Rahasia Terlarang Testis Dehidrasi

Kenali Hipogonadisme, Kondisi yang Bikin Pria Kekurangan Testosteron

Jakarta, Hipogonadisme menjadi salah satu kondisi yang berpengaruh pada kadar testosteron pria. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan hipogonadisme?

"Hipogonadisme adalah kondisi di mana pria-pria mengalami kumpulan keluhan karena testis tidak bisa memproduksi testosteron cukup dan bisa menyebabkan masalah pada spermatozoa," tutur dr Nugroho Setiawan, MS, SpAnd.

Diungkapkan dr Nugroho, testosteron diproduksi di testis sebanyak 95 persen. Sedangkan pada ginjal, testosteron hanya diproduksi sebanyak 5 persen. Hal tersebut disampaikan dr Nugroho di sela-sela Bayer Media Edukasi 'Bahaya Hipogonadisme bagi Kesehatan Pria' di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta.

Jenis hipogonadisme yakni primer dan sekunder. Seperti diketahui, pada tubuh normalnya kelenjar hipotalamus memerintahkan testis untuk memproduksi testosteron. Namun, pada hipogonadisme primer, yang terjadi yakni testis atau 'pabrik' testostosteron tidak bisa memproduksi testosteron, meskipun sudah ada perintah dari hipotalamus.

Untuk mengatasinya, maka diperlukan pemberian testosteron dari luar karena memang 'pabrik'nya rusak. Nah, penyebab testis yang rusak bisa karena genetik alias kelainan bawaan atau pernah terjadi trauma pada testisnya seperti infeksi. Sedangan, hipogonadisme sekunder terjadi karena tidak ada perintah dari hipotalamus.

"Penyebabnya karena gaya hidup. Misalnya gaya hidupnya nggak bagus, sering stres, atau over training. Untuk mengatasinya ya dibetulkan penyebabnya apa, diperbaiki karena kalau tidak akan selalu turun kadar testosteronnya," lanjut dr Nugroho.

Berdasarkan Hypogonasidm in Males (HIM) study terhadap 2.165 pria, prevalensi hipogonadisme paling tinggi terjadi pada pria usia 85 tahun ke atas. Untuk mencegah hipogonadisme sekunder yang dipengaruhi gaya hidup, dr Nugroho menyarankan hindari stres berlebih, atur pola makan, serta olahraga teratur sesuai dengan umur.

Gejala Hipogonadisme: Gairah Seks Pria Menurun Hingga Cepat Lelah

Jakarta, Hipogonadisme atau kondisi saat pria kekurangan testosteron bisa menimbulkan beberapa gejala, baik yang berkaitan dengan fungsi seksual si pria ataupun perubahan fisik lainnya.

dr Nugroho Setiawan SpAnd dari RSUP Fatmawati mengatakan, hipogonadisme ditandai dengan penurunan libido atau dorongan seksual. Misalnya saja frekuensi bercinta yang menurun. Kemudian pria mengalami disfungsi ereksi.

"Disfungsi ereksi yakni pria tidak bisa mengadakan dan mempertahankan ereksi yang keras untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan. Nah, fekuensi ereksi yang menurun pastinya akan memengaruhi kemampuan ereksi," kata dr Nugroho Bayer Media Edukasi 'Bahaya Hipogonadisme bagi Kesehatan Pria' di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta.

Gejala lain yang muncul yaitu penurunan massa otot, penurunan bone mineral density sehingga risiko patah tulang meningkat, kemudian pria menjadi sulit konsentrasi dan cepat lelah. Tak hanya itu, hipogonadisme juga ditandai dengan daya tahan tubuh yang menurun.

Gejala lainnya yakni peningkatan massa lemak terutama di area perut sehingga menyebabkan obesitas sentral. Lalu, gangguan mood dan depresi. Pada anak-anak, hipogonadisme bisa ditandai dengan gejala mikropenis. dr Nugroho mengingatkan tanda fisik hipogonadisme sering tidak kelihatan tapi mungkin bisa berupa kondisi yang lain.

"Di antaranya massa otot kurang, ginekomastia yaitu pembesaran payudara, rambut rontok termasuk pada bagian tubuh lain, obesitas, testis normal tapi kadang kecil. Sehingga, disebut pula hipogonadisme memiliki silent symptom seperti pada hipertensi atau diabetes," tutur dr Nugroho.

Ia mengingatkan secara alami testosteron akan menurun seiring bertambahnya usia. Penyakit penyerta ditambah gaya hidup yang tidak baik juga bisa memicu kekurangan testosteron. dr Nugroho menambahkan, efek metabolik juga bisa terjadi akibat kekurangan testosteron yakni kadar lemak meningkat sehingga kolesterol HDL turun dan kolesterol LDL naik. Akibatnya, akan ada risiko gangguan pembuluh darah. Juga gangguan metabolisme gula yang berakibat pada diabetes tipe 2, peningkatan risiko osteoporosis, dan penurunan volume sel darah merah hingga kadar hemoglobin turun.

"Untuk mengatasinya, kita cari sebabnya apa, baru diatasi. Kalau memang testosteronnya kurang, kita tambahkan dari luar dengan terapi sulih testosteron melalui injeksi testosteron intramuskular. Ini dengan evaluasi supaya masuk dosis normal fisiologi," kata dr Nugroho.

Ingat, Kekurangan Testosteron Tak Cuma Pengaruhi Fungsi Seksual Pria

Jakarta, Ketika berbicara kadar testosteron pada pria, hal yang terbesit di benak kebanyakan orang adalah testosteron amat berpengaruh pada fungsi seksual pria. Memang benar, tetapi ada manfaat lain testosteron bagi tubuh.

"Testosteron cuma buat hubungan seks? Nggak. Kadar testosteron memengaruhi tubuh pria dari ujung kaki ke otak," kata dr Nugroho Setiawan, MS, SpAnd dari RSUP Fatmawati di sela-sela Bayer Media Edukasi 'Bahaya Hipogonadisme bagi Kesehatan Pria' di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta.

Memang, dikatakan dr Nugroho, testosteron yang kurang akan membuat libido menurun dan suasana hati alias mood menjadi jelek. Selain itu, kurangnya hormon testosteron juga bisa membuat kulit kering dan rambut botak.

"Botak memang sebabnya macam-macam, bisa karena testosteron kebanyakan atau malah kurang. Kalau pria muda rambut banyak nih di awal, eh sepuluh tahun lagi kok botak, itu bisa saja karena hipogonadisme," kata dr Nugroho.

Pembentukan organ seks juga bisa terganggu akibat kurangnya testosteron. Kemudian, risiko tulang keropos pun lebih tinggi ketika kadar testosteron kurang. Sebab, ketika tubuh cukup kalsium tapi tak memiliki testosteron cukup, penyerapan kalsium untuk menguatkan tulang menjadi tidak optimal. Selain itu, massa otot pun bisa berkurang karena kurangnya testosteron.

Ketika pria mengalami defisiensi testosteron terus-terusan, ia menjadi lelah, risiko alzheimer bertambah, merasa depresi, jaringan lemak meningkat, gairah bercinta rendah, risiko disfungsi ereksi dan osteoporosis pun bertambah. Sebaliknya, jika pria memiliki testosteron yang cukup, ia bisa merasa tubuhnya nyaman, percaya diri, pikirannya lebih tajam kemudian terjadi peningkatan massa otot. Selain itu, mereka lebih berenergi dan memiliki tulang yang kuat serta mempunyai ereksi dan libido yang sehat.

"Di masa kehamilan, testosteron yang menetukan pria atau wanita, jika kekurangan testosteron, saat kecil organ genitalianya tidak terbentuk sempurna. Testisnya tidak terlalu molor dan keriput padahal seharusnya agak molor sehingga suhunya 4 derajat lebih rendah dari suhu tubuh. Lalu, testis tidak berkerut padahal harusnya berkerut supaya lebih cepat melepaskan panas sehingga proses produksi sperma optimal," pungkas dr Nugroho.

Pertanyaan Ini Bisa Tunjukkan Apakah Anda Kekurangan Testosteron atau Tidak
Jakarta, Hipogonadisme alias kurangnya testosteron pada pria bisa berdampak pada fungsi seksual dan kebugaran tubuh pria. Memang, untuk mengetahui kadar testosteron pada pria bisa dilakukan sebuah tes. Namun, patut diingat bahwa kadar testosteron pria tidak menetap.

"Pada pagi hari, kadar testosteron pria paling tinggi sehingga terjadilah ereksi pagi hari. Makanya, kalau mau tes kadar testosteron, sebelum jam 11 siang," kata dr Nugroho Setiawan MS, SpAnd di Bayer Media Edukasi 'Bahaya Hipogonadisme bagi Kesehatan Pria' di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta.

Ketika memasuki pukul 12.00, 14.00, dan 16.00, kadar testosteron pria sudah pasti rendah. Untuk melakukan tes ini pun tidak ada aturan harus puasa terlebih dulu. Meskipun gejala fisik hipogonadisme tak spesifik, tapi ada 'ADAM Test' yang berisi sepuluh pertanyaan dan bisa menunjukkan kemungkinan tersebut, yaitu:

1. Apakah libido atau dorongan seksual Anda menurun akhir-akhir ini?
2. Apakah Anda merasa lemas dan kurang bertenaga?
3. Apakah daya tahan dan kekuatan fisik Anda menurun?
4. Apakah tinggi badan Anda berkurang?
5. Apakah Anda merasa kenikmatan hidup menurun?
6. Apakah Anda merasa kesal dan cepat marah?
7. Apakah ereksi Anda kurang kuat?
8. Apakah Anda merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga?
9. Apakah Anda sering mengantuk dan tertidur setelah makan malam?
10. Apakah Anda merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja?

"Kalau jawaban nomor satu dan tujuh ya, atau tiga pertanyaan selain nomor tersebut jawabannya ya, kemungkinan besar kadar testosteron Anda menurun dan mengalami hipogonadisme," tutur dr Nugroho.

Untuk itu, amat penting jika pria mengalami kondisi tersebut, segeralah berkonsultasi ke dokter. Sebab, dr Nugroho menyatakan karena tak bergejala maka sering sekali pria tidak 'ngeh' dirinya mengalami penurunan kadar testosteron.

Tips Bicarakan Masalah Disfungsi Ereksi Tanpa Menyakiti Perasaan Pasangan

Jakarta, Semua pria pasti merasa minder dan kecewa ketika mereka mengalami disfungsi seksual. Tapi, patut diingat bahwa keterbukaan dengan pasangan penting agar masalah seksuals eperti disfungsi ereksi bisa diatasi.

Psikolog klinis dewasa Tara de Thouars, BA, MPsi memberikan saran jika Anda ingin membicarakan disfungsi ereksi tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan pasangan. Jika istri yang ingin membicarakan disfungsi ereksi sang suami, Tara menyarankan carilah waktu tepat untuk membicarakannya.

Misalnya saja ketika suami sedang santai dan jangan justru saat ia baru pulang bekerja. Kondisi lelah dan pikiran yang penat bukan tak mungkin justru bisa menyulut pertengkaran. Jangan pula bicarakan hal ini ketika Anda sedang bercinta alias saat itu juga di tempat tidur.

Kemudian, istri jangan terkesan menjatuhkan suami. Sebab, menurut Tara patut dimengerti bahwa disfungsi ereksi yang dialami pria memang bisa membuat pria malu untuk mengakuinya. Kesan menjatuhkan suami bisa muncul ketika istri langsung menuduh suami mengalami disfungsi ereksi dan hal lainnya.

"Misalnya istri menuduh duluan 'kamu selingkuh ya!', 'kamu nggak bisa ereksi ya'. Jangan begitu, lebih baik mulai dengan kata-kata seperti 'kamu mulai nggak mulai terangsang ya sama aku'. Mulai dari kata aku, jangan diucapkan di tempat tidur alias saat itu juga saat sedang atau selesai bercinta," terang Tara.

Hal itu ia ungkapkan usai Bayer Media Edukasi 'Bahaya Hipogonadisme bagi Kesehatan Pria' di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta. Tak hanya istri, masalah disfungsi ereksi juga bisa mulai dibicarakan oleh suami. Tara mengingatkan bahwa hal yang harus dipahami pria yakni setiap pria pernah mengalami hal tersebut dan disfungsi ereksi sudah tidak tabu untuk dibahas.

Sehingga, jangan pikir bahwa ketika mengalami disfungsi ereksi maka pria sudah tidak berharga lagi. Sebaiknya, pria sadar justri jika problem itu tak segera dibicarakan, maka efek jangka panjangnya akan lebih berbahaya.

"Pria harus tahu apa efek jangka panjangnya ketika disfungsi ereksi didiamkan saja dan tidak ditangani. Intinya mereka harus bisa berpikiran positif bahwa disfungsi ereksi bisa dibahas dan bisa dicarikan solusinya," kata Tara.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :