6 Kondisi yang Bisa Dialami Seseorang Saat Tak Lagi Rutin Bercinta
Jakarta - Selama ini pasangan suami istri (pasutri) rutin bercinta. Tapi karena satu atau lain hal, frekuensi bercinta mereka bisa saja menurun.
Ketika itu terjadi, apa perubahan pada tubuh yang bisa terjadi? Nah, simak hal-hal yang bisa dialami seseorang ketika tak lagi rutin bercinta, berikut ini:
1. Gairah seks menurun
Saat berhubungan seks, tubuh dibanjiri dengan hormon endorfin yang membuat seseorang merasa baik. Sehingga, hubungan seks akan diasosiasikan dengan hal yang positid. Nah, ketika pasutri jadi jarang bercinta, kebutuhannya akan hubungan seks pun berkurang.
"Namun, ketika sebelumnya Anda jarang bercinta, gairah bercinta bisa ditingkatkan kembali. Sehingga, Anda bisa kembali menikmati hubungan intim yang dilakukan," kata Dr Fan Valfish, psikoterapis perkawinan di Beverly Hills kepada Medical Daily.
2. Lebih stres
Studi dalam Biological Psychology 2005 menemukan bahwa hubungan seks penis-vagina berkaitan dengan kinerja fisik dan mental yang lebih baik, serta tingkat stres yang lebih rendah.
Disebutkan, orang yang tidak berhubungan seks dengan rutin memiliki kadar tekanan darah yang lebih tinggi saat merespons stres daripada mereka yang lebih rutin bercinta. Peneliti menyebutkan dalam studinya, seks bisa berfungsi sebagai mekanisme koping untuk menghadapi situasi yang memicu stres.
3. Harga diri yang rendah
Jarang berhubungan seks bisa membuat seseorang merasa kurang diinginkan dan sedih. Peneliri percaya bahwa semen memiliki fungsi sebagai antidepresan yang bisa menangkal depresi.
Dalam deteksi darah wanita yang terkena air mani beberapa jam setelahnya, diketahui bahwa semen mengandung beberapa hormon seperti testosteron, estrogen, FSH (follicle-stimulating hormone), luteinising hormone, prolaktin, dan prostaglandin.
Dalam studi di Archives of Sexual Behavior tahun 2002 diamati penggunaan kondom yang menunjukkan keberadaan air mani pada wnaita dengan nilai Beck Depression Inventory. Diketahui, wanita yang berhubungan seks tanpa kondom tak terlalu merasa tertekan.
Sementara, gejala depresi dan bunuh diri lebih tinggi kemungkinannya pada wanita yang konsisten bercinta menggunakan kondom. Meski, patut diingat bahwa ada beragam faktor risiko seseorang depresi.
4. Kurang cerdas
Studi di Hippocampus tahun 2013 menemukan bahwa hubungan seks bisa meningkatkan neurogenesis atau proses pembentukan neuron baru di otak yang berkaitan dengan fungsi kognitif. Disebutkan peneliti, pengalaman seks seseorang memicu pertumbuhan sel di hoppocampus, wilayah otak yang penting untuk memori jangka panjang.
5. Melemahnya imunitas
Dalam laporannya di Psychological Reports 2004, peneliti mengevaluasi bagaimana sistem kekebalan tubuh responden dengan mengukur kadar imunoglobulin A (IgA), antigen tang ditemukan di air liur dan lapisan mukosa.
Nah, IgA merupakan garis pertahanan pertama terhadap pilek dan flu dengan fungsinya mengikat bakteri yang menyerang tubuh lalu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk menghancurkan bakteri itu.
Peneliti menemukan, pada responden yang melakukan hubungan seks lebih sering memiliki kadar IgA yang lebih tinggi dibanding responden lain yang lebih jarang bercinta.
6. Berisiko disfungsi ereksi
Studi di American Journal of Medicine tahun 2008 menemukan pria yang melakukan hubungan seksual seminggu sekali, 50 persen lebih mungkin mengalami DE, sama halnya dengan pria yang lebih jarang berhubungan seks.
Untuk studi ini, peneliti mengamati responden pria usia 50, 60, dan 70-an tahun selama lima tahun. Ditemukan juga bahwa hubungan seks rutin bisa mengurangi risiko DE bahkan pada pria lanjut usia.
0 komentar :
Post a Comment