Modus bunuh diri baru sewa pembunuh bayaran
Kasus bunuh diri di Indonesia meningkat sampai tergolong memprihatinkan. Berbagai alasan untuk mengakhiri hidup, mulai dari masalah percintaan hingga problem yang mengkhawatirkan. Pelaku tindakan tidak terpuji tersebut juga beragam, dari remaja hingga berusia lanjut.
Selama ini, orang biasanya bunuh diri dengan gantung diri, minum racun, potong urat nadi, hingga loncat dari ketinggian. Tetapi, apa yang dilakukan oleh Oentaryo tidak biasa. Dia menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh dirinya. Warga Bekasi ini nekat ingin mengakhiri hidupnya lantaran frustasi penyakitnya tidak kunjung sembuh.
Pria paruh baya itu rela mengeluarkan uang untuk membayar pelaku bernama Dedi Hermasyah (19). Pembunuh bayaran itu akan dibayar Rp 1 juta plus sebuah telepon seluler agar menghabisi nyawanya. Disepakati pembunuhan dilakukan hari Selasa (4/9) di Kampung Cakung Payangan Rt 5 Rw 4 Jatisari, Jati Asih, Kota Bekasi.
Di lahan kosong tersebut, Dedi mencoba menghabisi nyawa Oentaryo dengan menggorok leher dengan pisau yang sudah dalam telantang dan mata ditutup lakban. Melihat korbannya sudah bersimbah darah, Dedi langsung meninggalkan lokasi.
Untungnya, percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Oentaryo tidak berhasil. Nyawanya bisa tertolong setelah dibawa ke rumah sakit oleh warga.
Cara bunuh diri yang dilakukan oleh Oentaryo tersebut dinilai fenomena baru, karena sedikit orang yang melakukan hal itu.
"Kasus bunuh diri menempati satu dari 10 penyebab kematian di setiap negara," kata Ketua Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD) Kunang-kunang Al Qodir Cangkringan, Yogyakarta, Wiranata Adi.
Menurut dia, bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun dan nomor dua untuk kelompok 10 hingga 24 tahun. Pada 2010, WHO melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.
"Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh diri adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi," katanya.
Menurutnya, semakin majunya peradaban manusia melalui berbagai teknologi ternyata membawa manusia mengalami kerentanan menghadapi diri sendiri maupun lingkungan yang akhirnya bermuara pada tindakan bunuh diri.
"Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan angka bunuh diri yang meningkat secara signifikan. Perkiraan WHO memperkirakan pada 2020 angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa dibandingkan 1,8 per 100.000 jiwa pada 1998," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, berbagai pendekatan disiplin keilmuan telah diterapkan untuk meminimalisir tindakan bunuh diri. Namun, hal itu belum memberikan hasil positif untuk menurunkan angka bunuh diri.
Selain itu, kajian bunuh diri sudah banyak dilakukan dengan pendekatan ilmu kedokteran jiwa, psikologi, sosiologi, biologi, agama, filsafat, hukum, budaya, sejarah, politik, ekonomi, klimatologi, kimia, bahkan sampai merambah dunia mistis.
"Namun sayangnya di Indonesia perhatian pemerintah maupun elemen lain terhadap masalah tersebut masih sangat terbatas atau bahkan bisa dibilang hampir tidak ada," katanya.
Jual Jasa Pembunuh Bayaran!
aneh
,
cara
,
investigasi
,
modus operandi
,
reportase
,
telisik
,
telusur
,
tips
Edit
0 komentar :
Post a Comment