Misteri Dunia Perdagangan Manusia Lintas Negara

Wanita Ini Mengaku Diperkosa 43.200 Kali


MEXICO CITY — Karla Jacinto mengaku diperkosa sebanyak 43.200 kali oleh pria hidung belang. Wanita berusia 23 tahun ini adalah salah satu korban perdagangan manusia lintas negara di Meksiko.

Kepada CNN, Karla mengaku diperkosa 30 pria hidung belang setiap hari selama empat tahun. Hitungan tersebut, jika dirata-ratakan, dia memperkirakan diperkosa sebanyak 43.200 kali.

Karla mengatakan, sejak kecil, dia disiksa dan seperti tak diterima sebagai anak oleh sang ibu. Dia juga mengalami pelecehan seksual sejak usia lima tahun.

"Saya berasal dari keluarga berantakan. Saya mengalami pelecehan seksual dan dianiaya dari umur lima tahun oleh seorang kerabat," kata dia.

Pada usia 12 tahun, Karla menjadi sasaran pelaku perdagangan manusia yang merayunya dengan kata-kata manis.

Dia tertipu oleh seorang pria yang berpura-pura sebagai orang yang baik. Pria itu mengajak jalan-jalan hingga akhirnya Karla jatuh hati. Namun, setelah itu, dia dipaksa menjadi pelacur.

Mirisnya, akibat kerap diperkosa, Karla hamil pada usia 15 tahun. Dia pun melahirkan bayi tanpa ayah yang jelas.

Bayi tersebut menjadi "sandera" oleh sang germo. Karla dipaksa untuk terus menjadi pelacur dengan ancaman bayinya akan dilukai atau bahkan dibunuh jika permintaan itu tak dipenuhi.

Karla yang kini berusia 23 tahun akhirnya diselamatkan oleh operasi anti-perdagangan manusia pada 2006 di Mexico City.

Bisnis lumrah

Kisah Karla menyoroti realitas brutal perdagangan manusia di Meksiko dan Amerika Serikat, sebuah dunia gelap yang telah menghancurkan kehidupan puluhan ribu perempuan Meksiko seperti Karla.

Perdagangan manusia menjadi bisnis yang begitu menguntungkan dan lumrah sehingga tidak ada batas wilayah dan tidak mengenal batas.

Bisnis ini beroperasi di antara kota-kota di Meksiko tengah dengan kota seperti Atlanta dan New York, Amerika Serikat.

Pejabat Meksiko dan Amerika Serikat menunjuk pada sebuah kota di Meksiko tengah yang bertahun-tahun menjadi pusat jaringan perdagangan manusia dan sebuah tempat para korban dipaksa menjadi pelacur. Kota dimaksud adalah Tenacingo.

Susan Coppedge, Duta Besar Departemen Luar Negeri AS dalam Bidang Pemberantasan Perdagangan Manusia, mengatakan, meskipun memiliki populasi sekitar 13.000, Tenacingo mempunyai reputasi besar dalam hal prostitusi dan mucikari.

"Itulah yang terjadi di kota itu. Itu industri mereka," kata Coppedge.

Menurut dia, gadis-gadis di pedesaan Meksiko sungguh masih lugu. Mereka tidak tahu tentang kehidupan jahat sebagian masyarakatnya. Mereka tidak curiga kepada orang-orang yang terlihat baik, padahal sebenarnya menjebak.

Jadi Korban Trafficking, Karla Dipaksa Layani 43.200 Pria

MEXICO CITY – Hidup bersama keluarga yang berantakan sejak usia dini, masa depan Karla Jacinto pun ikut rusak. Betapa tidak, wanita cantik berusia 23 tahun asal Meksiko itu, sempat jadi korban human trafficking atau perdagangan manusia selama empat tahun!

Hidup Karla baru membaik setelah bisa lepas dari cengkeraman pelaku trafficking pada 2008 lalu dan gadis yang dijadikan pelacur sejak usia 12 tahun itu, buka suara tentang pengalamannya.

Karla memulai pengakuannya di mana sejak usia lima tahun, dirinya sudah jadi obyek pelecehan seksual dari keluarganya sendiri.

“Saya hidup dalam keluarga yang berantakan. Saya sudah dilecehkan secara seksual sejak usia lima tahun oleh seorang anggota keluarga,” aku Karla, seperti disitat DailyMail.

Awal Karla bisa jadi korban trafficking, tak lepas dari perkenalannya dengan seorang pria berusia 22 tahun. Ketika Karla tengah menunggu seorang teman di sebuah stasiun kereta bawa tanah di Mexico City, Karla terjebak rayuan maut pemuda tersebut.

Karla diajak berkendara dengan mobil mewah dan sempat diajak tinggal bersama selama tiga bulan. Di situlah Karla terjebak mucikari yang biasa menjajakan para pelaku prostitusi di Guadalajara.

“Saat saya melihat mobilnya, saya tak bisa mempercayainya. Saya sangat terkesan dengan besarnya mobil tersebut. Dia mengajak saya jalan-jalan ke sejumlah tempat. Saya juga diajaknya tinggal bersama selama tiga bulan,” tambahnya.

“Selama tinggal bersama, dia memperlakukan saya dengan baik. Dia mencintai saya, memberikan saya pakaian, sepatu, bunga, cokelat, memberi perhatian dan semuanya sangat indah,” lanjut Karla.

Ketika Karla yang masih polos ketika itu dikenalkan dengan sejumlah mucikari, dari situ Karla diajarkan bagaimana cara melayani pria dari “A sampai Z”.

“Beberapa hari kemudian dia mengajarkan saya apa saja yang harus saya lakukan. Posisi (berhubungan intim), berapa banyak uang yang harus saya minta, bagaimana melayani mereka dan bagaimana bernegosiasi agar bisa mendapat lebih banyak uang,” sambungnya.

Sejak itulah Karla terperangkap dunia gelap prostitusi. Karla bahkan dipaksa melayani, setidaknya 30 pria hidung belang dalam sehari. Karla tak pernah diberi satu hari pun untuk “libur” melayani klien. Selama empat tahun Karla dijadikan pemuas birahi dengan kisaran total 43.200 pria yang dilayaninya.

“Saya mulai (melayani pria) pukul 10 pagi hingga tengah malam. Kami berada di Guadalajara selama sepekan. Beberapa dari mereka menertawakan saya karena saya menangis. Saya harus memejamkan mata agar tak melihat apa yang mereka lakukan pada saya, agar saya juga tak merasakan apapun,” imbuh Karla.

Karla juga mengaku pernah dianiaya oleh mucikarinya, lantaran salah satu kliennya memberinya “cupangan” di salah satu bagian tubuhnya.

“Dia (mucikari) menyakiti saya dengan rantai ke sekujur tubuh. Dia memukul saya dengan kepalannya, menendang saya, menjambak, meludahi wajah saya dan pada satu hari, dia juga pernah menyeterika tubuh saya. Saya bilang ingin pergi dan dia menuduh saya jatuh cinta pada seorang pelanggan,” tuturnya lagi.

Harapannya ditolong pihak aparat justru berakhir getir. Pada suatu ketika, sekira 30 polisi menggeruduk tempat Karla dan beberapa pelacur lain melayani pelanggan. Puluhan polisi itu mengusir para pelangan, tapi tidak untuk menyelamatkan Karla.

Mereka malah meminta para pelacur, termasuk Karla, untuk direkam video dengan pose-pose syur. Rekaman video itu dijadikan ancaman untuk disebarkan ke keluarga mereka, jika tak menurut kemauan para polisi itu.

“Saya pikir kelakuan mereka (polisi) menjijikkan. Padahal mereka tahun bahwa kami anak di bawah umur. Bahkan ada gadis yang baru berusia 10 tahun dan mereka semua menangis. Mereka berteriak pada polisi bahwa mereka anak di bawah umur, tapi tak ada yang peduli,” ungkap Karla.

Karla pribadi ketika masih dijadikan pelacur, sempat hamil dan melahirkan seorang putri saat dia berusia 15 tahun. Tapi anak yang dilahirkannya langsung dibawa mucikari entah ke mana. Baru setahun kemudian dia dipertemukan lagi dengan putrinya.

Pada 2008, barulah Karla bisa terbebas dari cengkeraman sang mucikari oleh tim anti-trafficking. Kini Karla sudah jadi seorang advokat yang anti-trafficking, untuk menceritakan pengalaman pahitnya.

Awal tahun, Karla juga sempat membeberkan kisah pilunya itu, langsung pada Paus Fransiskus di Vatikan dan Kongres Amerika Serikat pada Mei silam.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :