Rahasia Terlarang Yayasan Lonte dan Esek Esek

Warga Tak Mengira Setia Karya Jadi "Yayasan" PSK

JAKARTA - Polisi berhasil mengungkap sindikat perdagangan anak di bawah umur yang berkedok yayasan penyalur pembantu rumah tangga (PRT) di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Meski sudah digerebek oleh Jajaran Polres Metro Jakarta Pusat, bangunan berlantai dua semi permanen yang berdiri di Jalan Ketapang Baru, Kemayoran tidak dipasangi police line.

Salah satu warga mengaku kaget Yayasan Setia Karya menjadi tempat penyalur pekerja seks komersial (PSK). Pelaku telah menyalahgunakan fungsi yayasan tersebut.

"Yayasan Setia Karya dulunya tempat penyalur PRT, tapi pas kemarin banyak polisi, katanya ini tempat enggak benar," ucap salah satu warga, Lasmi.

Sebelum dilakukan penggerebekan, Lasmi awalnya tidak mengira bahwa tempat tersebut dijadikan untuk menyalurkan "wanita nakal" ke sejumlah kafe atau diskotik di wilayah Jakarta hingga Tangerang.

Menurut Lasmi, sang pemilik berinisial SR tidak pernah bergaul dengan masyarakat, bahkan keberadaanya sejak 2013 cenderung menganggu masyarakat.

"Ini orangnya enggak terbuka mas. Enggak pernah ngobrol sama kita-kita. Mana sering ganggu tetangga, masa nyetel musik kenceng-kenceng kaya dimana aja memang," tutupnya.

Sebagaimana diketahui, Satreskrim Polres Metro Jakarta Pusat, berhasil membongkar jaringan prostitusi berkedok yayasan penyalur PRT. Polisi berhasil membebaskan tiga perempuan di bawah umur, yang baru saja dijual oleh pemilik yayasan SR kepada pemilik sebuah kafe remang-remang di bilangan Dadap, Tanggerang, Jawa Barat, yaitu HY (17), IS (17), dan EM (15).

Polisi Tangkap Pemilik "Yayasan" PSK di Kemayoran


JAKARTA - Niat mencari pekerjaan, HY (17), IS (17), dan EM (15), justru menjadi korban human traficcking (perdagangan manusia) yang dilakukan oleh pihak Yayasan Setia Karya, di Jalan Ketapang Baru I, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, AKBP Siswa Yuwono, menjelaskan, peristiwa ini berawal saat salah seorang korban berhasil melarikan diri dari penampungan emudian melaporkan kejadiannya ke Polsek Kemayoran dan ke Polres Jakarta Pusat.

"Di sini (Polres Jakarta Pusat) kita tanyai korban mengaku dipekerjakan sebagai PSK di Kafe Doli-Doli di Dadap, Kosmabi, Kabupaten Tangerang tempat lokalisasi namun tidak sempat melayani tamu karena sedang haid," kata Siswo di Mapolres Jakarta Pusat.

Mendapat laporan tersebut pihaknya langsung menuju tempat penampungan di yayasan tersebut untuk menangkap para pelaku dan mengamankan kedua rekan korban.

"Dari keterangan korban kita tangkap SR sebagai pemilik yayasan dan MS sebagai pemilik tempat kafe tersebut," ungkap Siswo.

Lebih lanjut Siswo menjelaskan, dari penyidikan yang dilakukan Yayasan Setia Karya tidak memiliki izin sejak 1996. Dijelaskannya, pelaku mengaku baru pertama kali melakukan penjualan manusia tersebut.

"Kalau dari pengakuan pelaku dia menjajikan pekerjaan sebagai waiters kepada korban. Kata dia baru pertama kali melakukan aksinya," tutur Siswo.

Atas perbuatannya pelaku diancam Pasal 88 UU RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak atau Pasal 296 KUHP Jo Pasal 56 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara.

Pemilik 'Yayasan PSK' Jual Korbannya Rp1 Juta

JAKARTA - Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, AKBP Siswa Yuwono mengatakan, SR pemilik Yayasan Setia Karya menjual korbannya sebesar Rp1 juta untuk dijadikan pekerja seks komersial (PSK) kepada MS pemilik Kafe Doli-Doli di Dadap, Kosmabi, Kabupaten Tangerang.

"Setiap orang dijual sebesar Rp1 juta yang kata dia untuk pengganti ongkos dan berupa kebutuhan belanja operasional seperti bensin dan kebutuhan operasional lainnya," kata Siswo di Mapolres Jakarta Pusat.

Pelaku, sambung Siswo, menjanjikan para korban untuk dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga di Ibu Kota. Namun, pelaku menjual kepada rekan MS sebagai pemilik kafe esek-esek untuk dipekerjakan sebagai PSK.

"Kemudian memang mereka dipekerjakan sebagai PSK. Beruntung salah seorang korban berhasil berpura-pura haid sehingga bisa melaporkan kejadian ini kepada polisi," tukasnya.

Seperti diketahui, HY (17), IS (17), dan EM (15), menjadi korban human traficcking usai niat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Yayasan Setia Karya, Jalan Ketapang Baru I, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sebelum Dijual, Pemilik Yayasan "Cicipi" Korban Dahulu

JAKARTA - Kepala Satuan Reskrim Polres Jakarta Pusat, AKBP Siswa Yuwono mengungkapkan, sebelum menjual HY (17), IS (17), dan EM (15) pemilik Yayasan Setia Karya 'mencicipi' para korban.

Siswo menjelaskan, kejadian tersebut saat pemilik yayasan SM mengantarkan korban HY kepada tersangka lainnya MS pemilik kafe esek-esek di Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang.

"Saat SR mengantar korban HY ke tempat MS, pelaku menyetubuhi korban selayaknya suami istri sebanyak dua kali," kata Siswo di Mapolres Jakarta Pusat.

Pertama, lanjut Siswo, pelaku melakukan aksi birahinya tersebut di Hotel Ellysta Dadap, Kabupaten Tangerang.

"Di situ pelaku memberikan uang sebesar Rp90 ribu dengan menunjukkan identitas diri dan STNK mobilnya kepada korban," ungkap Siswo.

Aksi bejat lainnya, sambung Siswo, dilakukan pelaku kepada korban HY di rumah kontrakannya di Jalan H. Ung RT 002/003, Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Di sana, korban dijanjikan akan diberikan uang sebesar Rp150 ribu usai berhubungan badan," pungkasnya.

Seperti diketahui, HY (17), IS (17), dan EM (15), menjadi korban human traficking usai niat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Yayasan Setia Karya, Jalan Ketapang Baru I, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Yayasan" PSK di Kemayoran Dipenuhi Wanita Muda

JAKARTA – Yayasan Setia Karya awalnya berfungsi sebagai penyalur pembantu rumah tangga (PRT), namun 'disulap' oleh Sonarja Rahmat (SR) menjadi tempat penyalur nafsu birahi untuk pria hidung belang. Yayasan tersebut berada di Ketapang Baru I RT 03 RW 03, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Menurut Ketua RT 03 Yahya, sebelumnya tempat tersebut ditempati oleh Urip, yang diketahui salah satu pejabat di Yayasan tersebut saat fungsinya masih penyalur PRT. Namun pada 1996, yayasan itu berpindah tangan ke SR, dan sejak itulah yayasan berubah haluan.

Yahya mengaku sebelum adanya pengerebekan, dirinya bertamu ke kantor yayasan tersebut. Saat itu, ia mengungkapkan belum mengetahui bahwa yayasan tersebut sudah berubah fungsi.

"Saya pernah bertamu, sekira dua bulan sebelum polisi melakukan pengerebekan tempat tersebut," kata Yahya, di lokasi.

Bahkan saat dirinya bertamu, SR dan seseorang sempat melakukan transaksi dengan gaya bahasa kode, namun sekali lagi Yahya belum mengira bahwa itu merupakan proses negosiasi penjualan anak di bawah umur.

"Pernah waktu itu, pas saya lagi bertamu, tiba-tiba ada orang naik mobil dia berteriak bang lima dong, lalu SR menjawab yang bagus-bagus, iya dong timpal si sopir," ceritanya.

Dari percakapan itu, Yahya masih mengira bahwa lima orang tersebut akan dijadikan pembantu, bahkan dirinya sempat bertanya kepada seorang sopir, namun sang sopir hanya menjawab singkat.

"Pas saya Tanya: ‘Kok banyak amat lima (mengira jadi pembantu)?’ Sopir menjawab: ‘Iya nih buat anak bos’," ungkapnya.

Saat dirinya bertamu ke rumah SR, Yahya mengaku di rumah tersebut diperkirakan ada perempuan muda yang tinggal di sana.

"Mereka (perempuan muda) tinggal di lantai satu dan lantai dua," tutupnya.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :