tajam harus dihilangkan terlebih dulu kemudian dilapisi.
"Semua benda di sekitar kita bisa kok dijadikan objek bermain, misalnya tisu gulung selain dia tau bentuk, nanti tisunya kita balut ke tubuhnya terus dia lepas tisunya, itu kan udah bermain juga namanya," papar Ratiih.
"Untuk mengenalkan bentuk dan warna enggak mutlak harus pakai mainan edukasi, lewat buah atau sayuran juga bisa, atau benda-benda lain di sekitar kita, pastinya yang enggak berbahaya ya," pungkasnya.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
1 komentar :
murah meriah iya main bola tangkas.
Post a Comment