Misteri Seks Para Pedofil

Kisah Para Pedofil
Paedofili, Benarkah Bisa Diobati?

Setiap detik bagi Ralf P. adalah perang melawan imajinasinya sendiri. Setiap detik hidup Ralf P. adalah perjalanan di tepi jurang. Setiap saat, dia bisa tumbang atau terjerumus dalam jurang itu. Jurang dan perang yang dihadapi Ralf itu bernama "godaan" gadis-gadis kecil.

Setiap kali menjumpai gadis kecil menjelang remaja mengenakan rok sedikit mini, atau baju kelewat ketat, entah dalam bus atau kereta, kontan jantung Ralf berdegup kencang. Tarikan napasnya terasa berat. Keringat mengalir deras membasahi bajunya. Ralf mulai panik.

Dia mencoba mengalihkan pandangan, tapi tak pernah sanggup. Alih-alih dia malah akan memelototi gadis kecil itu. Pikirannya entah terbang kemana. Jika dia sudah hampir kehilangan akal sehatnya, Ralf buru-buru turun dari bus atau kereta, tak peduli masih jauh dari tujuan semula.

Jika aku melihat gadis kecil, di otakku, aku akan membayangkan tengah melepaskan bajunya."

Untuk menurunkan tensi jantung, Ralf akan berjalan kaki tanpa arah selama beberapa saat. "Sialan, kenapa aku? Di antara semua orang, mengapa aku yang harus mengalaminya?" Ralf, kepada Der Spiegel beberapa tahun lalu, menyumpahi imajinasi dalam kepalanya. Di taman umum, di kereta, di jalan, gairah Ralf akan terangsang setiap kali melihat gadis-gadis kecil.

Ya, dia memang seorang paedofil. "Aku benci nafsu ini," kata Ralf, kini 60-an tahun. Untung, sampai detik ini, menurut dia, Ralf belum pernah terjerumus ke "jurang" itu. Menurut dia, "Aku tak pernah menyakiti anak-anak." Ralf sadar bahwa dia punya masalah saat umurnya baru 16 tahun. Kendati sudah berulang kali mencoba, dia tak pernah tertarik pada perempuan-perempuan sebaya. Dia hanya bergairah melihat gadis-gadis kecil di bawah umur.

Tak ada data berapa banyak orang seperti Ralf. Mengutip satu jurnal kesehatan, Der Spiegel menaksir, paling tidak ada lebih dari 200 ribu paedofil di Jerman. Tentu dengan derajat "kelainan" berbeda-beda. Sulit menaksir berapa jumlah paedofil sebenarnya lantaran banyak sekali kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak oleh paedofil tak terungkap.

Max, pertengahan 30-an tahun, punya masalah serupa dengan Ralf. Wajah dan penampilan sarjana sains ini sebenarnya lumayan menarik bagi perempuan. Sayangnya, dia tak tertarik perempuan seumuran. Dia hanya tergoda oleh gadis-gadis kecil, usia 6-11 tahunan.

"Jika aku melihat gadis kecil, di otakku, aku akan membayangkan tengah melepaskan bajunya," kata Max, kepada BBC. "Pikiran itu benar-benar menjijikkan. Aku akan membatin, 'Hentikan!' Tapi aku tak bisa berhenti."

Max mengaku belum pernah "menyentuh" anak-anak atau menonton film porno yang melibatkan anak-anak. Setiap saat, setiap waktu, dia terus berjuang mati-matian melawan gairah terlarang dalam benaknya. Tapi sampai kapan dia mampu bertahan?

* * *

"Yes," seorang laki-laki berteriak gembira setelah mendengar putusan Pengadilan Banding Negara Bagian New South Wales, Australia, pada Februari lalu. Majelis hakim memutuskan menambah hukuman bagi Maurice van Ryn dari semula 7 tahun menjadi 13 tahun 6 bulan.

Tahun lalu, hakim di Pengadilan Sydney memutus Maurice, bos perusahaan keju di Australia, bersalah atas kekerasan seksual terhadap sembilan anak dari tahun 2003 hingga 2014. "Aku tak bisa menahan diri setiap kali dorongan itu muncul," Maurice membela diri di depan sidang, dikutip News.com, beberapa bulan lalu.

Selama terkurung dalam tahanan polisi, imajinasi-imajinasi kotor itu sebagian besar bisa dia sapu dari otaknya. Bukan lantaran Maurice tak bernafsu lagi dengan anak-anak kecil. Obat penekan libido yang diberikan dokter tahananlah yang membantunya menghapus imajinasi-imajinasi itu.

Obat itu, menurut Maurice, telah mengubah hidupnya dalam penjara. "Semua pikiran buruk yang sudah bersamaku selama 40... 50 tahun, telah pergi," kata Maurice kepada hakim di pengadilan. Dia menyesali, mengapa obat yang demikian mangkus mengekang nafsu para paedofil itu tak diiklankan di televisi dan dijual bebas.

Di sejumlah negara seperti Korea Selatan, Rusia, Polandia, Makedonia, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat, para paedofil pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak wajib menjalani "pengebirian" dengan obat seperti yang dilakukan Maurice. Benarkah obat itu bisa "mengobati" dan "menyembuhkan" paedofil seperti Maurice?

Pada Oktober 2009, Aaron Collis, kini 30 tahun, diputus bersalah dan dihukum penjara hingga waktu tak ditentukan oleh pengadilan di Inggris. Menurut hakim Gareth Hawkesworth, "Sakit yang disebabkan Aaron kepada para korban dan keluarganya tak bisa diukur." Pemuda itu, kata hakim Gareth, hanya boleh dilepas dari penjara setelah dia bisa membuktikan diri tak lagi jadi ancaman bagi masyarakat, terutama anak-anak.

Tindakan pemuda itu memang mengerikan. Ada 18 anak jadi korban kekerasan seksual Aaron, bahkan yang paling muda masih bayi, baru berumur 18 bulan. Menurut hakim Gareth, ada setan dalam kepala Aaron. Di Penjara Parkhurst, Aaron menjalani terapi psikologis untuk mengusir setan itu. Tapi menurut dia, terapi psikologis itu tak ada gunanya. Sia-sia belaka.

"Aku tak belajar apa pun," kata Aaron, kepada Guardian. Para paedofil narapidana lain, menurut dia, hanya berpura-pura menunjukkan ada kemajuan setelah mengikuti berjam-jam terapi—dia menyebutnya kursus Mickey Mouse. "Mereka mengelabui sistem. Tak ada satu pun dari mereka yang jujur." Aaron yakin hanya obat penurun syahwat yang bisa membuat pikirannya tetap waras.

Sejak 2009, beberapa penjara di Inggris yang khusus menampung pelaku-pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak—sebagian besar pelaku ini memang paedofil—memulai uji coba "kebiri" dengan obat. Uji coba pertama dilakukan di Penjara Whatton, Nottinghamshire. Dari 800-an tahanan, sekitar 70 persen di antaranya mengaku sebagai paedofil.

Hingga 2015, sudah ada 92 paedofil di Penjara Whatton yang sukarela ikut program "kebiri" kimiawi ini. Secara teratur, mereka mengkonsumsi obat leuprolelin yang berfungsi menekan produksi hormon testosteron, hormon utama dalam urusan syahwat. Butuh waktu untuk membuktikan apakah terapi obat ini bisa mencegah kumatnya paedofili. Menurut Karen Thorne, psikolog di Whatton, beberapa paedofil mengaku kehilangan nafsu seksual sama sekali.

Lynn Saunders, pengelola Penjara Whatton, mengatakan, mereka paham kekhawatiran masyarakat terhadap para paedofil ini. "Sebagian besar dari mereka akan keluar dari penjara dan mungkin akan tinggal di samping rumahmu atau rumahku.... Kami berusaha membuat orang-orang ini tak mengulangi perbuatannya," kata Lynn.

Di antara para dokter dan psikolog, paedofili ini masih jadi silang pendapat. "Paedofil memang terlahir dengan paedofili," kata James Cantor, profesor psikologi dari Universitas Toronto, Kanada. Ada kelainan dalam otak mereka yang membuat selera seksual mereka tak pernah matang. Walhasil, paedofili, menurut Profesor Cantor, hanya bisa ditekan dan dikontrol, tak bisa disembuhkan. Sampai hari ini tak ada bukti memadai bahwa paedofil bisa sepenuhnya sembuh.

Pemerintah Jerman bersama Volkswagen Foundation punya pendekatan lain untuk menangani para paedofil. Di negara lain, terapi hanya diberikan kepada mereka yang sudah diputus bersalah oleh pengadilan. Di Jerman, target utama Proyek Dunkelfeld adalah mereka yang sadar sebagai seorang paedofil, tapi tak pernah berurusan dengan hukum.

Slogan proyek ini adalah, "Kalian tak bersalah lantaran hasrat seksual kalian, tapi karena perilaku seksual kalian". Max misalnya, dia sadar betul seorang paedofil, tapi belum pernah sampai "menyentuh" anak-anak. Max sukarela bergabung dengan Proyek Dunkelfeld untuk mengendalikan "setan" paedofil di kepalanya.

Semua peserta terapi paedofili di Proyek Dunkelfeld dirahasiakan namanya. Manajemen proyek menjamin bahwa mereka tak akan menyeret peserta terapi ke polisi. Kini ada belasan pusat terapi paedofili di Jerman yang dikelola Proyek Dunkelfeld.

"Mereka ada yang pendek, gemuk, dan tinggi, dari umur 20 tahun hingga 60 tahun. Ada yang bekerja sebagai bankir, pengangguran, aktor, sampai pengurus gereja," kata Max, bukan nama sebenarnya, menjelaskan para peserta terapi kepada Guardian.

Max mengaku tak pernah "menyentuh" gadis kecil, tapi garis merah itu setiap saat bisa terlewati. Tiga kali dia pernah hampir melewati "garis merah" itu. Dia bisa bertahan lantaran pelbagai situasi. Untuk membantunya mengendalikan "setan paedofili", setiap pekan dia ikut sesi terapi di Proyek Dunkelfeld selama tiga jam. "Kadang resep bertahan itu sangat sederhana. Misalnya memaksa diri menghitung mundur dari angka 100," kata Max.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :