Ini Daftar PSK Online yang Dipaksa Layani Pria Hidung Belang di Kalibata City
Jakarta - Polisi mengungkap prostitusi di Tower J lantai 5 dan Tower H lantai 8 di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. Seorang tersangka laki-laki pun diamankan saat penggrebekan.
Bisnis prostitusi itu diungkap melalui sebuah website yang menjajakan PSK yang dapat disewa dengan kisaran harga Rp 600 ribu sampai Rp 3 juta.
Kasubdit Renakta Polda Metro Jaya AKBP Didi Hayamansyah mengatakan penggrebekan tersebut dilakukan dari Jumat (24/4) malam. Usia 6 korban perempuan itu bervariasi dari usia 20 tahun sampai 16 tahun, bahkan ada yang paling muda berusia 14 tahun.
"Ada tujuh perempuan, sempat lepas satu," kata Kasubdit Renakta Polda Metro Jaya AKBP Didi Hayamansyah di lokasi, Sabtu (25/4/2015).
Tampak dari daftar perempuan yang didapat, terlihat deretan perempuan dengan pakaian minim. Menurut polisi, tersangka telah menyewa apartemen sekitar 6 bulan saja.
Tersangka diketahui menjual para perempuannya lewat website. Para pelanggan yang ingin menggunakan jasa perempuan ini tinggal daftar di situs itu dan mengontak nomor yang tersedia, setelah mentransfer.
"PSKnya 20 persen, mucikarinya 80 persen. Kalau misalnya Rp 800 ribu, PSK-nya dapat 200 ribu, mucikarinya Rp 600 ribu," ujar Didi.
Lokasi di Tower Jasmine lantai 5 menjadi tower penampungan, sementara tempat prostitusinya di Tower Herbras di lantai 8.
Polisi: PSK Online Jaring Pria Hidung Belang Lewat Website Forum
Jakarta - Polisi membongkar jaringan PSK online lewat website semprot.com. Seorang tersangka diamankan. Sejumlah korban perempuan, termasuk remaja usia 14 tahun juga dibawa ke kantor polisi.
Menurut Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Didi Hayamansyah, Sabtu (25/4/2015) para pelaku sudah beroperasi sudah sejak November 2014.
"Modus masuk website semprot.com, selanjutnya di sana di-browsing ada tata cara mencari password, dengan transfer Rp 200 ribu. Kemudian diberi password, nomor telepon dan pin BB dan langsung komunikasi dengan tersangka. Selanjutnya nanti pemesan bebas memilih cewek yang mau dipakai," jelas Didi.
Didi menjelaskan, para perempuan itu mulai yang usia 14 tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah mulai dari Bandung, Sukabumi, dan daerah lainnya.
Tarif untuk memakai jasa perempuan itu mulai dari Rp 600 ribu sampai Rp 3 juta. Tersangka seorang pria diamankan, dia mengambil 80 persen dari uang pembayaran, para PSK hanya mendapat 20 persen.
"Tersangka menyewa perbulan di unit Tower J lantai 5 dan unit tower H lantai 8," urai Didi.
Tarif PSK Online di Unit di Kalibata City dari Rp 600 Ribu-Rp 3 Juta
Jakarta - Sejumlah perempuan yang menjadi pekerja seks komersil (PSK) diamankan dari unit di Apartemen Kalibata City, Jaksel. Mereka menjadi 'sapi perahan' seorang pria mucikari, sejak November 2014 lalu.
"Tarif Rp 600 ribu-Rp 3 juta. Tarif Rp 3 juta itu kalau dibawa ke apartemen," jelas Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Didi Hayamansyah, Sabtu (25/4/2015).
Pelaku diketahui menjual para perempuannya lewat website. Para pelanggan yang ingin menggunakan jasa perempuan ini tinggal daftar di situs itu dan mengontak nomor yang tersedia, setelah mentransfer.
"PSKnya 20 persen, mucikarinya 80 persen. Kalau misalnya Rp 800 ribu, PSK-nya dapat 200 ribu, mucikarinya Rp 600 ribu," ujar Didi.
Lokasi di Tower Jasmine lantai 5 menjadi tower penampungan, sementara tempat prostitusinya di Tower Herbras di lantai 8.
"Tersangka sewa per bulan," tambah dia.
Menyusuri Seluk-beluk Bisnis Pelacuran di Kalibata City
Jakarta - Terbongkarnya bisnis pelacuran di apartemen Kalibata City pada Sabtu, 25 April 2015, tak sepenuhnya menghilangkan praktek tersebut. Diduga masih ada unit-unit di tiap tower yang dimanfaatkan sebagai lokasi praktek prostitusi. “Tak dipungkiri pasti ada satu-dua unit di Kalibata City yang masih dipakai,” kata Dian Andriani, salah satu angel-–julukan psk.
Perempuan 22 tahun itu mengungkapkan unit-unit yang bisa dipakai untuk bisnis prostitusi bermula dari banyaknya pemilik yang menyewakan unitnya pada pihak ketiga. Pemilik unit ini menyerahkan urusan sewa kepada seorang broker. Otomatis kartu akses tower dan kunci unit diserahkan ke broker tersebut.
Menurut Dian, tak melulu unit kosong yang ditadah oleh broker laris disewa oleh calon penghuni. Ketimbang unit kosong itu tak menghasilkan uang, broker menyewakannya dengan durasi singkat sebagai tempat kencan.
“Emak yang punya koneksi dengan broker dan bertugas cari unit kosong,” Dian menjelaskan.
Sebutan “Emak” merujuk pada mucikari yang mengatur Dian. Setelah “Emak” mendapat kepastian unit kosong, Dian bakal dihubungi untuk mengabarkan lokasi pengambilan kartu akses dan kunci. Saat bertemu dengan Tempo, Dian sudah memegang kartu akses dan kunci untuk unit di lantai 19 Tower Borneo, apartemen Kalibata City. “Aku ambil kunci ini dari penadah di Tower Acacia,” dia berujar.
Meski mengaku baru berkencan dua kali di apartemen Kalibata City, tak tampak raut kebingungan pada wajah Dian untuk mencari pintu masuk ke Tower Borneo. Letaknya di sayap kanan-kiri lantai paling bawah Tower Borneo. Dia menempelkan kartu akses pada pemindai. Kunci pintu yang terbuat dari kaca dengan bingkai stainless itu langsung terbuka begitu kartu ditempelkan.
Tak ada teguran atau kecurigaan dari petugas keamanan internal di lobi. Meskipun Dian maupun Tempo bukan penghuni Tower Borneo. Kami melenggang bebas masuk tower tanpa mendapat pertanyaan atau diminta mengisi buku tamu.
Dian dan Tempo menuju unit yang terletak di lantai 19 dengan lift. Di dalam lift, Dian bercerita bahwa pembayaran unit yang disewanya bisa ditransfer atau dibayar tunai pada penadah kunci yang ditemuinya sebelum menerima tamu. “Aku bayar Rp 150 ribu untuk durasi dua jam,” dia menjelaskan.
Sesampainya di lantai 19, kami menuju unit yang letaknya di paling ujung lorong sayap utara. Dian membukakan unit tersebut dan kamar itu yang bakal dipakai Dian untuk berkencan.
Bila waktu kencan habis, Dian menerima notifikasi dari broker. Kali ini tugasnya mengembalikan kartu akses dan kunci pada penadah yang bekerja di kedai-kedai kopi di lobi tower.
General Manager Badan Pengelola Apartemen Kalibata City, Evan T. Wallad, mengaku tak secara spesifik mengetahui masih ada praktek prostitusi di apartemen. Tapi, kata dia, membaca pengalaman pengelola apartemen lain, isu prostitusi selalu muncul. “Pengelola tak tinggal diam,” kata Evan.
Menurut dia, prostitusi di apartemen sudah menyalahi fungsi rumah tinggal. Tapi, Badan Pengelola tak bisa kendalikan karena banyak motif seseorang membeli unit, di antaranya investasi untuk disewakan pada pihak ketiga yang belakangan dimanfaatkan untuk lokasi kencan. “Itu area privasi yang tak bisa dikendalikan Badan Pengelola,” ujarnya.
Pengelola, menurut Evan, sudah mencoba menekan potensi penyalahgunaan unit. Caranya dengan mewajibkan lapor huni bagi warga baru dan meminta petugas keamanan untuk mengawasi hilir mudik penghuni di lobi dan patroli di tiap lantai. “Kami juga dibantu warga apartemen yang tergabung dalam Tenant Safety Officer,” ujarnya.
Rahasia Terlarang Gurihnya Pelacuran di Apartemen
cara
,
lokalisasi
,
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
tips
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment