Melongok Prostitusi Terselubung di Kota Semarang

SEMARANG, Praktik prostitusi memang tidak melihat tempat. Di mana pun mereka bisa bertransaksi atas bisnis esek-esek tersebut. Seperti halnya praktik prostitusi di Jalan Pandanaran, Kota Semarang. Tidak banyak yang tahu adanya prostitusi terselubung di jalan protokol yang merupakan jantung kota dari ibu kota Jawa Tengah ini.

Praktik prostitusi pinggir jalan ini tidak terlalu mencolok. Para perempuan pekerja seks komersial (PSK) tidak menjajakan dirinya dengan berdiri di pinggir-pinggir jalan dan mengenakan baju seksi seperti halnya prostitusi jalanan di tempat lain.

Para PSK itu tiap malam akan keliling di sepanjang jalan dengan mengendarai sepeda motor. Sejak beberapa tahun terakhir, para PSK dikenal dengan sebutan gadis bermotor. Sesekali mereka tampak bergerombol di sebuah tempat di pinggir jalan.
Tubuhnya pun terbalut baju yang terkadang tidak terlalu seksi sehingga tidak ada yang mengira mereka menjajakan kepuasan nafsu....

Lagi-lagi pemandangan itu tidak terlalu mencolok sebab mereka layaknya gadis-gadis pencinta dunia malam yang sedang bercengkerama atau baru saja pulang dari tempat hiburan malam. Tubuhnya pun terbalut baju yang terkadang tidak terlalu seksi sehingga tidak ada yang mengira mereka menjajakan kepuasan nafsu.

PSK yang berusia sekitar 20 hingga 30 tahun ini biasa muncul di Jalan Pandanaran selepas pukul 23.00 WIB. Usia yang masih muda dan bentuk tubuh yang juga cukup enak dipandang membuat mereka memasang tarif lebih mahal dibandingkan dengan prostitusi pinggir jalan lain, seperti di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Tanjung. Bahkan, ada juga PSK di tempat ini yang mengaku masih duduk di bangku salah satu SMA swasta di Semarang.

Mereka biasanya membuka harga dari Rp 250.000 hingga Rp 300.000 sudah termasuk biaya kamar. Tawar-menawar antara penjaja seks dan para lelaki hidung belang bisa saja dilakukan, tetapi biasanya hanya turun maksimal Rp 50.000. “Yang kamarnya bagus, ya, mahal. Ada AC, kamar mandi dalam, pokoknya puas,” ungkap salah seorang PSK yang ditemui Kompas.com beberapa waktu lalu.

Para lelaki yang sudah tahu keberadaan mereka biasanya akan melajukan kendaraan secara pelan-pelan di jalan tersebut. Para PSK kemudian menghampiri dan menawarkan diri. Jika tidak, PSK itulah yang akan melajukan kendaraan pelan dan para lelaki akan menghampirinya. “Cewek, Mas?” ucap para PSK ketika menawarkan diri. Bukan hanya sendirian, para PSK terkadang juga berboncengan sehingga memberikan kesempatan lelaki hidung belang untuk memilih.

Awalnya, prostitusi di kawasan ini juga banyak dikenal di Simpang Lima, Semarang, yang sebelumnya banyak terdapat kedai-kedai kecil atau biasa disebut kedai teh poci di lapangan tersebut, tetapi kemudian digusur. Kedai itu biasa digunakan PSK untuk menunggu lelaki yang minta ditemani. Perempuan-perempuan itu dikenal dengan sebutan ciblek, yang dalam bahasa Semarangan sebenarnya merupakan singkatan dari cilik-cilik betah melek (kecil-kecil suka begadang).

Beralihnya para perempuan itu menggunakan sepeda motor, berdasarkan berbagai sumber, sudah terjadi sejak sekitar 2006. Sejak kedai teh poci tersebut digusur, mereka seperti kehilangan lahan. Namun, mereka tetap kembali ke jalan, dan untuk mengantisipasi seringnya dilakukan razia ketika itu, para PSK kemudian beralih menggunakan sepeda motor.

Dengan mengendarai sepeda motor dianggap lebih mudah lari dari kejaran petugas. Selain itu, mereka juga mengaku lebih percaya diri dengan mengendarai sepeda motor tersebut. “Kan bisa ditawarkan lebih mahal,” ujar seorang PSK dengan yakin.

Tak Laku, PSK di Sini Siap Obral...

SEMARANG, Menjajakan diri di pinggir jalan memang sudah menjadi pekerjaan sehari-hari bagi "D", perempuan paruh baya yang sudah memiliki dua orang anak ini. "D" biasa mangkal di Jalan Imam Bonjol, Semarang, dan selalu berangkat diantar suaminya.

Sehari-hari, uang yang didapatkannya memang tidak menentu. Tetapi, saat ramai ia bahkan bisa melayani 10 laki-laki mulai pukul 21.00 hingga pukul 05.00 WIB. Sebagian besar pelanggannya merupakan orang luar kota atau yang bukan berasal dari wilayah tersebut.
Sehari-hari, uang yang didapatkannya memang tidak menentu. Tetapi, saat ramai ia bahkan bisa melayani 10 laki-laki mulai pukul 21.00 hingga pukul 05.00 WIB.

“Mereka yang 'pakai' yang biasa turun dari kereta, ramainya kalau liburan dan akhir pekan,” kata "D" dalam perbincangan dengan Kompas.com belum lama ini.

Melihat kondisinya yang sudah memiliki dua anak dan semakin tua, "D" mengaku tidak pernah menawarkan harga yang mahal kepada para lelaki yang membutuhkan jasanya. Jika beruntung, ia bisa menawarkan harga Rp 200.000. Namun, jika tidak, biasanya ditawar Rp 150.000 atau Rp 100.000. Bahkan, jika sudah terpaksa sampai larut malam dan tidak ada juga yang menawar, perempuan di kawasan ini bisa saja melakukan obral.

“Yang penting bisa dapat uang, kadang ada juga yang belum laku akhirnya hanya mendapat sisa Rp 30.000 dari bayar kamar, ya sudah, iya saja. Mau bagaimana lagi? Namanya jualan kan enggak selalu laku dan enggak selalu ramai,” tuturnya.

"D" sendiri mengaku sudah melakukan pekerjaan ini sejak usia 15 tahun. Pertama kali keperawanannya dijual karena ia yang dulunya anak jalanan ingin memiliki sebuah handphone.

“Ingin punya HP, enggak ada duit. Ada teman nawari, mau enggak diajak om-om nanti dikasih HP? Ya mau saja karena waktu itu saya juga masih kecil. Ternyata tidak diberi HP, tapi diberi uang. Ya sudah ta' belikan HP, dan masih ada sisa uang. Akhirnya sampai sekarang,” kata "D" menutup kisahnya.

Kalau Ganteng, Bolehlah Tanpa Kondom...

SEMARANG, Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) yang biasa menjajakan diri di kawasan Jalan Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah, mengaku selalu membawa kondom, baik di tas kecil yang dibawanya maupun di kantong celana yang dikenakannya.

Persiapan itu  dilakukan agar dalam memberikan "pelayanan", baik PSK maupun lelakinya, bisa merasa lebih aman. Namun, yang lebih penting menurut pengakuan salah satu penjaja seks di kawasan itu, penggunaan kondom penting agar tidak hamil. Sebab, ada juga yang mengaku masih duduk di bangku SMA.

“Kalau hamil bisa repot, saya nggak mau lagian masih sekolah. Banyak teman saya yang hamil, jadi kacau semuanya,” ungkap gadis asal pinggiran Kota Semarang ini.

Para PSK di kawasan ini memang tampak lebih muda, segar, berbadan bagus, serta berparas cantik dengan usia antara belasan tahun hingga sekitar 30 tahun. Mereka terbiasa menawarkan diri dengan harga lebih mahal, dan dianggap sebagai PSK kelas menengah di kawasan Kota Semarang.

Bermodalkan sepeda motor, mereka juga akan tampak lebih "kece" dalam mencari pelanggan. Selain untuk memudahkan lari dari kejaran petugas, tentunya.

Prostitusi di kawasan ini memang tidak terlalu vulgar seperti halnya praktik prostitusi pinggir jalan lainnya di Kota Semarang. Meskipun begitu, dalam semalam, mereka mengaku bisa memberikan pelayanan kepada empat hingga lima lelaki hidung belang.
Kalau cowoknya ganteng bolehlah nggak pakai, nanti saya punya cara sendiri biar aman.

Rata-rata dari mereka mengaku selalu meminta pelanggan untuk menggunakan kondom yang sudah mereka bawa. Namun, memang bisa saja ada perjanjian lain antara keduanya. “Kalau cowoknya ganteng bolehlah nggak pakai, nanti saya punya cara sendiri biar aman,”ungkapnya sambil tertawa lebar.

Terjun ke dunia prostitusi bagi gadis ini memang bukan tanpa sebab. Ia mengaku nekat menjual diri untuk membantu keluarganya meringankan biaya sekolah. Ia sendiri mengaku sudah relatif lama terjun ke dunia malam setelah dikenalkan oleh salah seorang temannya.

Ia mengatakan, pelanggan yang datang akan ramai saat akhir pekan atau liburan. Selain dari dalam kota, biasanya mereka selalu menemani tamu-tamu dari luar kota yang berkunjung ke Semarang.

Jika beruntung, bisa saja mendapatkan lelaki kaya yang mengajaknya menikmati malam di hotel berbintang. Tentu dengan tarif yang berbeda. Dalam mencari pelanggan, ia bisa juga sendirian ataupun melalui teman-temannya.

Mereka menjajakan diri dengan berjalan pelan-pelan di sepanjang jalan tersebut. Setelah transaksi dilakukan, mereka akan beriringan menuju sebuah hotel sesuai dengan kesepakatan. Pembayaran dilakukan setelah PSK memberikan pelayanan.

Jual Diri, Para PSK Itu Diantar Suami...

SEMARANG, Selain kawasan Jalan Pandanaran yang terkenal dengan "gadis" bermotor, ada ruas jalan lain di Kota Semarang yang juga dikenal sebagai kawasan prostitusi pinggir jalan, antara lain, di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Tanjung, dekat dengan kawasan Stasiun Poncol.

Berbeda dengan Jalan Pandanaran yang tidak terlihat vulgar, di kawasan ini, setiap yang lewat akan melihat para perempuan malam menjajakan diri di pinggir jalan. Para pekerja seks komersial (PSK) itu tampak berusaha berpakaian seksi sambil mejeng di pinggir-pinggir jalan.

Dulu, para perempuan yang terlihat sudah dewasa dengan umur antara 20 hingga lebih dari 30 tahun tersebut biasa menjajakan diri dengan berdiri di pinggir jalan. Mereka akan menawarkan diri pada setiap lelaki yang lewat. Sekarang, sejak beberapa tahun terakhir, mereka tampak berbeda karena mulai mengendarai sepeda motor, yang sebagian besar berjenis matic. PSK di sepanjang jalan ini mangkal dengan cara duduk di atas motor.

Dengan menggunakan sepeda motor, mereka akan lebih mudah untuk lari dari kejaran petugas saat razia. Sebab, sebelum menggunakan sepeda motor, mereka sering terkena razia dari para petugas. Sayangnya, meski razia dilakukan rutin, tempat ini juga tidak berubah sejak beberapa tahun lalu, bahkan semakin ramai dengan puluhan PSK.

Di pinggir-pinggir jalan, juga terdapat banyak warung yang terkadang digunakan para PSK untuk bertransaksi sebelum ke kamar hotel.

Namun, ada pemandangan lain di salah satu sudut jalan tersebut, ada sejumlah lelaki bergerombol yang tampak asyik ngobrol. Mereka bukanlah pelanggan para PSK tersebut. Ternyata sebagian besar dari mereka merupakan suami atau pasangan dari para PSK, baik pasangan yang sah secara hukum, pasangan karena nikah siri, maupun pasangan kumpul kebo.

Para lelaki ini tampak mengawasi para perempuannya yang tengah mencari nafkah dengan menjual diri. Selain itu, mereka juga terkadang mencarikan pelanggan bagi pasangannya. Parahnya, jika terlihat "tidak laku", PSK itu bisa menjadi sasaran kemarahan dari suaminya.

Tidak segan-segan para suami ini menghajar istri mereka di depan umum.  “Dulu pernah ada yang dihajar di depan umum karena sampai malam tidak laku, tetapi ya nggak ada yang berani melerai, itu urusan mereka. Sudah jadi pemandangan umum di sini,” ungkap salah seorang pedagang nasi di kawasan itu.

Sebagian besar PSK di kawasan ini sudah memiliki anak. Mereka memang bekerja untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Mereka kebanyakan berasal dari beberapa wilayah di sekitar Kota Semarang.

Para "kupu-kupu malam" tersebut memang biasa mengenakan baju ketat dan seksi, tetapi untuk badan dan wajah bisa tergolong pas-pasan sehingga tarif PSK di kawasan ini pun lebih murah dibandingkan dengan kawasan Jalan Pandanaran. Mereka bisa memberikan pelayanan dengan tarif di bawah Rp 200.000 untuk setiap pelanggan, sudah termasuk sewa kamar di hotel-hotel kecil di kawasan itu.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

5 komentar :

Unknown said...

Sebenar'a masih ada tempat" prostitusi lain'a di semarang,
,Memang benar bnyak siswi sma yg menjajaken diri mereka,,
Bahkan teman sekelas saya dulu pun ada,,,

Gerahana Vironica said...

boleh minta nomer2nya?

Unknown said...

Namanya tempat prostitusi pasti banyak, apalagi yang terselubung bro.. Lihat info tempat terselubung komplit di dewasbobet.com. Dijamin kagak nyesel bro.. he,

Unknown said...

thanks for sharing, may be useful
vimax asli vimax original sex shop sex shop semarang boneka sex cantik obat penghilang tatto

Jual Obat Aborsi Cytotec Asli 081215199699 said...




Obat Aborsi Di Semarang

Obat Cytotec Asli Di Semarang

Obat Penggugur Kandungan Di Semarang

Jual Obat Aborsi Di Semarang

Cytotec Asli Di Semarang

Obat Aborsi Cod Di Semarang

Obat Pelancar Haid Di Semarang

Obat Terlambat Datang Bulan Di Semarang

Obat Peluntur Janin Di Semarang



WA: 0813 9016 7973

BBM: DDB2 E229

WEBSITE RESMI: https://penggugur-janin.com/