Penemuan yang Mengubah Dunia: Kondom
Sebuah kondom kuno yang berasal pada 1813 dan buku petunjuk penggunaannya.
Salah satu penemuan yang suka atau tidak suka mungkin paling bermanfaat di dunia adalah kondom.
Memang tak diketahui secara pasti siapa penemu alat kontrasepsi ini, tetapi diduga manusia sudah menggunakan kondom sejak beberapa abad lalu.
Sebelum abad ke-19 kondom dibuat dari berbagai bahan, mulai dari kain linen yang menjalani proses kimia atau bagian tubuh hewan biasanya usus atau empedu.
Kondom karet berpelumas baru populer di pertengahan abad ke-20 sebelum dibuat secara industrial pada awal abad ke-20.
Kondom tertua yang diketahui saat ini ditemukan di sebuah tempat pembuahan limbah di Kastil Dudley, Inggris.
Kondom yang terbuat dari membran hewan itu, setelah diteliti diyakini berasal dari masa sekitar 1642.
Meski para ahli masih memperdebatkan apakah kondom sudah digunakan di dunia kuno, yang jelas masyarakat Mesir, Yunani, dan Romawi sudah mengenal keluarga berencana.
Namun, saat itu tanggung jawab mengenalikan kelahiran adalah sepenuhnya milik kaum perempuan.
Sejumlah tulisan dari masa itu memang secara samar menulis soal metode pengendalian kelahiran oleh pria. Namun, para sejarawan meyakini cara pengendalian itu bukan menggunakan kondom tetapi lebih ke cara berhubungan badan saja.
Soal kondom juga muncul dalam legenda Minos, Raja Kreta, putra Zeus dan Europa. Legenda itu mengisahkan kutukan terhadap Minos yang membuat spermanya mengandung ular atau kalajengking.
Untuk melindungi pasangannya, legenda itu menyebut Minos menggunakan empedu kambing sebagai " kondom" bagi perempuan.
Sejak kemunduran Romawi pada abad ke-5 Masehi, penggunaan alat kontrasepsi, termasuk kondom, jika ada, tak terdokumentasikan hingga abad ke-15.
Sejumlah naskah kuno dunia Islam dan Yahudi pada abad pertengahan terdapat sejumlah referensi yang menggambarkan alat kontrasepsi untuk pria.
Antara lain diduga, manusia zaman itu mengolesi penis mereka dengan tar atau jus bawang. Beberapa naskah juga menjelaskan sejumlah perangkat semacam kondom tetapi semua keterangan ditulis dengan samar.
Bukti awal penggunaan kondom di Eropa diketahui pada abad ke -16 tepatnya di Italia.
Pada 1564, seorang dokter bernama Gabrielle Falloppio menulis risalah tentang penyakit sipilis atau masa itu disebut "penyakit orang Perancis".
Untuk mencegah penularan, Falloppio menyarankan agar para pria "sarung" linen di penis mereka.
Kain itu harus dijahit sesuai ukuran penis agar tak lepas saat digunakan.
" Kondom" kuno ini juga dilengkapi pita berwarna merah muda, yang menurut Falloppio akan disukai perempuan, untuk mengencangkan kain tersebut.
Sebelum melakukan hubungan badan, Falloppio menyarankan, agar para pria membasahi kain itu menggunakan air liur atau pelembab.
Selain kain linen, kondom kuno juga dibuat dari usus atau empedu hewan yang dilembutkan dengan menggunakan belerang dan larutan alkali.
Di China, kondom kemungkinan dibuat dari kertas minyak dari bahan suter. Di Jepang kemungkinan kondom dibuat dari cangkang kurang-kura atau tanduk hewan sehingga bisa digunakan sebagai mainan seks saat suami mereka pergi.
Di masa-masa berikutnya, para pedagang Belanda memperkenalkan kondom "full size" yang dibuat dari bahan kulit kepada warga Jepang.
Di abad ke-18, kondom dengan berbagai ukuran dan kualitas sudah bisa dibeli di pub, tukang cukur, apotek, pasar, hingga teater.
Giovanni Giacomo Cassanova, playboy ternama di masa itu, menulis dalam memoarnya bahwa dia kerap meniup kondom sebelum menggunakannya.
Alasan Cassanova meniup kondom itu adalah untuk memeriksa adanya lubang di alat kontrasepsi itu.
Kondom baru diproduksi massal pada pertengahan abad ke-19 ketika Charles Goodyear mematenkan proses vulkanisir karet.
Awalnya, kondom karet berharga lebih mahal dibanding kondom dari bahan kulit hewan. Namun, kelebihannya kondom karet di masa itu bisa dipakai berulang kali.
Kondom karet awal hanya dibuat dengan cara mencetak karet mentah di mesin cetakan berbentuk penis lalu mencelupkan karet cetakan itu ke bahan kimia tertentu untuk membersihkannya.
Karena kondom ini hanya menutupi kepala penis, maka kondom ini masih memiliki kemungkinan lepas saat digunakan.
Untuk mencegah hal itu terjadi maka pabrik kemudian membuat kondom sesuai bentuk penis secara utuh.
Pada akhir abad ke-19 teknologi pembuatan kondom membaik dan kondom yang mulus dengan dilengkapi tonjolan kecil untuk menampung sperma di ujungnya mulai diproduksi.
Pada 1912, cara baru pemnbuatan kondom diterapkan di Jerman, yaitu dengan mencelupkan cetakan dari kaca ke dalam karet yang dicairkan dengan menggunakan bensin.
Setelah selesai, hasil cetakan itu kemudian akan dihaluskan dengan digosok atau dipangkas.
Pada 1930-an ditemukan lateks yang juga mengubah teknologi pembuatan kondom.
Dengan bahan lateks, kondom menjadi lebih tipis, lebih kuat, dan lebih tahan lama. Kondom karet hanya bisa bertahan selama tiga bulan, sementara kondom lateks tetap layak digunakan hingga lima tahun.
Perang Dunia II ikut mengembangkan teknologi pembuatan kondom dengan diperkenalkannya kondom berbahan plastik.
Pada 1949, untuk pertama kali Jepang memproduksi kondom berwarna, sedangkan kondom berpelumas minyak muncul pada 1950-an.
Namun, yang misteri paling besar dari sejarah kemunculannya adalah kata kondom itu sendiri.
Kata kondom pertama kali muncul dalam sebuah puisi karya Lord Belhaven pada 1706. Kata kondom kembali muncul dalam buku karya Daniel Turner pada 1717.
Kemungkinan kata kondom berasal dari bahasa Latin condon (bisa diterima), condamina (house), dan cumdum (sarung atau kandang).
Spekulasi lain menyebut kata kondom berakar dari bahasa Italia guanto (sarung tangan) atau berasal dari desa bernama Condom di Perancis, tetapi tak ada bukti kuat desa ini pernah ada.
Menyusul penelitian dari Komunitas Dialek Amerika, saat ini secara umum diyakini asal usul kata kondom tak diketahui.
0 komentar :
Post a Comment