Rahasia Ukuran Kontol Idaman Wanita

Ketika Ukuran Mr P Dipermasalahkan, Haruskah Pria Jadi Kalang Kabut?

Jakarta, Konon wanita suka pria dengan alat kelamin yang besar. Pria pun sependapat karena penis yang besar identik dengan kenikmatan yang luar biasa di atas ranjang. Pemahaman semacam inilah yang mau tak mau membuat para pria sedikit cemas karena 'ukuran' seringkali jadi patokan kejantanan mereka.

Di negara-negara Barat, kondisi semacam ini kerap disebut 'penis anxiety'. Sebuah studi dari Kings College London, Inggris pun menemukan, tak peduli berapapun besarnya ukuran penis yang dimiliki pria-pria di sana, mereka masih rentan mengalami kecemasan berlebihan dan tak puas dengan ukuran penis mereka.

Namun sebenarnya apakah kekhawatiran semacam ini tergolong normal? "Pria harus tahu bahwa kejantanan itu sama sekali tidak dipengaruhi oleh ukuran penis. Kejantanan itu merupakan gender, dipengaruhi oleh peran setiap pria di dalam lingkup sosialnya. Jadi kejantanan sama sekali tidak dipengaruhi oleh ukuran fisik apapun, apalagi penis," tegas Dr Heru Harsojo Oentoeng, M.Repro., SpAnd. dari RS Siloam Kebon Jeruk Jakarta.

Menurut dr Heru, mengapa pria sering menganggap ukuran alat kelamin sebagai hal yang penting sebenarnya lebih karena rasa percaya diri. "Selama ini banyak pria menganggap bahwa kalau ukuran besar itu berarti dia 'tangguh'. Padahal itu salah. Justru, pria yang selalu menganggap ukuran itu penting menunjukkan kalau dia itu minder atau kurang percaya diri," imbuhnya.

Senada dengan dr Heru, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar menambahkan persepsi tentang ukuran penis sebenarnya berkaitan dengan budaya, karena itu terdapat perbedaan persepsi tentang ukuran penis pada budaya yang berbeda.

"Banyak pria yang merasa penisnya berukuran kecil, ternyata sebenarnya normal. Banyak pria yang terobsesi penis panjang dan besar karena mereka menyaksikan penis para aktor di film porno. Persepsi penis besar juga biasanya dikaitkan dengan rasa percaya diri yang lebih tinggi. Keadaan ini mungkin dipengaruhi oleh budaya yang menempatkan pria lebih superior," terang Prof Wimpie.

Selain itu, persepsi ini juga didasarkan pada keyakinan bahwa semakin besar penis, perempuan semakin puas. Padahal keyakinan ini salah karena tidak pernah terbukti secara ilmiah bahwa wanita pasti akan merasakan kepuasan saat berhubungan jika penis suaminya besar atau panjang, sambungnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan seksolog Dr Andri Wanananda, MS dari Universitas Tarumanegara Jakarta. "Untuk penis yang penting adalah bisa keras, tegang saat ereksi serta tidak mengidap ejakulasi dini atau disfungsi ereksi saat hubungan intim dengan partner. Jelasnya, bukan panjangnya yang penting; penis yang ukuran mungil pun, asalkan keras dan tegang saat ereksi bisa melakukan hubungan intim dengan memuaskan," tukasnya.

Ukuran Mr P Jadi 'Patokan' Kepuasan Saat Bercinta? Ini Kata Wanita

Jakarta, Bukan besar kecilnya penis, namun kekerasannya saat ereksi. Itulah sebenarnya yang terpenting. Meski demikian masih banyak laki-laki dan perempuan yang terkungkung mitos bahwa semakin besar alat kelamin laki-laki artinya semakin jantan dan lebih mampu memuaskan pasangan di ranjang.

Rosa (bukan nama sebenarnya), salah satu pembaca detikHealth menyebut ukuran alat kelamin suami penting baginya agar suasana di atas ranjang lebih menggairahkan dan memuaskan satu sama lain. "Ukuran kelamin pasangan bagi saya penting ya. Karena kadar kualitasnya berhubungan seperti enaknya seks itu sangat menentukan," kata perempuan 32 tahun itu.

Ketika Rosa merasa alat kelamin suaminya kurang keras, maka yang dilakukan adalah stimulasi. Di sisi lain jika suaminya merasa Rosa kurang terlubrikasi, maka sang suami akan melakukan stimulasi. "Intinya sama-sama usaha ya," sambungnya.

Sedangkan Widi (30), tidak terlalu memusingkan ukuran alat kelamin. Bagi dia cara untuk menyemarakkan sesi bercinta adalah variasi bercinta. "

Fleksibel saja, woman on top atau yang lain. Foreplay juga penting. Tapi yang penting sama pasangan saling mengerti dan memuaskan, jangan lupa melibatkan perasaan cinta dan kasih sayang," ucap karyawati salah satu perusahaan swasta ini.

Senada dengan Widi, Dahlia pun enggan terlalu memikirkan ukuran alat kelamin pasangannya. "Ukuran alat kelamin, mau besar atau kecil itu nggak penting banget. Justru kalau kegedean itu sakit," katanya.

Menurut Dahlia agar hubungan seks tidak terasa menyakitkan maka foreplay tak bisa dikesampingkan. Selain itu variasi gaya seks juga perlu dilakukan agar sesi bercinta tidak monoton.

"Kalau si istri menerima cukup rangsangan, bagaimanapun ukuran Mr P pasti akan bisa membuat istri mencapai orgasme. Apalagi kalau pasangan mau mencoba-coba berbagai gaya seks yang akan memuaskan keduanya," terang Dahlia.

Mia, pembaca lainnya, juga tidak mempedulikan ukuran alat kelamin suaminya. "Ukuran buat aku sih nggak penting, yang penting kualitas dan isinya jadi benih yang bagus dan baik. Nggak pernah juga bayangin ingin ukuran sebesar apa," ucapnya.

Apa kata dokter? Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, menuturkan mitos ukuran penis telah mengganggu banyak laki-laki dan perempuan. Banyak perempuan yang mengangankan memiliki pasangan dengan ukuran kelamin yang besar. Padahal kepuasan seksual perempuan bukan ditentukan oleh ukuran penis.

"Kepuasan seksual perempuan ditentukan oleh fungsi ereksi penis, apakah sudah maksimal atau tidak, bukan oleh ukurannya," jelas dr Wimpie.

Di pihak lain, tidak ada data valid yang menunjukkan bahwa perempuan yang pasangannya mempunyai penis lebih besar merasa lebih puas dibandingkan dengan perempuan yang pasangannya dengan ukuran penis lebih kecil. Selain itu pihak laki-laki juga harus mengerti bahwa kepuasan seksual perempuan tidak tergantung pada ukuran penis.

"Ukuran penis dalam keadaan lemas tidak merupakan prediktor ukuran dalam keadaan ereksi. Dalam hubungan seksual, kepuasan seksual perempuan tergantung pada derajat ereksi penis, kemampuan pria mengontrol ejakulasi, dan keterlibatan emosi dengan pasangan," lanjut dr Wimpie.

Sementara itu seksolog dari Universitas Tarumanegara, Dr dr Andri Wanananda, MS, menuturkan pandangan perempuan yang 'memuja' laki-laki berpenis panjang adalah keliru. Masalahnya, untuk apa penis panjang dan besar bila saat ereksi tidak keras dan tegang.

"Penis jangan dipandang dari sudut eksternal saja, yaitu ukurannya. Tapi patut pula dicermati dari segi internal yaitu mampukah saat ejakulasi mengeluarkan sperma yang jumlah, bentuk dan motilitas (pergerakan) sel jantannya (spermatozoa) normal," ujar dr Andri.

Seperti Ini Lho Ukuran dan Bentuk Mr P yang Normal di Mata Dokter

Jakarta, Banyak pria di belahan dunia manapun, entah itu di Asia atau di negara-negara Barat sama-sama pernah mengidap 'penis anxiety', cemas dan tak puas dengan ukuran penisnya, sekalipun ukuran penis mereka di atas rata-rata. Lalu penis seperti apa yang dikategorikan normal di mata dokter?

"Ukuran normal penis dari sisi medis itu sesuai dengan rata-rata statistik. Biasanya untuk orang Asia itu statistik normalnya 9,7 hingga 15,1 cm," ungkap Dr Heru H. Oentoeng, M.Repro., SpAnd., dari RS Siloam Kebon Jeruk Jakarta.

Namun Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar tak menampik jika ukuran penis normal memang sering diperdebatkan.

"Penis dengan ukuran lebih pendek dari 4 cm dalam keadaan lemas dan lebih pendek dari 7 cm dalam keadaan ditarik, dapat dianggap di bawah normal. Tetapi ukuran 4 dan 7 cm jangan dianggap sebagai nilai absolut sebagai suatu kondisi untuk mendapat pengobatan. Kondisi ini harus dikaitkan juga dengan variabel lain seperti Indeks Massa Tubuh (BMI) dan perkembangan organ seksual lainnya seperti testis dan kelenjar kelamin," tegasnya.

Agar tidak simpang siur, patokan standar ukuran penis normal telah ditetapkan oleh National Academy of Surgery di Prancis yang menetapkan bahwa standar penis normal adalah jika panjangnya antara 9 cm hingga 9,5 cm dalam kondisi lemas dan 12,8 hingga 14,5 cm dalam keadaan ereksi. Di luar rentang tersebut, barulah penis dapat dikatakan terlalu kecil atau terlalu besar.

Standar baku untuk ukuran penis normal tidak hanya dilihat dari panjangnya, melainkan juga keliling atau lingkar penisnya. Lingkar penis normal adalah 8,5 cm hingga 9 cm dalam kondisi lemas dan 10 cm hingga 10,5 cm saat mengalami ereksi penuh.

Namun para pria Indonesia patut berbangga karena termasuk sebagai negara dengan penis terpanjang, setidaknya di wilayah Asia Tenggara. Hal ini didasarkan sebuah peta interaktif yang menggambarkan peringkat negara-negara di seluruh dunia berdasarkan ukuran penisnya yang beredar di tahun 2011.

Sebagai perbandingan, berikut rata-rata ukuran penis beberapa negara di Asia Tenggara:
- Kamboja (10,04 cm)
- Thailand (10,16 cm)
- Myanmar (10,7 cm)
- Filipina (10,85 cm)
- Vietnam (11,47 cm)
- Malaysia (11,49 cm)
- Singapura (11,53 cm)
- Indonesia (11,67)

Ukuran Mr P Dipengaruhi oleh Faktor Keturunan dan Ras?

Jakarta, Ukuran rata-rata kelamin pria bisa berbeda di tiap negara. Karena itu ada yang menganggap ukuran penis dipengaruhi oleh faktor ras dan keturunan. Benarkah demikian?

Perkembangan normal ukuran penis terjadi bersamaan dengan perkembangan organ seksual lainnya, seperti testis, kelenjar kelamin, dan perkembangan tanda karakteristik seksual sekunder.

"Kalau penis telah berkembang normal menurut 5 stadium Tanner, ukuran penis sebenarnya tergolong normal," jelas Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, seksolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Menurut Prof Wimpie, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran penis berbeda pada etnik yang berbeda. Tetapi jumlah sampel pada penelitian tersebut tidak seimbang antar etnik, sehingga hasilnya tidak dapat diterima.

Hal tersebut diamini oleh dr Heru H. Oentoeng, M.Repro, SpAnd. Menurutnya, memang ada perbedaan rata-rata ukuran kelamin di antara pria Asia, Eropa, dan Afrika, namun angkanya tidak terlalu besar dan hanyalah data statistik.

"Kalau untuk ras, itu tidak sepenuhnya. Seperti yang saya sebutkan tadi, yaitu ada nilai-nilai statistik normal untuk Asia. Namun hal itu hanya sebatas statistik saja. Itu juga hanya rata-rata. Kalau pun ada perbedaan untuk orang Asia, Afrika, dan Eropa, ya memang ada, namun biasanya tidak besar. Tapi sekali lagi, hal itu hanyalah statistik saja," jelas dr Heru H. Oentoeng, M.Repro, SpAnd, dari RS Siloam Kebon Jeruk, saat dihubungi terpisah.

Lantas bagaimana dengan faktor keturunan? Untuk pertanyaan ini, dokter memiliki jawaban yang pasti.

"Iya, betul. Faktor genetik itu memang berpengaruh pada ukuran penis, karena biasanya juga keturunan," tegas dr Heru H. Oentoeng, M.Repro, SpAnd, dari RS Siloam Kebon Jeruk, saat dihubungi terpisah.

Namun ukuran kelamin pria tidak semata-mata hanya dipengaruhi faktor genetik. Selain genetik, tambah dr Heru, faktor tumbuh kembang juga sangat berpengaruh. Biasanya kondisi ini berhubungan dengan kesehatan.

Contohnya, ada orang tua yang kurus tapi memiliki anak bertubuh gemuk. Nah, biasanya orang gemuk itu mempunyai penis yang lebih kecil. "Jadi, faktor tumbuh kembang juga ikut berpengaruh," katanya.

Ingin Ukuran Mr P Tumbuh Optimal? Yuk Terapkan Tips Berikut Sejak Muda

Jakarta, Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelamin pria, mulai dari keturunan hingga faktor tumbuh kembang. Jika ingin ukurannya optimal saat dewasa, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan sejak usia muda.

Pada usia 15-16 tahun, perkembangan kelamin pria mencapai ukuran yang sama dengan dewasa. Setelah itu, ukuran penis tidak dapat bertambah lagi. Perkembangan penis dipengaruhi oleh hormon seks. Jika terjadi hambatan atau gangguan hormon seks, maka perkembangan kelamin terganggu sehingga ukuran penis dan bagian kelamin lain terhambat.

"Jadi dapat ditemukan, seorang pria pada usia 16 tahun tetapi ukuran penisnya belum mencapai stadium V menurut Tanner," jelas Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, seksolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Dalam keadaan demikian, lanjut Prof Wimpie, dengan pengobatan hormon penis masih dapat berkembang menjadi normal, walaupun testisnya tidak dapat berkembang. Hanya dalam keadaan demikian ukuran penis dapat ditambah.

"Pria harus diberi pengertian bahwa tidak ada cara yang ilmiah dan signifikan untuk menambah ukuran penis yang telah berkembang normal. Jadi pria yang mengalami perkembangan normal tetapi terobsesi mempunyai penis lebih besar, seharusnya tidak memerlukan pengobatan," tegas Prof Wimpie.

Penis memang tidak akan bertambah besar ketika pria sudah dewasa. Tapi hal tersebut masih bisa diusahakan jika kondisinya terdeteksi sejak memasuki masa pubertas.

"Jika masih remaja dan masih mengalami pubertas, usahakan sering melakukan evaluasi, misalnya dengan mengunjungi dokter, menanyakan hal-hal agar kita bisa tahu penis kita itu normal atau tidak," tutur dr Heru H. Oentoeng, M.Repro, SpAnd, dari RS Siloam Kebon Jeruk, saat dihubungi terpisah.

Menurut dr Heru, selagi masa pubertas, kelamin pria masih bisa bertambah ukurannya. Namun jika lewat dari masa pubertas, biasanya pertambahan tidak akan terjadi lagi.

"Yang paling penting, jangan pernah sekalipun termakan iklan yang mengatakan dapat menambah ukuran penis. Itu semua bohong," tegas dr Heru.

Namun akan beda halnya dengan orang yang kegemukan. Olahraga menjadi salah satu kegiatan yang bisa dilakukan orang dengan berat badan besar atau kegemukan untuk membuat ukuran penisnya terlihat lebih besar.

Sebab, pada pria yang kegemukan biasanya penis akan terlihat lebih kecil atau bahkan bisa juga terlihat 'tersembunyi' karena tertutup oleh lemak di sekitar perut dan kelamin. Nah, olahraga akan membantu tubuh menjadi lebih kurus, ramping, sehingga bisa kembali 'memperlihatkan' penisnya.

"Dan untuk yang mengalami pubertas, olahraga akan membantu memperlancar pertumbuhan penisnya," pesan dr Heru.

Cara Ini Dipercaya Bisa Perbesar Mr P, Sayang Cuma Mitos

Jakarta, Semakin besar ukuran penis, semakin besar kepuasan yang didapat oleh kaum wanita. Meski sebenarnya hanya mitos belaka, anggapan tersebut terlanjur dipercaya banyak orang. Banyak pria rela mengupayakan segala cara agar ukuran alat vitalnya tampak lebih besar.

Untuk faktor kepuasan diri atau untuk menyenangkan pasangan, beberapa pria bersedia melakukan berbagai cara agar Mr P-nya tampak lebih besar. Cara yang dilakukan mulai dari cara sederhana seperti mandi air hangat hingga mengonsumsi ramuan tertentu.

Kiat sederhana yang dipercaya bisa membuat organ kelamin pria tampak lebih besar misalnya dengan mandi air hangat, mencukur rambut kemaluan, berolahraga, mengurangi berat badan, dan menghentikan kebiasaan merokok.

Mandi air hangat misalnya, dipercaya bisa membuat ukuran penis tampak lebih besar karena efek yang dihasilkan oleh suhu air. Suhu yang hangat bisa meningkatkan aliran darah sehingga secara otomatis ukuran penis pun meningkat. Berhenti dari kebiasaan merokok memiliki efek yang sama dengan mandi air hangat, yakni melancarkan peredaran darah pada tubuh, termasuk aliran darah ke organ vital sehingga ketika ereksi penis akan tampak lebih besar.

Benarkah cara-cara itu dapat memperbesar ukuran alat kelamin pria? Hal itu ditepis oleh Dr Heru H. Oentoeng, dokter reproduksi di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk. Menurutnya cara-cara tersebut hanya mitos dan tak ada hubungannya dengan pertambahan ukuran penis. Ia berpendapat bahwa ukuran penis hanya bertambah ketika seorang lelaki memasuki fase remaja.

"Hanya selama masa pubertas lah penis bisa bertambah ukurannya. Jadi jika sudah lewat masa pubertas, mau melakukan berbagai macam hal apa pun, khususnys mitos, tidak akan berdampak pada pertambahan ukuran penis," ujarnya.

Cara-cara yang telah disebutkan di atas hanya memberikan efek visual seolah ukuran Mr P lebih besar tanpa benar-benar menambah ukuran yang sebenarnya.

Mencukur bulu kemaluan dan berolahraga misalnya. Mencukur bulu kemaluan membuat area vital tampak lebih 'lega' sehingga penis tampak lebih besar dibanding sebelumnya. Sedang olahraga dan menurunkan berat badan akan membuat penis tampak lebih besar karena penis tidak lagi tertutupi oleh lemak di perut.

"Biasanya olahraga berguna untuk orang yang dengan berat bedan besar atau kegemukan," ujar Dr Heru.

Contohnya, jelas Dr Heru, orang yang kegemukan biasanya memiliki penis yang terlihat lebih kecil atau bahkan terlihat 'tersembunyi'. Penyebabnya ialah karena lemak pada tubuh tampak lebih dominan dibanding ukuran alat kelamin. Dengan berolahraga, tubuh akan tampak lebih kurus dan ramping. Alhasil penis pun lebih terlihat dibanding sebelumnya. Perbedaan visual itulah yang sering salah dikira sebagai penis yang membesar.

"Itu hanya untuk kembali 'memperlihatkan' ya, bukan menambah ukuran," tegas Dr Heru.

Mengenai iklan yang menawarkan perbesaran ukuran penis melalui operasi atau cara lain, Dr Heru meyarankan agar para pria tak mudah percaya. "Jangan pernah termakan iklan. Menurut medis, pertumbuhan hanya akan terjadi selama masa pubertas," tandasnya.

Posisi Duduk yang Salah Bikin Mr P Lebih Tersembunyi, Benarkah?


Jakarta, Kecemasan berlebih mengenai ukuran alat kelamin pria membuat banyak mitos yang beredar dianggap sebagai fakta, atau sebaliknya. Salah satunya adalah anggapan bahwa posisi duduk yang tidak tepat dapat menyebabkan ketegangan otot paha yang menekan penis sehingga penis jadi lebih tersembunyi. Benarkah anggapan itu?

Sebagian perempuan percaya jika laki-laki bisa dengan mudahnya menyilangkan kaki saat duduk, berarti laki-laki itu memiliki penis yang relatif kecil. Karena menurut mereka yang memercayai anggapan itu, jika ukuran penisnya cukup besar maka laki-laki seharusnya kesulitan untuk menyilangkan kakinya.

Posisi duduk yang tidak tepat juga dianggap ambil andil dalam menentukan besar kecilnya ukuran kelamin pria. Sebab jika posisi duduk salah, ada otot yang tertekan dan akhirnya menyebabkan organ vital itu menjadi tersembunyi.

Meski terdengar logis dan memiliki penjelasan medis, anggapan tersebut hanya mitos belaka. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr Heru H. Oentoeng, dokter reproduksi di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk.

"Mau duduk dalam posisi seperti apapun, bahkan misalnya duduk menyilang seperti yang dilakukan wanita, hal itu tidak akan membuat penis menjadi tersembunyi," ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Dr Andri Wasanananda, MS, pengajar di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Tarumanegara, Jakarta. Menurutnya ukuran penis tidak ada kaitannya dengan posisi duduk atau ukuran tungkai. Baik pria maupun wanita tak perlu terlalu mencemaskan ukuran penis. Yang penting, ukurannya proporsional dengan tinggi badan.

Lantas, bagaimana dengan pria yang mengeluh bahwa penisnya menjadi bengkok atau tersembunyi setelah salah posisi duduk? Menurut Dr Heru, perubahan itu hanya sementara dan tidak permanen. Setelah kembali duduk tegak, maka bentuk dan ukuran penis akan kembali seperti semula.

"Kalau pun menjadi bengkok atau tersembunyi, itu semua hanya sementara. Kalau misalnya setelah duduk menyamping, kita kembali duduk tegak lagi, maka posisi penis pun akan kembali. Jadi tidak akan kenapa-napa, karena memang tidak berpengaruh," imbuh Dr Heru.

Jadi, tegas Dr Heru, bisa dikatakan tidak ada posisi duduk yang dikatakan tepat atau tidak tepat bagi kaum pria. Semua posisi duduk boleh dilakukan karena tidak berpengaruh sama sekali pada ukuran atau bentuk Mr P. Para pria tak perlu terlalu merisaukan posisi duduk yang dipilihnya, dan para wanita sebaiknya meluruskan anggapan yang keliru.

Yang mempengaruhi kondisi penis pria bukan posisi duduk, melainkan faktor tumbuh kembang yang juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Selagi masa pubertas penis masih bisa bertambah ukurannya. Namun, pertambahan ukuran itu akan terhenti bila masa pubertas telah berakhir. Demikian paparan yang diberikan oleh dokter reproduksi di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, itu.

Ingat, Lama dan Kuatnya Ereksi Tak Tergantung Ukuran Mr P

Jakarta, Berkembangnya mitos seputar kesehatan alat kelamin tentunya tak lepas dari anggapan masyarakat yang masih tabu untuk membicarakan hal tersebut. Padahal banyak dari mitos-mitos tersebut yang tidak benar dan tidak jelas darimana asalnya. Salah satunya adalah mitos tentang semakin besar penis seseorang, semakin lama dan kuat pula ereksinya.

Dr Heru H. Oentoeng, M.Repro, SpAnd dari RS Siloam Kebon Jeruk dengan tegas menyanggah hal tersebut. "Mitos, itu hanya mitos," tegasnya.

Menurutnya ereksi pada penis sama sekali tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya ukuran penis seseorang. Meski kemampuan ereksi tiap orang berbeda, namun itu sama sekali tidak dipengaruhi ukuran penis. Bisa saja seseorang dengan ukuran penis normal namun kemampuan ereksinya lebih baik daripada orang dengan ukuran penis yang lebih besar.

"Kalau ukuran penis besar tapi tidak berfungsi, ya untuk apa kan?" ujarnya sambil tertawa.

Senada dengan hal tersebut, seksolog dari Universitas Tarumanegara, Dr. Andri Wanananda MS, yang dihubungi terpisah mengatakan bahwa kebugaran penis dipengaruhi oleh kebugaran jasmani. Semakin bugar keadaan jasmani seseorang, semakin baik pula kadar hormon testosteron pada tubuh orang tersebut.

"Batang penis tidak mengandung otot seperti lengan atas, paha atau dada yang bisa dilatih di Fitness Centre hingga perkasa," papar dokter yang mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta tersebut.

Tak hanya soal ereksi, ukuran penis yang lebih besar pun sering pula disalah artikan sebagai penis yang lebih sehat. Bahkan ada yang menganggap bahwa besar penis seseorang bisa dilihat dari ukuran kakinya. Lagi-lagi dr Heru mengatakan semua hal tersebut hanya mitos.

Dijelaskannya bahwa penis yang dikatakan sehat adalah penis dengan range ukuran normal dan mampu ereksi. Ukuran penis yang lebih kecil atau lebih besar bukan patokan bahwa penis tersebut tidak sehat. Bahkan jika ukuran penis Anda lebih besar daripada ukuran normal sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

"Jika memiliki penis diluar ukuran range normal, ya bisa kita periksakan ke dokter. Cari tahu ada apa, kenapa tidak dalam ukuran range normal," lanjut dr Heru.

Hal tersebut juga berlaku pada mitos tentang ukuran penis yang dipengaruhi ukuran kaki. Menurutnya sama sekali tidak ada hubungan antara panjang atau lebar kaki dengan ukuran panjang atau diameter penis. Ia mempertanyakan logika dibalik pernyataan tersebut.

"Kalau orang-orang yang 'jangkung' atau tinggi besar itu, dia jadi punya penis yang panjang gitu? Ya tidak. Lalu gimana orang yang tidak mempunyai kaki, jadi dia tidak punya penis gitu? Tidak kan? Ukuran penis itu dipengaruhi oleh faktor genetik dan tumbuh kembang. Bukan hal-hal seperti itu," tandas dr Heru.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :