Ini Cara Membedakan Telur Ayam Kampung Asli dengan yang Tidak Asli
Kenaikan harga pakan ternak hingga 50 persen di Manado, Sulawesi Utara, telah memicu juga kenaikan harga telur ayam.
JAKARTA - Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) menyatakan, masifnya sebaran telur ayam Arab atau telur ayam brakel Belgia menyebabkan telur ayam kampung asli Indonesia hilang dari peredaran.
Ketua Umum Himpuli, Ade M Zulkarnain mengatakan, adanya persepsi atau pandangan masyarakat bahwa telur ayam kampung lebih sehat dan juga memiliki harga yang lebih tinggi membuat sebaran telur ayam Arab atau brakel Belgia mengalahkan telur ayam kampung asli Indonesia sejak 15 tahun terakhir.
"Masyarakat sudah punya persepsi yang kuat tentang telur ayam kampung, tetapi ternyata yang mereka beli bukan telur dari ayam kampung asli Indonesia," ujar Ade.
Menurutnya, jika ingin adil, dan tidak merugikan peternak ayam kampung asli, seharusnya penamaan atau labelling telur ayam Arab dan brakel Belgia diberi nama asli, bukan menggunakan nama telur ayam kampung.
"Kalau mau fair, dan tidak juga membunuh peternak peternak ayam Arab ini gunakanlah nama telur ayam Arab atau telur ayam brakel," tambahnya.
Kenali Cirinya
Kendati demikian, Ade menjelaskan, ada cara yang cukup mudah bagi konsumen untuk membedakan jenis telur ayam kamung asli atau telur ayam Arab atau brakel.
"Kalau perbedaan yang jelas itu telur ayam brakel atau telur ayam Arab itu 95 persen warnanya hampir putih semua, sementara ukurannya sama dengan telur ayam kampung," jelas Ade.
Kemudian, untuk telur ayam kampung asli Indonesia, lanjut Ade, memiliki dominasi warna yang berbeda dari ayam Arab atau brakel Belgia.
Telur ayam kampung asli itu warnanya lebih beraneka, tidak didominasi putih. Sehingga ada yang putih, ada yang krem, ada yang krem kecoklat-coklatan.
"Memang belum ada edukasi terhadap konsumen (soal keaslian ayam kampung)," jelasnya.
Dia mengungkapkan, saat ini peternak ayam kampung asli sudah tidak ada lagi karena tidak dinilai sudah tak lagi menguntungkan dan juga kalah bersaing dengan telur ayam Arab dan brakel Belgia.
"Sementara ayam Arab ini menjualnya pakai nama ayam kampung, karena harga telur ayam kampung tinggi," jelasnya.
Melanggar Aturan
Menurut Ade, praktik pemalsuan nama tersebut merupukan tidakan yang melanggar aturan, karena sudah tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Sumber Daya Genetik Hewan Dan Perbibitan Ternak.
"Ini mengganggu sumber daya genetik ternak asli Indonesia dan melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011," papar Ade.
Saat ini, lanjut Ade, para peternak mengharapkan pemerintah perlu melakukan klarifikasi dan penjelasan kepada konsumen terkait masalah tersebut.
Agar konsumen memiliki informasi yang tepat dan jelas terkait peredaran telur ayam kampung saat ini.
Pihaknya juga meminta pemerintah untuk memberikan bantuan dan perhatian kepada peternak ayam kampung asli agar mampu kembali memproduksi telur ayam kampung asli.
Selanjutnya, pihaknya juga ingin agar pemerintah dan peternak memperbaiki genetika ayam asli Indonesia sesuai dengan aturan dan amanat peraturan pemerintah.
Ini Sebab Telur Ayam Kampung Asli Kalah Bersaing
JAKARTA - Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) menyatakan saat ini telur ayam kampung yang beredar luas di pasaran bukanlah telur ayam kampung asli Indonesia, melainkan telur ayam Arab atau telur ayam brakel Belgia.
Ketua Umum Himpuli, Ade M Zulkarnain mengatakan, masifnya sebaran telur ayam Arab dan telur ayam brakel sudah dimulai sejak 15 tahun terakhir dan telah merambah pasar tradisional maupun ritel modern.
"Sekitar 15 tahun yang lalu telurnya dibawa oleh TKI, karena bentuk telurnya sama maka para peternak menjualnya dengan label telur ayam kampung," ujar Ade kepada Kompas.com.
Dengan itu, saat ini peternak telur ayam kampung asli mengalami kerugian akibat tak mampu bersaing dengan telur ayam Arab dan telur ayam brakel Belgia.
"Konsumen dirugikan, peternak ayam kampung pun tidak mampu bersaing dengan peternak ayam Arab sehingga yang tersisih itu peternak ayam kampung," papar Ade.
Menurut Ade, hal ini terjadi akibat tingkat produksi ayam kampung hanya 20-25 persen dan relatif rendah jika dibandingkan dengan ayam Arab maupun Belgia yang bisa mencapai 65 persen.
Namun, yang disayangkan adalah penamaan atau labeling telur ayam kampung digunakan pada telur ayam Arab maupun ayam brakel Belgia untuk mendapatkan harga yang tinggi.
"Labelling telur ayam kampung supaya harganya bisa terangkat karena harga telur ayam kampung berbeda dari harga telur ayam biasa, harga telur ayam kampung itu kan relatif lebih tinggi," papar Ade.
Akibatnya, saat ini sudah tidak ada lagi peternak telur ayam kampung, karena sudah banyak yang beralih profesi dari peternak telur ayam kampung menjadi budidaya ayam kampung karena tidak mampu bersaing.
Ade menurukan, saat ini harga telur atam Arab dan brakel yang banyak di pasaran berkisar Rp 2.500 per butir, sedangkan ditingkat peternak Rp 1.300 hingga Rp 1.400 per butir.
"Peternak ayam kampung asli tidak bisa menjual dengan harga maksimal, sehingga rugi dan peternak ayam kampung yang khusus menjual telur ayam kampung sudah tidak pada akhirnya yang mereka lakukan adalah budidaya ayam kampung," pungkas Ade.
Menuruynya, terkait dengan kondisi tersebut, pihaknya sudah melakukan upaya komunikasi dengan pemerintah agar permasalahan tersebut bisa selesai, namun, belum mendapatkan respon yang positif dari pemerintah.
Rahasia Terlarang Tips Bedain Telur Ayam Kampung Palsu
bisnis
,
investigasi
,
modus operandi
,
reportase
,
telisik
,
telusur
Edit
0 komentar :
Post a Comment