Rahasia Terlarang Cara Mencegah Serangan Pedofil Pada Anak

8 Cara Lindungi Anak dari Ancaman Pedofilia

Jakarta - Peran orang tua sangat penting agar anak terhindar dari ancaman pedofilia. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua.

dr Andri, SpKJ, FAPM, dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, mengatakan pelaku pedofilia bisa ada di mana saja, bahkan di sekitar anak-anak kita. Oleh karena itu, orang tua harus tetap waspada.

"Hanya kewaspadaan yang baik dan pendidikan yang baik kepada anak yang bisa mengurangi risiko menjadi korban pedofilia," tutur dr Andri kepada detikHealth.

Ancaman pedofilia bisa datang dari mana saja. Untuk itu, kita sebagai orang tua harus melakukan langkah-langkah perlindungan pada anak.

"Pelaku pedofilia bisa ada di mana saja, bahkan di kehidupan sehari-hari si anak, baik itu orang asing maupun orang yang dikenal," tutur dr Andri, SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera kepada detikHealth.

Pada artikel bagian pertama, sudah disebutkan bahwa percaya pada anak, tidak menyebarkan nomor handphone anak, hingga pemberian pendidikan kesehatan reproduksi merupakan langkah penting untuk melindungi anak.

Oleh karena itu, simak penjelasan tentang beberapa cara melindungi anak dari ancaman pedofilia di artikel bagian kedua berikut ya:

Lalu apa saja yang bisa dilakukan orang tua? Berikut 8 caranya:

1. Percaya pada anak

Ketika anak bercerita dan mengaku mengalami pelecehan seksual, maka orang tua harus percaya. Jika orang tua tidak percaya, risiko anak mengalami pelecehan lanjutan dan trauma akan semakin besar.

"Secara psikologis anak mengatakan hampir 95-98 persen ketika mengaku mengalami pelecehan seksual," papar dr Andri.

2. Hindari anak berjalan sendirian

Pelecehan seksual rentan terjadi ketika anak sendirian. Pelaku pedofilia pun biasanya sudah menandai beberapa lokasi favorit seperti toilet, mobil ruang kelas atau lorong yang kosong.

"Karena itu hindari membiarkan anak sendirian tanpa pengawasan orang tua. Risiko juga bisa terjadi di tempat umum seperti saat camping atau bioskop yang gelap," ungkapnya lagi.

3. Jangan sebar nomor anak

Anak usia pra-pubertas biasanya sudah memiliki handphone sendiri. dr Andri mengingatkan agar orang tua memantau SMS, WA, BBM, email, panggilan telepon dan juga media sosial anak. Jika anak memiliki handphone, jangan bagikan nomornya ke orang asing.

"Jangan lupa masalah kekerasan seksual kepada anak juga bisa melibatkan orang terdekat dari si anak sendiri," ujarnya lagi.

4. Gunakan bahasa kesehatan reproduksi

Pastikan anak kita tahu dan menggunakan kata-kata yang benar untuk bagian intim mereka seperti penis, vagina, testis, anus, payudara, puting dan lain-lain. Caranya tentu saja dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini.

"Jika anak sudah merujuk ke vagina mereka sebagai sesuatu yang bisa 'dimakan' atau dinikmati, kita harus menanyakan secara detil kepada anak dari mana dia mengetahuinya," tutupnya.

5. Waspada tanpa mengekang

dr Andri mengingatkan orang tua untuk waspada namun tetap proporsional. Dalam artian, anak jangan dikekang.

"Mengekang anak dengan tidak membiarkannya berinteraksi dengan orang lain malah tidak baik untuk perkembangan mentalnya ke depan," papar dr Andri.

6. Jaga keutuhan keluarga

Rumah tangga yang rusak bisa membuat anak tumbuh tanpa figur ayah yang peduli atau ibu yang penyayang. Hal ini bisa membuat anak mencari perhatian dari orang dewasa lain di sekitarnya.

"Seorang anak yang sedih, kesepian atau penuh konflik lebih mudah dimanipulasi oleh pedofil," pesannya lagi.

7. Biarkan anak bercerita

Ketika anak bercerita tentang pengalaman yang bernuansa seksual, jangan bereaksi berlebihan. Dengarkan mereka sampai habis agar orang tua mendapatkan cerita yang utuh dan jelas.

Bereaksi berlebihan malah membuat anak diam dan akhirnya menyimpan detail ceritanya sendiri.

8. Jika butuh, bawa ke profesional

Jangan ragu untuk membawa anak ke tenaga profesional terlatih seperti psikiater, psikolog anak, atau psikolog klinis jika ia sulit bercerita. Anak sulit bercerita jika merasa tertekan dan dipaksa untuk membahas terus-menerus oleh orang-orang disekitarnya.

"Laporan anak seharusnya didapatkan dari satu kali cerita yang didengarkan oleh orang yang memahami bagaimana memperoleh informasi dari anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual atau pedofilia," tutupnya.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :