Lika-liku kehidupan pasangan lesbian di Jakarta
Kehidupan romantika cinta memang milik setiap insan manusia baik pria atau wanita. Setiap manusia pun ditakdirkan memiliki pasangannya masing-masing.
Namun tak sedikit yang menyalahi kodrat. Ada juga mereka yang menyimpang yaitu menyukai sesama jenis. Seperti penyuka sesama pria kerap disebut Homo. Sedangkan penyuka sesama wanita biasa disebut dengan lesbi.
Kaum lesbi biasanya membentuk komunitas atau geng. Mereka mempunyai tempat nongkrong favorit seperti di mal atau di keramaian lainnya.
Namun, secara kasat mata untuk membedakan kaum lesbi itu sangat sulit. Tentu kita terbiasa melihat sesama wanita saling berpelukan, pegangan tangan atau cipika-cipiki.
Tetapi jangan salah sangka, mereka seperti itu bukan berarti tergolong kaum lesbi.
Menurut Denada (bukan nama sebenarnya) kehidupan kaum lesbi jika di tempat umum memang tidak mencolok, berbeda dengan homo. Jika sesama pria bermesraan di tempat umum orang dapat berasumsi kalau mereka homo.
"Tetapi kalau cewek kan beda susah. Tetapi kalau sesama lesbi pasti tahu," kata Denada beberapa waktu lalu kepada merdeka.com.
Hari ini merdeka.com akan mengulas kehidupan kaum lesbi yang ada di Jakarta. Bagaimana kehidupan mereka, pergaulan hingga tanggapan keluarga mereka. Selamat membaca.
Kota Tua jadi lapak favorit lesbi memadu kasih
Di Indonesia, penyuka sesama jenis masih menutup rapat-rapat identitasnya. Sebab, sebagai negara mayoritas muslim, hubungan sesama jenis jelas-jelas dilarang oleh agama dan mendapat penolakan dari mayoritas warga.
Meski demikian, bukan berati jejak dan lokasi tempat berkumpulnya komunitas pencinta sesama jenis tak dapat kita telusuri keberadaannya. Salah satunya ada di kawasan Kota Tua, Jakarta Pusat.
Pada malam hari, kawasan itu ternyata dijadikan tempat berkumpul para perempuan pencinta sesama jenis atau yang biasa dikenal lesbi. Mereka biasanya asyik nongkrong bersama pasangannya di belakang museum Fatahillah atau tepatnya di lapak tukang kopi dan makanan yang berada di pinggir Kali Besar.
"Mereka biasanya nongkrong malam. Kadang ramai-ramai tapi kadang hanya beberapa saja," kata salah seorang pedagang makanan yang biasa mangkal di pinggir Kali Besar, Kota Tua, Jakarta Pusat.
Menurut pria yang enggan disebutkan namanya itu kebanyakan pedagang yang biasa mangkal di pinggir Kali Besar tahu soal komunitas lesbi tersebut. Mereka bahkan nongkrong di lapak mereka.
"Ya mereka pesan minum dan makan. Kita tahu tapi ya masing-masing saja," katanya.
Dari pantauan merdeka.com di lokasi, tampak sejumlah perempuan muda tengah asyik nongkrong di lokasi itu sambil ditemani cemilan dan minuman. Sebagian dari mereka ada yang terlihat tomboi dengan rambut pendek.
Namun, sebagian lainnya tampak feminim seperti perempuan kebanyakan. Beberapa dari mereka bahkan terlihat tak canggung bermesraan, seperti berpelukan atau minimal menyandarkan kepala ke pundak perempuan lainnya.
Namun sayangnya saat merdeka.com mencoba untuk berbincang, mereka enggan melayani. Bahkan beberapa dari mereka ada yang buru-buru meninggalkan lokasi.
"Lama nggaknya mereka nongkrong gak tentu. Kadang sampai subuh, tapi kadang jam 1-an sudah bubar," kata pedagang itu.
Pengakuan blak-blakan geng lesbi di kampus
Menjalani hidup dengan menjadi seorang lesbi ternyata tidak begitu sulit. Setidaknya itulah yang dirasakan Denada (bukan nama sebenarnya) seorang lesbi yang masih menyandang status mahasiswi di sebuah universitas ternama di bilangan Jakarta Selatan.
Menurut Denada, di kampus tempat dia belajar ada semacam geng yang memang kaum lesbi. Denada sendiri sebagai anggota geng tersebut mengakui kalau di antara geng tersebut memiliki hubungan khusus.
"Jadi memang ada yang pacaran sesama jenis. Tetapi ada juga yang ikut geng tetapi pacarnya yang juga cewek bukan termasuk geng kita," ujar Denada saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Denada mengatakan bahkan dia dan gengnya secara terang-terangan berpacaran di kampus. Mereka layaknya pasangan pria dan wanita yang saling berpegangan tangan, pelukan atau rangkulan di lingkungan kampus.
Bagi orang yang tak kenal mereka, sepintas hanya terlihat seperti sekumpulan wanita yang sedang berkumpul saja. Namun, geng lesbi di kampusnya bukanlah hal yang tertutup dari sepengetahuan mahasiswa lain.
"Tapi temen kampus sih banyak yang tahu juga tentang kita," katanya.
Namun, lanjut Denada, mesti teman-teman lain tahu kalau dirinya seorang lesbi, dia tidak pernah dikucilkan. "Kalau temen cowok yang asik paling cuma nyeletuk 'cantik-cantik sih lesbi'," ujar dia sembari tertawa.
Cerita mahasiswi yang jadi lesbian karena lingkungan pergaulan
Denada (bukan nama sebenarnya) merupakan seorang lesbi yang masih menyandang status mahasiswi di kampus elit di bilangan Jakarta Selatan. Denada mengaku menjadi lesbi setelah terpengaruh lingkungan sekitarnya.
Denada mengisahkan, saat dirinya memasuki kampus tersebut, dia masih normal dan memiliki pacar seorang pria. Namun, dia terjebak dengan pergaulan teman wanitanya sehingga mulai menyukai perempuan.
"Makin lama aku kaya punya perasaan ya gimana gitu ke cewek," ujar Denada kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Setelah timbul perasaan tertarik dengan wanita, jarak hubungan Denada dengan kekasihnya mulai renggang. Senada seakan mati rasa dengan pria.
"Mungkin karena kita cewek-cewek saling mengerti mau kita gimana. Jadi bisa saling jaga perasaan," katanya.
Akhirnya Denada memutuskan hubungannya dengan kekasihnya dengan alasan mau fokus belajar. Denada pun merajut kasih dengan seorang wanita yang juga teman kampusnya.
"Aku gak tau apakah bisa suka lagi sama cowok. Tetapi untuk saat ini belum," tutur wanita berambut panjang dan berwajah cantik itu.
Tak semua lesbian hindari jalinan asmara dengan pria
Wanita penyuka sesama jenis atau lesbi rata-rata hanya mencintai perempuan saja. Namun anggapan itu dibantah oleh Denada (bukan nama sebenarnya).
Menurut Denada, ada temannya yang lesbi namun tetap mempunyai pacar pria. Tentu saja, kekasih yang pria tidak mengetahui kalau wanita yang dia pacari ternyata memiliki hubungan dengan perempuan juga.
"Jadinya mungkin biseksual kali yah," ujar Denada saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Denada menambahkan teman geng dia ada juga yang sudah kembali normal. Hal itu setelah bantuan dari pacarnya dan orangtuanya.
"Jadi dia disuruh menjauh dari kita (geng lesbi)," ujar wanita berambut panjang dan berhidung mancung itu.
Kejadian itu membuat seorang lesbi tak selamanya akan mencintai wanita seumur hidupnya. Asalkan mau berubah dan mempunyai niat tekad bulat, pasti dapat kembali normal seperti pasangan kekasih pada umumnya.
Kisah galau seorang lesbian saat cintanya ditolak
Menjadi seorang lesbi yang menyukai wanita ternyata bisa menimbulkan patah hati bila putus cinta. Bahkan, patah hati juga bisa karena cintanya ditolak oleh wanita yang disukainya.
Denada (bukan nama sebenarnya) seorang lesbian, pernah merasakan pahitnya patah hati. Cintanya tak terbalaskan oleh wanita yang disukainya.
"Soalnya dia termasuk wanita normal (penyuka lelaki)," ujar Denada saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Denada mengisahkan wanita yang dia sukai itu merupakan teman di kampus. Si temannya itu tidak tahu kalau upaya Denada mendekati karena ada perasaan tertarik.
"Awalnya sih dia welcome. Kita udah deket tapi pas saya utarakan perasaan saya dia marah," kenang wanita yang masih menyandang status mahasiswi di universitas elit di kawasan Jakarta Selatan.
Saat mengutarakan cinta, teman wanitanya kaget dan marah dengan sikap Denada. Sejak kejadian itu, temannya pun menjauh dari Denada.
"Galau abis itu. Tapi yah namanya jodoh kan kita enggak tahu. Yang penting sekarang sudah ada penggantinya," ucapnya sembari tertawa.
Lesbian menjamur di kampus karena kekerasan kepada wanita tinggi
Maraknya komunitas lesbian (perempuan berpasangan dengan perempuan) tidak hanya terjadi di dunia barat saja. Namun, komunitas lesbian sudah merangsek dan mulai menjamur di kampus-kampus.
Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Risalwan Habdy Lubis berpendapat, diperlukan berbagai pendekatan untuk mengatasi budaya yang jauh dari norma ketimuran tersebut. Kelompok mahasiswa dengan jajaran rektorat kampus memegang peranan penting di dalamnya.
"Upaya pencegahannya salah satunya dengan pendekatan nilai budaya. Kemudian kelompok mahasiswa di perkuat dengan melibatkan mahasiswa, dosen, dan rektorat semuanya. Kalau di kampus ada 4 kelompok mahasiswa yaitu yang sifatnya gerakan politis, intelek, keagamaan, dan minat bakat," ujar Risalwan.
Pendekatan nilai budaya dan memaksimalkan gerakan di kampus ini dianggap Risalwan memiliki peran sangat jitu untuk menekan maraknya lesbian masuk ke dunia kampus.
Lebih lanjut, dia membeberkan memang banyak faktor mengapa komunitas lesbian tumbuh eksis. Pertama, kata Risalwan, dari segi cara pandang dan merupakan struktur perlawanan yang ditunjukkan oleh kaum hawa.
"Dalam arti misalnya ada kasus budayawan yang memperlihatkan kesewenang-wenangan terhadap wanita. Kemudian muncul paradigma gak perlu ada kekerasan dan gak perlu ada laki-laki," jelas Risalwan.
"Faktor selanjutnya lantaran cara pandang lifestyle dalam era keterbukaan, gak membutuhkan realitas. Mereka lesbian bisa melalui media komunikasi gadget, tidak butuh laki-laki asal hidupnya nyaman," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Denada (bukan nama sebenarnya) merupakan seorang lesbi yang masih menyandang status mahasiswi di kampus elit di bilangan Jakarta Selatan. Denada mengaku menjadi lesbi setelah terpengaruh lingkungan sekitarnya.
Denada mengisahkan, saat dirinya memasuki kampus tersebut, dia masih normal dan memiliki pacar seorang pria. Namun, dia terjebak dengan pergaulan teman wanitanya sehingga mulai menyukai perempuan.
"Makin lama aku kaya punya perasaan ya gimana gitu ke cewek," ujar Denada kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Setelah timbul perasaan tertarik dengan wanita, jarak hubungan Denada dengan kekasihnya mulai renggang. Denada seakan mati rasa dengan pria.
"Mungkin karena kita cewek-cewek saling mengerti mau kita gimana. Jadi bisa saling jaga perasaan," katanya.
Akhirnya Denada memutuskan hubungannya dengan kekasihnya dengan alasan mau fokus belajar. Denada pun merajut kasih dengan seorang wanita yang juga teman kampusnya.
"Aku gak tau apakah bisa suka lagi sama cowok. Tetapi untuk saat ini belum," tutur wanita berambut panjang dan berwajah cantik itu.
Klub Lesbian Jakarta
lesbi
,
seks
,
sex
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment