Dua Peneliti Ini Sepakat Kunci Langsing Bukanlah Diet
Jakarta, Diet dikatakan metode terbaik untuk mempertahankan berat badan ideal atau menurunkan berat badan, meski metode diet yang tepat untuk satu orang dengan lainnya ternyata berbeda-beda. Tapi menurut dua peneliti asal Amerika ini lebih baik lupakan diet, karena yang terbaik adalah perubahan gaya hidup.
Lewat Journal of the American Medical Association, Sherry Pagoto dari University of Massachusetts Medical School, Worcester, Mass., dan Bradley Appelhans dari Rush University Medical Center, Chicago berpendapat bahwa apapun jenis dietnya, entah itu diet rendah karbo, diet rendah lemak atau diet ala vegetarian, memberikan efek negatif dan positif yang sama besarnya dalam menghadapi obesitas.
Tapi pada akhirnya pasien hanya akan kebingungan memilih diet yang mana yang paling baik dari semuanya. Untuk itu Pagoto dan Appelhans mengatakan faktanya perubahan gaya hiduplah yang benar-benar mampu mencegah penambahan berat badan dan berbagai penyakit yang berkaitan dengan itu misalnya diabetes maupun penyakit peredaran darah.
"Riset bertahun-tahun mengindikasikan apapun makanannya dan berapapun banyaknya makanan yang dikonsumsi orang yang ingin langsing itu sebenarnya tak ada efeknya, asalkan kalorinya dikurangi. Yang terpenting itu adalah 'bagaimana' memakannya, termasuk berbagai intervensi gaya hidup lainnya seperti aktivitas fisik dan perilaku suportif agar orang-orang ini tetap konsisten dalam waktu lama," terang Appelhans seperti dilansir Livescience.
"'Diet' yang digunakan dalam intervensi gaya hidup semacam ini bisa rendah lemak, rendah karbo atau jenis lainnya. Ini tak jadi soal. Diet itu sendiri bukanlah instrumen keberhasilan intervensi gaya hidup, namun perilaku itulah kuncinya," timpal Pagoto.
Baik Pagoto dan Appelhans pun sepakat banyak studi yang memperlihatkan kesuksesan sejumlah orang dengan menggunakan metode diet tertentu karena mereka hanya memfokuskan diri pada makronutrien: protein, lemak atau karbohidrat saja; tapi tanpa perubahan gaya hidup, semua metode diet itu jadi sia-sia dan berat badannya kembali bertambah.
Sebaliknya, beberapa studi baru seperti Finnish Diabetes Prevention Study dan China Da Qing Diabetes Prevention Study berhasil membuktikan banyak partisipan yang berat badannya turun dan berisiko lebih kecil mengidap diabetes karena mereka diajari untuk menurunkan berat badan melalui perubahan gaya hidup.
Pagoto pun mendeskripsikan perubahan gaya hidup itu ada tiga cara: konseling diet (bagaimana mengontrol porsi makan, mengurangi makanan berkalori tinggi); konseling olahraga (bagaimana cara menetapkan tujuan olahraga atau menentukan target detak jantung yang ingin dicapai); dan modifikasi perilaku (bagaimana memonitor diri sendiri, memecahkan masalah, tetap termovitasi dan memahami rasa lapar).
Bahkan kedua peneliti mencatat satu-satunya fakta yang konsisten dari berbagai studi tentang diet adalah 'kepatuhan' si pelaku diet, sebagai elemen yang sangat kuat asosiasinya dengan penurunan berat badan dan risiko penyakit.
Pagoto juga mengungkapkan lima tantangan diet yang ia temukan pada pasien-pasiennya, diantaranya tak punya waktu untuk memasak sendiri atau berolahraga; terlalu stres atau tertekan; anggota keluarga yang kerap membawa junk food ke rumah; tak punya teman untuk berolahraga atau merasa kikuk ketika olahraga sendiri; dan selalu merasa lapar sepanjang waktu.
Terbukti rasio lemak, karbo dan protein dalam makanannya justru tak begitu berperan.
"Sebagian besar pasiennya yang obes paham betul yang mana makanan sehat, mana yang tidak sehat. Untuk itu saya berkolaborasi dengan pasien untuk bagaimana caranya membuat mereka lebih rutin melakukan gaya hidup sehat, terlepas apapun dietnya," tutupnya.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment