Skandal Seks Pejabat dan Si Burung Bertahi Lalat
KASUS-kasus menyangkut seks yang melibatkan pejabat pemerintahan memang selalu menarik untuk disimak. Bahkan, dalam hal menarik perhatian orang, tak jarang ia bisa mengalahkan kasus-kasus lainnya yang lebih besar, macam korupsi, suap, atau penyalahgunaan wewenang.
Berbagai bentuk reaksi pun hadir. Ada yang geram sambil menyumpahi, ada yang merasa miris dan sedih, dan ada pula yang merasa geli dan terhibur.
Saya termasuk kategori yang disebut terakhir. Entah mengapa, tiap kali mendengar, menonton, atau membaca kabar-kabar perihal skandal seks yang melibatkan pejabat (entah itu perselingkuhan atau perlakuan tak senonoh lain), saya selalu merasa geli. Tidak jarang saya tertawa ngakak.
Namun memang, sepanjang riwayat saya menyikapi kabar-kabar model begini, belum pernah saya merasakan geli yang luar biasa seperti yang saya alami pertengahan pekan lalu. Begitu gelinya, hingga tiap kali teringat padanya, saya masih saja tertawa-tawa.
Begitulah, awalnya adalah ketidaksengajaan. Saya berangkat dari rumah menuju Gedung DPRD Medan dengan keadaan yang boleh dibilang agak kurang bergairah. Selain kesehatan yang terganggu, cuaca juga menggoda untuk bermalas-malasan. Tapi bagaimana pun tugas harus tetap dijalankan.
Setiba di Gedung DPRD Medan, ketidakbergairahan yang saya rasakan seketika lenyap saat mata saya terperogok pada judul headline satu koran lokal. Bagi saya, judul ini sungguh nyeleneh dan extraordinary: "Siapakah di Antara Tiga Pria Ini Pemilik Burung Bertahi Lalat?"
Di bawah judul yang ditulis dengan huruf kapital dan warna mencolok itu, terpampang tiga potret wajah yang tak asing bagi warga Kota Medan. Mereka adalah mantan-mantan Wali Kota Medan. Secara konkret, mereka tiga Wali Kota terakhir.
Penasaran karena judul nyeleneh dan potret wajah yang sangat familiar, saya membaca beritanya dan kian terkejut, sekaligus makin tergelitik. Berita ini hanya menyodorkan satu narasumber, yakni SN, yang mengaku sebagai istri simpanan dari salah seorang di antara ketiga lelaki tadi. SN menyebut dirinya telah mengandung anak lelaki itu dan sekarang ditelantarkan.
Pula dipaparkan, bahwa karena penelantaran yang dialaminya, dan tidak adanya itikad baik dari lelaki yang telah menghamilinya, maka SN membuat pengaduan ke Mabes Polri.
Demikianlah menurut berita itu, yang benar atau tidaknya, saya tidak tahu dan memang tiada sedikit pun minat untuk mencari tahu karena -apa boleh buat- sudah terlanjur jatuh ke dalam rasa geli yang luar biasa. Sepanjang hari itu, tiap kali mengingatnya (dan celakanya terus saja teringat-ingat), saya jadi tertawa-tawa sendiri. Terlebih-lebih, setibanya di kantor sore harinya, iseng saya mengetik "Burung Bertahi Lalat" di google, dan muncullah berita yang sama.
Saya geli bukan karena tak percaya dengan berita itu. Bukan pula menganggap remeh koran yang menerbitkannya. Tidak sama sekali. Saya geli karena menilai betapa menggelikannya berita itu sebagai sebuah berita.
Tapi rupa-rupanya saya yang ketinggalan kereta. Sebab di lingkungan Balai Kota Medan dan Kantor DPRD Kota Medan, isu "Si Burung Bertahi Lalat" ini, ternyata, sudah lama beredar. Nyaris seluruh staf pegawai yang saya temui mengatakan sudah mengetahuinya.
"Kalau mau telusuri, ke Mabes Polri sanalah," ujar seorang kawan di Balai Kota Medan.
Apa yang harus saya lakukan? Saya bingung. Sekalipun saya berhasil bertemu dengan perempuan berinisial SN itu dan mewawancarainya, dan darinya mendapatkan jawaban siapa orangnya di antara ketiga lelaki itu yang punya burung bertahi lalat, apa yang harus saya lakukan?
Bahkan sekalipun perempuan itu punya foto burung sebagai bukti sahih dan menunjukkan atau memberikannya kepada saya, apakah itu berguna? Karena pada akhirnya, bagaimanapun, saya harus mengonfirmasi langsung kepada yang bersangkutan, yang tertuduh, apakah benar dia punya burung bertahi lalat.
Akhirnya saya menyerah. Saya yakin saya tidak bisa. Iya, sekadar membayangkannya pun saya jadi malu sendiri. Bagaimana mungkin saya bertanya pada yang bersangkutan, "Pak, apa benar burung bapak bertahi lalat?"
Hahahaha....
Rahasia Terlarang Pencarian Penis Bertotol Tahi
cara
,
investigasi
,
modus operandi
,
politik
,
reportase
,
seks
,
sex
,
telisik
,
telusur
,
tips
Edit
0 komentar :
Post a Comment