Gemar Kerokan? Ini 5 Hal yang Anda Perlu Tahu
Jakarta - [Kerokan jadi andalan untuk kurangi keluhan seperti pusing atau tidak enak badan. Ini 5 hal soal kerokan yang penting diketahui.]
Ketika merasa pusing atau tidak enak badan, kerokan menjadi salah satu andalan beberapa orang. Sebagian orang mengaku lebih baik ketika tubuhnya 'dikerok' menggunakan uang logam atau alat khusus dan minyak angin atau balsam.
Nah, berikut ini beberapa hal seputar kerokan yang perlu Anda tahu:
1. Kerokan Memicu Morfin Alami
Merasa enakan setelah kerokan? Ada penjelasan ilmiahnya lho. Menurut Prof Dr dr Didik Gunawan Tamtomo, PAK, MM, MKes yang pernah melakukan penelitian tentang kerokan menemukan kerokan mampu meningkatkan kadar beta endorfin secara drastis.
Peningkatan kadar beta endorfin ini disebabkan oleh aktivitas glandula pituitaria dan pemecahan pro hormon proopiomelanocortin (POMC) dari sel-sel keratinosit dan sel endotel kapiler. Pemecahan POMC ini akan menghasilkan endorfin. Endorfin adalah morfin alami yang dihasilkan oleh tubuh. Bahkan kekuatannya jauh lebih besar dibandingkan morfin yang dibuat dalam bentuk obat.
"Karena itu orang yang sehabis dikerok akan merasa nyaman, tenang, enak badannya. Tidurnya juga bisa nyenyak," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta ini.
2. Melancarkan Peredaran Darah
Prof Didik menyebut kerokan juga mampu melebarkan pembuluh darah. Dampaknya, sel-sel darah dan oksigen mampu beredar secara lebih lancar.
Penemuan lainnya, kerokan ternyata mampu menurunkan kadar prostaglandin yang disebabkan oleh efek penekanan dari beta endorfin. Prostaglandin (PG) merupakan senyawa lemak yang dihasilkan dari asam lemak melalui proses enzimatik. Prostaglandin memiliki kerja biologik yang luas pada berbagai organ tubuh.
"Prostagladin ini yang bikin tubuh kita jadi nyeri-nyeri. Dengan kerokan, dia akan turun kadarnya. Turun karena adanya penekanan dari beta endorfin," tambahnya.
3. Yang Boleh Kerokan
Siapa saja boleh dikerok. Namun harus dipastikan tidak memiliki alergi atau kelainan pada kulit. Bahkan menurut Prof Didik, bayi dan anak-anak juga bisa kerokan. Tapi ingat, saat mengerok anak-anak, terutama bayi, jangan kuat-kuat. Karena mereka memiliki jaringan kulit yang masih lemah dan rentan pada tekanan kuat.
Jika ingin melakukan kerokan pada bayi, Prof Didik menganjurkan agar menggunakan bawang merah yang telah dipotong kecil-kecil. Jadi bawang merah yang sudah dipotong digerakkan seperti saat kerokan dengan koin. Tidak perlu lama-lama karena dikhawatirkan bisa mengiritasi kulit bayi.
Kulit bayi juga berbeda-beda antara yang satu dan lainnya. Untuk memastikan bawang merah aman dan tidak mengiritasi kulit bayi, sebaiknya dicoba dulu sedikit.
4. Bagian Tubuh yang Terlarang Dikerok
Punggung, leher bagian belakang, tangan, kaki, dada dan lengan adalah bagian tubuh yang biasanya dikerok saat seseorang tidak enak badan. Prof Didik menuturkan semakin banyak bagian tubuh yang dikerok, maka semakin banyak pra hormon proopiomelanocortin (POMC) yang pada akhirnya memicu lebih banyak endorfin yang dihasilkan.
Tapi jangan sekali-kali melakukan kerokan di leher bagian depan. "Di sana ada tulang-tulang rawan untuk pernapasan, ada saraf-saraf juga yang kalau dikerok bisa rusak fungsinya dan membahayakan kesehatan," pesan Prof Didik.
5. Hati-hati Penularan Penyakit
Media untuk mengerok seperti koin, sendok, dan tanduk kerbau biasanya digunakan bergantian. Inilah yang kemudian memunculkan kontroversi kerokan. Karena alat-alat yang tidak steril dan digunakan bergantian itu bisa jadi media penularan penyakit.
Padahal jika kerokan dilakukan dengan benar, maka efeknya akan sangat baik, mulai dari rasa nyaman hingga mengusir gejala yang oleh masyarakat dikenal sebagai masuk angin
Untuk menghindari ada penularan penyakit melalui alat-alat kerokan, ada baiknya mencuci alat-alat itu sebelum dan setelah selesai menggunakannya. Gunakan sabun agar tidak ada sisa minyak dan kotoran yang menempel.
Selamat kerokan!
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment