Bisakah Pria Bertahan 1 Jam Tanpa Orgasme Seperti di Film Sensual?
Jakarta - Tidak ada orgasme yang bisa diprediksi waktunya, baik pria maupun wanita. Dalam film porno, pemain pria mencapai orgasme dalam waktu yang cukup lama bisa sampai satu jam bahkan lebih. Apa memang pria bisa menahan orgasme selama itu?
Dokter yang mendalami masalah seksologi, Dr Andri Wanananda, MS, mengatakan, tidak mungkin pria bisa berhubungan intim tanpa orgasme hingga berjam-jam. "Secara statistik ya paling 15 sampai 20 menit atau 10 sampai 20 menit yang normal ya. Hubungan intim yang efektif paling 10 sampai 20 menit," jelas Andri ketika berbincang dengan Wolipop di Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat.
Frekuensi waktu tersebut juga harus dilihat dari usia serta kebugaran seksualnya. Pria yang umurnya semakin tua tentu tidak akan mampu berlama-lama. Berbeda dengan pengantin baru yang masih berusia muda dan memiliki kebugaran seksual yang baik. Kebugaran seksual setiap orang juga ditentukan dari kesehatan fisik serta psikisnya.
Dr Andri mengatakan, pria akan lebih cepat orgasme dari biasanya saat dia sedang stres. Begitu pula ketika kondisi tubuhnya menurun yang akan mempengaruhi aktivitas seksualnya. Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi hal itu maka perlu adanya edukasi seks agar tidak 'buta' mengenai hubungan seksual.
Pembelajaran mengenai seks akan membantu pria maupun wanita memiliki pengetahuan yang luas mengenai hubungan seks yang sehat. Edukasi mengenai seks juga membuat Anda terhindar dari pengaruh negatif film porno. Tidak hanya itu, pembelajaran tersebut juga membantu pria dan wanita memiliki kehidupan seksual yang menyenangkan setelah menikah. Misalnya saja, pengetahuan tentang foreplay.
Beberapa pria yang pengetahuan seksnya sedikit tidak tahu cara melakukan foreplay. Mereka cenderung terburu-buru melakukan penetrasi sehingga seringkali orgasme lebih awal dari pasangannya. Foreplay yang tepat bisa membantu pria bertahan lebih lama. Namun menurut pria yang memulai karier sebagai pengamat kesehatan seksual sejak 2003 ini, durasi waktu saat berhubungan seks bukan merupakan hal yang utama tapi efektifitas dari bercinta yang paling penting diperhatikan.
"Yang namanya lama sebenarnya relatif, yang penting bukan lamanya tapi bisa mencapai orgasme, pasangan perempuannya orgasme dan dia orgasme. Kalau berlama-lama tapi nggak terjadi orgasme nggak benar juga," ujar pria yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara itu.
Dr Andri pun menambahkan, terkadang pria yang menginginkan bercinta dengan waktu lama 'lari' ke obat kuat. Padahal belum tentu obat tersebut efektif digunakan. Bisa saja obat kuat yang dikonsumsinya mempengaruhi kesehatannya.
Obat tersebut sebenarnya bukan ditujukan kepada pasangan yang menginginkan bercinta dengan waktu yang lama tapi untuk pria yang mengalami disfungsi ereksi. Masalah disfungsi ereksi ini biasanya dialami oleh pria di atas 50 tahun. Namun jika tetap ingin mencobanya, Anda disarankan minta saran dokter.
"Obat-obat erectogenic (obat kuat) itu memang bagus dan sudah diterima, indikasinya untuk mengobati disfungsi ereksi. Pasien yang sudah uzur mengalami difungsi ereksi makan obat itu sangat manjur. Tapi umpamanya dia lagi makan obat jantung itu sangat berbahaya mengonsumsi obat kuat maka harus diperhatikan pemakaiannya," saran Dr Andri mengakhiri perbincangan.
Jangan Terkecoh! Seks di Film dan Realita Tidak Sama, Kenali Perbedaannya
Jakarta - Film porno bisa mempengaruhi penontonnya menginginkan seks seperti di film tersebut. Padahal belum tentu adegan-adegan yang dilakukan juga bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Pengamat kesehatan seksual, Dr Andri Wanananda, MS, menjelaskan, tidak semua adegan dalam film sesuai dengan kenyataannya. Setiap film tentu melalui proses pengeditan terlebih dahulu.
Begitu pula dengan film-film yang menayangkan adegan seks tanpa sensor. Misalnya saja, seorang pria berhubungan intim tanpa henti selama satu jam. Setelah lebih dari satu jam baru sang pria mengalami orgasme. Hal itu kerapkali membuat beberapa orang menginginkan seks yang lama seperti dalam film.
Menurut Dr Andri, semua itu hanya editan bukan fakta sebenarnya. "Padahal (film porno) kan diedit makanya sering memberikan pengetahuan yang tidak benar. Kalau nggak diedit ya nggak laku dong, masa 15 menit sudah beres," tutur Andri saat berbincang dengan Wolipop di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman, Jakarta Barat.
Pria yang memulai karier sejak 2003 itu menuturkan, tidak hanya durasi orgasme yang sering dipalsukan tapi juga banyak posisi yang tidak lazim dilakukan. Terkadang, posisi-posisi ekstrem di film porno belum tentu tidak memiliki risiko bila dilakukan di dunia nyata. Kemungkinan akan mengalami cedera atau hal merugikan lainnya yang bisa saja terjadi jika dipraktekkan dengan pasangan.
Bahkan untuk memenuhi selera penonton, film juga dibuat dengan berbagai tema. Sebagai contoh, film erotis yang mengandung unsur kekerasan seperti memukuli pasangannya terlebih dahulu sebelum bercinta agar sang pria bergairah. Tidak hanya itu, ada juga yang bertema horor demi memenuhi harapan penontonnya.
"Harapan pemirsa macam-macam ya, ada yang suka horor, misterius. Film porno hantu juga ada, jadi dia melakukan hubungan seksual sama hantu yang cantik itu," ujar Andri.
Selain hadir dengan berbagai tema, film porno seringkali berpengaruh negatif terhadap penontonnya. Sedangkan seks dalam dunia nyata dilakukan atas dasar cinta yang tentu memiliki nilai positif. Kata pornografi sendiri dalam bahasa Yunani berasal dari kata porne dan graphos yang artinya menceritakan, mengungkapkan, atau menulis tentang prostitusi. Berbeda dengan seks dalam dunia nyata yang lebih mengarah pada erotica. Erotica dalam bahasa Yunani berasal dari kata eros yang artinya cinta. Jadi berhubungan seksual atas dasar cinta.
"Kalau kita sebut film porno, kita kembali ke asal katanya yang artinya sudah menerangkan, mengungkapkan, mengenai prostitusi. Tapi yang erotica lebih positif, pornografi negatif," tambah Andri.
Film porno mungkin tidak akan berpengaruh bagi pria atau wanita berpendidikan serta memiliki pengetahuan luas. Mereka tahu bahwa ini hanyalah rekayasa suatu kelompok atau perorangan. Berbanding terbalik dengan orang yang tidak berpendidikan dan kurang pengetahuan sehingga menganggap bahwa adegan seks dalam film benar-benar bisa terjadi di dunia nyata. Hal ini yang terkadang mempengaruhi seseorang melakukan pelecehan seksual hingga pemerkosaan.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment