Karena dilengkapi sensor, vibrator mampu memberikan data respons tubuh pemakainya ketika digunakan. Data-data tersebut akan dikirim ke aplikasi smartphone lalu dikumpulkan dan dibandingkan dengan data dari pengguna lain secara anonim. Hasilnya vibrator dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana pengguna bisa memaksimalkan kepuasaan seksualnya.
Pemimpin sekaligus pendiri Lioness Liz Klinger mengatakan ide dari mainan tersebut awalnya bermula dari pengalaman pribadi. Ia mengaku tak pernah diajari mengenai kesehatan seks sehingga dirinya merasa kurang banyak tahu dan mainan tersebut adalah salah satu perwujudan caranya mencari ilmu.
"Saya tinggal di lingkungan keluarga konservatif dari Midwest dan kami tak pernah membicarakan seks. Dan karena saya tidak bisa bertanya pada masa muda, ini membuat saya menjadi banyak ingin tahu dan belajar," kata Klinger seperti dikutip dari Forbes.
Contoh dari Vibrator Lioness ini telah dibuat dan mendapat tanggapan positif dari pemakai dan bisnis rintisan oleh Klinger berhasil menarik urunan lewat kampanye online hingga sekitar Rp 1,2 miliar. Jumlah tersebut hampir tiga kali lipat melebihi target yang ditetapkan pada awalnya.
"Bahkan pada tahap awal alat ini, penguji telah melaporkan mereka merasa mengenal dorongan seksualnya lebih baik dan merasa semakin penasaran. Dengan respon balik dari vibrator yang mengukur kontraksi vagina, temperatur, dan posisi mereka jadi bisa mencoba sesuatu yang baru dan cepat mengetahui bagaimana tubuh bereaksi," kata Klinger.
0 komentar :
Post a Comment