Cerita Lain dari Gunung Sindoro, Kabut Hitam Sering Membuat Pendaki Tersesat
Temanggung - Pencarian mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Zaenuri Ahmad (20) belum membuahkan hasil hingga hari ini. Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian hingga hari keenam ini.
Kerja keras tanpa henti para relawan patut diacungi jempol. Selama enam hari berturut-turut sejak ada laporan seorang pendaki hilang di pos Kledung, Temanggung pada hari Jumat (3/4), mereka terus melakukan pencarian. Bahkan pada hari ini merupakan proses pencarian besar-besaran yang dilakukan Tim SAR. Ada sekitar 13 Search and Rescue Unit (SRU) yang diterjunkan. Satu SRU berkekuatan sekitar 10 orang personil. Dari 13 SRU itu ada 2 SRU yang bertindak sebagai penyapu.
Namun dibalik kegiatan yang dilakukan para relawan itu, ada beberapa cerita mistis yang berhasil dikumpulkan detikcom dari warga yang tinggal di lereng Gunun Sindoro. Desa Kledung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung merupakan salah desa yang menjadi jalur pendakian menuju puncak Sindoro. Percaya nggak percaya.
Desa Kledung berada di jalur jalan yang menghubungkan Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten Wonosobo. Kawasan itu menjadi tempat pemberhentian para pendaki yang hendak menuju Gunung Sindoro maupun Gunung Sumbing. Kawasan gunung Sumbing-Sindoro oleh para pecinta alam sering di sebut gunung SuSI (Sumbing-Sindoro).
Bila pendaki hendak ke Sindoro tinggal berjalan menuju ke utara jalan. Dari Balai Desa Kledung. Pendaki tinggal berjalan menyusuri jalan desa menuju ke arah puncak yang melewati ladang pertanian milik warga. Bila hendak mendaki gunung Sumbing tinggal berjalan ke selatan menuju desa terakhir.
Dari cerita seorang warga Kledung, ada cerita yang berbau mistis mengenai gunung Sindoro yang mempunyai ketinggian sekitar 3.150 mdpl. Salah satunya mengenai kabut yang sering menyelimuti kawasan tersebut. Kabut yang sering disebut dengan sebutan 'Pedhut' itu ternyata ada dua jenis. Kabut berwana putih dan hitam.
Kabut putih hampir setiap hari muncul dan sering menyelimuti badan hingga puncak gunung. Sedangkan kabut hitam ini sering muncul di kawasan dekat puncak atau di wilayah tanaman vegetasi di Sindoro.
"Kabut yang hitam itu biasanya muncul tiba-tiba dan tidak lama, tapi sering membuat pendaki tersesat atau kebingungan untuk mencari jalan," kata salah seorang petani, Totok warga Posong, Kledung.
Meski dia sempat ikut tergabung dalam operasi pencarian terhadap Zaenuri, dia belum memastikan dari teman-teman Zaenuri saat memutuskan melanjutkan perjalanan ke puncak. Warga sekitar Gunung Sindoro mempercayai bila kabut hitam tersebut sering membuat kebingungan pendaki hingga tersesat.
"Karena itu kami sering mengingatkan kepada pendaki agar selalu berhati-hati dan jaga kesopanan saat naik ke Gunung Sindoro," katanya.
Menurut dia, pada saat-saat tertentu baik bulan Suro, puasa atau bulan lainnya masih banyak warga yang sering naik ke puncak hingga kawah gunung Sindoro maupun Sumbing. Kawasan Watu Tatah hingga kawah Jalatundo masih banyak menganggap kawasan itu merupakan kawasan mistis.
"Kita hanya bisa berharap dan berdoa agar cepat bisa ketemu," kata Totok saat menuruni jalan pendakian menuju base camp.
Sementara itu dari pelacakan saat komunikasi terakhir Zaenuri dengan temannya, posisi tidak terlalu jauh. Namun ada kabut tebal yang membuat jarak pandang terbatas. Jarak antar teman hanya sekitar 10-an meter, namun dia tidak diketahui keberadaannya. SMS yang dikirimkan terkahir dari bisa terbaca beberapa jam kemudian. Saat ini operasi pencarian masih terus berlangsung. Perwakilan keluarga Zaenuri dari Klaten yang sempat berada di pos induk Kledung berharap dia cepat ditemukan.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment