Klenik Sebagai Unsur Hiburan Sepakbola
Namanya Arkand Bodhana Zeshaprajna. Ia seorang ahli di Timnas U-19 yang tugasnya adalah untuk menganalisis pemain yang akan diturunkan pelatih Indra Sjafri. Tapi, ia bukan mendasarkan penilaiannya pada hitung-hitungan statistik performa pemain, atau menilai kebugaran. Arkand bertugas untuk melihat keselarasan para pemain dengan alam semesta.
Sebagaimana dilansir Tempo (18/2), Arkand adalah doktor metafisika lulusan University of Metaphysics International, Los Angeles, Amerika Serikat. Tapi ia mendapatkan tempat di tim nasional tak semata karena gelarnya. Kemampuannya sudah teruji ketika timnas U-17 menjalani laga persahabatan kontra Arab Saudi pada tahun 2012 di Malaysia.
Kala itu Arkand sempat menolak empat pemain andalan Coach Indra untuk masuk starting line-up. Alasannya adalah ada ketidakcocokan yang akan merusak struktur tim. Untuk menguji hipotesa ini, Indra lalu mencadangkan empat pemain yang disebutkan Arkand tadi.
Hasilnya timnas U-17 mampu unggul atas tim Arab Saudi dua gol hingga pertandingan tinggal menisakan 10 menit. Seakan ingin membuktikan ilmu Arkand, Indra lalu memasukkan empat pemain yang dilarang itu. Timnas akhirnya harus kebobolan, meski tetap menang 2-1.
Karena ada "kecocokan", Indra dan Arkand pun melanjutkan kerjasama mereka ke jenjang timnas U-19. Kesuksesan timnas U-19 pada gelaran AFF dan kualifikasi AFC lalu juga diklaim berkat tenaga metafisika.
Masih ingat kekalahan timnas U-19 saat melawan Vietnam pada fase grup Piala AFF lalu? Masih menurut Arkand, skor 2-1 tersebut terjadi karena ada salah satu pemain yang tidak sesuai secara metafisika yang terpaksa tampil. Kekalahan tersebut sendiri akhirnya dibalas pada laga final melalui adu penalti.
Baru-baru ini, hubungan Arkand dan timnas U-19 dikabarkan retak. Sang ahli metafisika mengundurkan diri karena adanya ketidaksepakatan dengan sang pelatih. Apakah hasil imbang timnas U-19 pada 3 pertandingan terakhirnya (PSIS, Persijap, dan Pra Pon Jatim) -- sebelum tadi malam (24/2) menang 3-1 atas Persebaya U-21 -- ada kaitannya dengan sang ahli metafisika?
Meski dikaitkan dengan hal-hal yang kadang sulit untuk dinalar, jangan bayangkan sosok Arkan sebagai lelaki tua berjubah hitam dengan jenggot panjang. Selain lulusan negeri "Negeri Paman Sam", analisisnya juga dilakukan dengan menggunakan software komputer. Canggih, bukan?
Nama Arkand juga cukup populer di mesin pencari. Ia memiliki website pribadi dan punya akun twitter dengan 100 ribu follower lebih.
Entah berapa harga jasanya, namun Arkand menuturkan pada Tempo (20/2) bahwa jasanya ke timnas U-19 adalah cuma-cuma. Syaratnya hanya satu, memperkenalkannya ke media. Pelanggaran kesepakatan tersebut itulah yang membuat timnas U-19 tidak bisa lagi memakai jasanya.
Klenik dan Sepakbola
Hal-hal berbau klenik demikian memang tidak asing di sepakbola Indonesia. Bahkan contoh-contoh dalam tingkatan sederhana sudah jamak ditemukan pada pertandingan antarkampung.
Menjelang Agustusan, atau ketika banyak dilakukan turnamen, bukankah dukun-dukun ramai dikunjungi? Dari mulai menebak hasil pertandingan untuk bertaruh, hingga memasang jimat tertentu di anggota tubuh. Bahkan merebak isu bahwa praktek ini sudah lazim dilakukan oleh segelintir kalangan pemain Liga Indonesia.
Demikian pula dengan fans. Setidaknya dua kali saya melihat langsung suporter yang menyiram gawang lawan dengan air kencing. Cara ini dilakukan apabila pada babak pertama tuan rumah tak kunjung cetak gol.
Atau, apabila Anda jarang ke stadion, coba lihat tingkah laku striker timnas dan Persipura, Titus Bonai. Saat mendapat tendangan pojok, seringkali Tibo, panggilan akrabnya, menggoyangkan jala gawang. Meski tidak punya data resmi, tetapi saya yakin statistik golnya masih tidak seberapa jika dibandingkan jumlah ia menggoyang jala.
Benua biru Eropa yang menjadi kiblat sepakbola modern pun tak lepas dengan hal-hal seperti ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak pelatih dan pemain yang sering melakukan "rutinitas" yang aneh-aneh. Foto paling atas, misalnya, salah satu yang paling terkenal: Laurent Blanc selalu mengecup kepala botak Fabien Barthez sebelum timnas Prancis kickoff.
Berdebat dan berbicara tentang hal di luar teknis bermain, seperti halnya metafisika, memang tidak akan ada habisnya. Selain ada ratusan cerita yang seringkali menggelitik dan tak masuk akal, Perbedaan kepercayaan membuat hal seperti ini bisa panjang jika diperdebatkan.
Dan memang tak perlu berlama-lama pula berargumen tentang khasiat menyiram air kencing untuk mencetak gol. Jawaban apapun bisa menjadi sah-sah saja. Misalnya: kiper yang tidak konsentrasi karena bau pesing, bek lawan yang jijik sehingga enggan untuk turun, atau perginya jin penunggu gawang.
Semakin banyak dan tidak masuk akal jawaban, seharusnya akan lebih menarik. Sepakbola akan jauh lebih berwarna dan menghibur. Dalam sepakbola, klenik memang satu unsur hiburan paling jenaka.
Jika klenik dihilangkan, maka tidak ada lagi obrolan-obrolan khas warung kopi, seperti: timnas U-19 dapat mengalahkan Korea karena jimat bedak mereka luntur terkena hujan. Padahal, jika dipikir-pikir, untuk apa pemain muda Negeri Ginseng tersebut memakai bedak saat bermain bola. Toh, pemain Korea kulitnya sudah putih-putih.
Menalarkan Hal-Hal Tak Masuk Akal
Meski terdengar di luar nalar, ada penjelasan yang cukup masuk akal mengenai "kebiasaan-kebiasaan" dalam sepakbola. Sebenarnya, rutinitas aneh itu dilakukan untuk membuat para pemain menjadi nyaman dan percaya diri.
Bagi pemain, bertanding sepakbola adalah sebuah rutinitas yang dilakukan hampir tiap pekan. Maka mereka pun melakukan kebiasaan-kebiasaan yang bisa membuat mereka "tune in". Seperti halnya kebiasaan orang yang mendengarkan musik untuk meningkatkan mood.
John Terry selalu memakai toilet dan tempat parkir yang sama sebelum pertandingan. Bahkan apabila toilet tersebut sedang digunakan, dia rela menunggu walaupun pintu toilet sebelahnya terbuka.
Bagi sang kapten Chelsea tersebut, memakai toilet yang sama bisa jadi membantunya tetap mengingat cara bermain yang sudah dilakukan di laga-laga sebelumnya. Melakukan kegiatan yang sama sebelum pertandingan, apalagi jika laga tersebut berakhir dengan kemenangan, membuat memori "cara bermain yang benar" dapat terpanggil kembali.
Ada cerita tentang seorang pemimpin perang kuno di Tiongkok. Pasukan yang dibawanya terkenal tangguh dalam berperang meski melawan musuh yang lebih banyak jumlahnya sekalipun.
Sebelum berangkat perang, sang panglima selalu melakukan ritual meminta izin pada dewa yang disaksikan seluruh pasukannya. Caranya adalah melempar koin untuk mengetahui jawaban dewa. Jika yang keluar adalah gambar kepala naga, maka itu berarti dewa memberi restu mereka berangkat perang. Namun, apabila yang keluar adalah ekor, berarti dewa melarang mereka untuk berangkat.
Berbekal izin yang diberikan dewa, pasukan tersebut terus menerus berangkat perang dengan percaya diri dan gagah berani, karena gambar naga selalu keluar. Pada kemudian hari, barulah diketahui bahwa koin yang dilempar memiliki dua wajah yang sama: kepala naga.
Kisah ini hampir mirip dengan Pele yang mempunyai kebiasaan jarang mengganti seragamnya apabila memenangi sebuah pertandingan. Pernah suatu hari dia memberikan seragamnya untuk seorang fans. Setelah itu penampilannya menjadi tak karuan.
Setelah dibantu untuk menemukan kembali seragamnya, performa Pele kembali lagi ke puncak. Namun, konon seragam yang diberikan bukan yang asli dikenakan Pele sebelumnya. Meski demikian penampilan Pele tetap memukau karena merasa memakai atribut pembawa keberuntungan.
Pada akhirnya, percaya dengan adanya klenik dalam sepakbola sebenarnya sah-sah saja. Namun jangan sampai hal ini dipakai sebagai jalan pintas mencari kambing hitam.
Sepakbola Indonesia sendiri mesti diakui penuh dengan hal-hal gaib. Tetapi ini bukan karena adanya sosok jin tomang yang melegenda. Hantu itu bisa jadi terlihat secara kasat mata oleh puluhan ribu orang. Misalnya? Pemukulan dan tindak kekerasan yang tak diberi hukuman, atau penalti pada menit-menit akhir yang tak jelas penyebabnya.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment