Ini Dia Fakta-fakta Penting di Balik Kecanduan Seks
Jakarta, Hingga kini kecanduan seks masih belum dikatakan sebagai gangguan mental yang nyata dan dapat didiagnosis secara resmi layaknya gangguan perilaku pada umumnya, seperti gangguan kecemasan (anxiety) atau OCD. Untuk itu fakta-fakta penting terkait kecanduan seks ini patut diperhatikan.
Agar tidak kebingungan membedakan kecanduan seks dengan perilaku gemar bercinta, berikut paparan fakta-fakta tentang kecanduan seks menurut keterangan para pakar seperti halnya dilansir Woman's Day.
1. Ada kriteria spesifik agar seseorang dapat didiagnosis kecanduan seks
"Sama halnya dengan jenis kecanduan lainnya, kecanduan seks itu baru bisa terdiagnosis setelah melalui interview mendalam dan penggunaan instrumen penilaian spesifik yang dirancang khusus untuk menentukan apakah seseorang memiliki kriteria kecanduan seks atau tidak," terang Connie Stapleton, Ph.D., psikolog dan penulis buku dari Augusta, Georgia.
Menurutnya, gejala yang biasanya dimiliki pecandu seks di antaranya masturbasi kronis, bersedia berhubungan intim dengan orang yang tak dikenal; rela menjual tubuhnya demi uang dan seks; rela membayar hanya demi seks; suka flirting atau menggoda lawan jenis secara berlebihan; berkali-kali selingkuh; penggunaan pornografi secara konsisten; suka melakukan phone sex, terutama dengan orang asing.
2. Kecanduan seks itu nyata tapi tidak diakui dalam literatur
Kendati kondisi ini tidak diakui secara formal sebagai salah satu bentuk kecanduan dalam literatur medis, banyak pakar kesehatan sepakat jika kecanduan seksual itu nyata dan menyusahkan. Begitu juga dengan Dr. Stapleton, dan menurutnya sudah banyak studi yang mengakui eksistensi kondisi ini.
3. Suka selingkuh belum tentu kecanduan seks
Jonathan Alpert, seorang psikoterapis dari New York City dan penulis buku No More Drama mengatakan ada bedanya orang yang benar-benar kecanduan seks dan orang yang semata berselingkuh dari pasangannya. Kecanduan seks itu ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan hasrat seksualnya, sedangkan orang yang berselingkuh belum tentu seperti itu.
4. Sama seperti obat, beberapa orang gunakan seks untuk redakan nyeri
"Seperti halnya pecandu obat-obatan dan alkohol, seks bisa jadi digunakan untuk meredakan depresi dan kegelisahan, disamping untuk mencapai kepuasan," terang Alpert. Dengan kata lain, terkadang para pecandu seks butuh lebih sering bercinta untuk mencapai kepuasan tertentu.
Seorang seks terapis dari Wilmington, Delaware juga menambahkan pecandu seks juga sering menggunakan kebiasaan ini untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi kecemasan. Meski cara ini terbilang efektif walaupun hanya sementara, dikhawatirkan hubungan seksual berisiko yang mungkin dilakukan pecandu seks dapat menciptakan efek negatif.
"...di mana setelah seseorang melakukan hal itu muncul perasaan bersalah dan satu-satunya hal yang bisa menghilangkannya adalah lebih banyak bercinta lagi," terangnya.
5. Seseorang mudah jadi pecandu seks, apalagi dengan adanya teknologi
Bagi sebagian orang, teknologi dapat memicu munculnya kecanduan seksual. "Sebab teknologi menjadikan seks jadi lebih mudah diakses sehingga mendorong seseorang menjadi pecandu seks. Tapi ini bukan salah teknologinya, hanya saja ini menjadi pemicu bagi orang-orang yang memang kesulitan mengendalikan hasrat seksualnya," terang Alpert.
Terkadang pecandu seks malah lebih suka browsing gambar atau video erotis karena dianggap dapat memberikan sensasi yang lebih menyenangkan daripada aktivitas seksual yang sebenarnya.
6. Kecanduan seks menghancurkan pernikahan dan keluarga
"Kecanduan seks kerapkali berujung pada perceraian. Apalagi setelah mereka menyebarkan penyakit seksual pada pasangan. Sejumlah orang juga harus kehilangan pekerjaannya karena ketahuan sering menonton pornografi di komputer kerjanya," ungkap Dr Stapleton.
Namun sebenarnya menurut Dr Stapleton, korban sebenarnya adalah anak-anak mereka. Ketika anak mengetahui orangtuanya suka mengumpulkan konten porno, entah itu dari majalah atau situs-situs yang tersimpan di komputer, mereka akan cenderung bingung dengan definisi seks itu sendiri.
Belum lagi jika mereka dihadapkan pada berbagai gambar tentang aktivitas seks yang berbahaya atau menyimpang. Anak juga akan terguncang mendengar dan/atau melihat orangtuanya sering bertengkar karena perselingkuhan yang dilakukan salah satu pihak.
7. Makin banyak orang yang mengidap kecanduan seks
"Masalahnya makin banyak orang yang mencari pengobatan atau terapi untuk kecanduan seks. Tercatat jumlahnya mencapai 3-6 persen dari populasi, tapi karena stigma dan banyak yang malu mencari pengobatan, angka ini mungkin belum mewakili semuanya," ungkap Ronald Frederick, LP, PhD, psikolog dari Minneapolis serta pendiri Center for Courageous Living.
Faktanya sebagian besar pecandu seks adalah pria. Berdasarkan studi yang dilakukan pakar kecanduan seks, Patrick Carnes, Ph.D., wanita yang menderita kecanduan seks hanyalah sebanyak 20-25 persen.
8. Kecanduan seks dapat ditanggulangi
Jika Anda menduga diri Anda atau pasangan mengalami kecanduan seks, tak perlu khawatir karena masih ada harapan untuk sembuh. "Orang-orang bisa menemui seorang pakar yang terlatih menangani pengidap gangguan seksual," saran Dr. Frederick.
Ia juga merekomendasikan agar si penderita menjalani terapi individual maupun terapi berkelompok. Terapinya sendiri meliputi pemberian obat psikiatri seperti selective serotonin reuptake inhibitors (Prozac atau Paxil) untuk mengendalikan perilaku impulsif maupun kompulsif; dan obat penstabil mood seperti lithium yang dapat membantu mengendalikan hasrat seksual penderita.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment