Rahasia Terlarang Booking Model dan Mahasiswi !!!

Bisnis prostitusi lewat grup BBM dengan 40 ABG dibongkar

Koleksi 40 anak baru gede (ABG) berusia antara 15 sampai 17 tahun di jejaring sosial Facebook (FB), dua perempuan tanggung diamankan Unit III Asusila, Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Jawa Timur. Sebab, dua perempuan itu, memperdagangkan ke 40 ABG tersebut ke lelaki hidung belang melalui akun Forum Jejaring Sosial Wanita Penghibur.

Dua perempuan yang diamankan itu berinisial Nanda Fiolet alias Mami Vhea (22), janda berdomisili di Jalan Kedungrukem, Surabaya dan AT alias Alif (17), ibu satu anak yang tinggal di Jalan Simomulyo Surabaya dan Jalan Batu Safir Merah, Driyorejo, Gresik.

Menurut Kasubdit Penmas Bidhumas Polda Jawa Timur, AKBP Bambang Tjahyo Bawono, tak hanya memperdagangkan gadis di bawah umur melalui FB, tapi kedua tersangka juga memasarkan anak buahnya yang rata-rata masih duduk di bangku SMA melalui Kaskus dan Grup BlackBerry Messenger.

"Dua tersangka ini merupakan germo. Mereka punya kelompok dan anak buah masing-masing. Mereka bukan satu jaringan, tapi modusnya sama," ungkap Bambang di Mapolda Jawa Timur, Rabu (25/6).

Bambang melanjutkan, terungkapnya kasus perdagangan anak di bawah umur ini bermula dari informasi masyarakat. "Awalnya, kita memperoleh informasi kalau tersangka Vhea, menyediakan wanita untuk dilacurkan di salah satu hotel yang ada di Surabaya. Kemudian kami melakukan penyidikan dan berhasil mengamankan tersangka yang tengah melakukan transaksi dengan pelanggannya pada 10 Juni lalu," papar dia.

Sehari setelahnya, yaitu pada 11 Juni, petugas Unit Asusila kembali menangkap satu tersangka lagi, yaitu Alif. Ibu satu anak ini juga berprofesi sama dengan Mami Vhea. "Penangkapan ini juga bermula dari penggerebekan terhadap anak buahnya yang sedang melayani tamu di sebuah hotal di Surabaya," sambung Bambang.

Modus operandi kedua tersangka juga hampir sama, lanjut Bambang, yaitu dengan membuat akun jejaring sosial bernama CNF. Kemudian lelaki hidung belang yang menjadi teman, yang juga pernah mem-booking tersangka, diajak masuk ke dalam Grup FB tersangka dengan nama Forum Jejaring Sosial Wanita Penghibur.

"Sedangkan bagi mereka, lelaki hidung belang yang tertarik dengan ajakan tersangka, terlebih dulu menginvite PIN BB tersangka AT. Begitu nomor PIN BB pelanggan (yang mem-booking) diterima, selanjutnya tersangka mengundangnya ke Grup BBM yang berisi foto ABG koleksi tersangka," ungkap Bambang.

Selanjutnya, dari penangkapan germo berusia belia ini, polisi juga mengamankan barang bukti berupa, dua unit BB yang biasa dipakai bertransaksi oleh tersangka, uang Rp 5,3 juta dari hasil setoran anak buah tersangka, sejumlah bill hotel, ijazah, KTP, KK dari tersangka dan korban, serta sejumlah foto-foto bergambar anak buah tersangka yang selama ini mereka lacurkan. 


Model dan Mahasiswi Dijual lewat Internet Bertarif Rp 750.000-Rp 3 Juta

SURABAYA — Kasus perdagangan manusia kembali terungkap di Surabaya. Dua germo belia ditangkap karena menjual gadis-gadis di bawah umur melalui jejaring sosial, Blackberry, Facebook, dan Kaskus.

Perdagangan perempuan ini lebih parah dibanding kasus dengan tersangka Keiko yang terbongkar beberapa waktu lalu sebab yang dilacurkan oleh dua germo ini kebanyakan adalah model, siswi SMU, dan mahasiswi di Surabaya.

Dua germo tersebut adalah Nanda Fiolet alias Mami Vhea (22), warga Kedungrukem, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Surabaya, yang juga punya rumah di Jalan Dharmawangsa, Surabaya.

AT alias Alif (17), ibu satu anak asal Simomulyo Baru, Sukomanunggal, Surabaya, yang juga beralamat di Jalan Batu Safir Merah, Driyorejo, Gresik.

"Dua tersangka ini merupakan germo. Mereka punya kelompok dan anak buah masing-masing. Mereka bukan satu jaringan, tapi modusnya sama," ungkap Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Jatim AKBP Bambang Tjahyo Bawono, Rabu (25/6/2014).

Mami Vhea ditangkap pada 10 Juni lalu. Penangkapan itu bermula dari penggerebekan di sebuah hotel di Surabaya terhadap anak buah Vhea yang sedang melayani tamunya.

Dari penggerebekan itu, muncul nama Vhea. Petugas dari Unit Asusila Subdit Renakta (remaja anak dan wanita) Ditreskrimum Polda Jatim pun langsung menangkap germo belia tersebut.

Sehari setelahnya, 11 Juni, petugas Unit Asusila giliran menangkap Alif. Ibu satu anak ini juga berprofesi sama dengan Mami Vhea.

"Penangkapan ini juga bermula dari penggerebekan terhadap anak buahnya yang sedang melayani tamu di sebuah hotel di Surabaya," sambung Bambang.

Dari tangan dua germo ini, polisi menyita sejumlah barang bukti di antaranya dua BlackBerry yang biasa dipakai bertransaksi dan uang hasil setoran dari anak buah mereka sebanyak Rp 5,3 juta.

Selain itu, sejumlah bill hotel, ijazah, KTP, KK dari tersangka dan korban, serta sejumlah foto-foto bergambar anak buah mereka atau gadis-gadis yang selama ini mereka lacurkan.

Akibat perbuatannya, dua germo ini dijerat Pasal 2 jucnto Pasal 17 UU Nomor 21 tahun 2007 dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara dan denda Rp 600 juta.

Karena pidana terhadap anak, ancaman hukuman ditambah sepertiga dari vonis.

"Selain itu, tersangka juga dijerat Pasal 296 KUHP dengan ancaman penjara 1,4 tahun; dan Pasal 506 KUHP dengan ancaman satu tahun penjara," tandasnya.

Jaringan pelacuran foto model bertarif Rp 15 juta terungkap

Unit III Asusila, Subdit IV Ranata, Ditreskrimum Polda Jawa Timur kembali membekuk seorang mucikari spesialis model asal Jakarta bersama seorang anak buahnya di Surabaya, Kamis malam (26/6).

Sayangnya, usai membekuk seorang mucikari ini, pihak Polda Jawa Timur masih belum memberikan keterangan resminya.

"Mohon sabar, karena kita masih kembangkan hasil tangkapan kita ini," dalih Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Awi Setiyono saat dikonfirmasi.

Informasinya, penangkapan seorang mucikari asal Jakarta ini, adalah jaringan prostitusi yang beroperasi di Surabaya. Dia merupakan mucikari spesialis foto model. Dan berdasarkan informasi yang diterima merdeka.com di lingkungan Polda Jawa Timur, tersangka membanderol anak buahnya, Rp 15-25 juta.

Sementara dari pantauan di lapangan, anggota Unit III Asusila Subdit Renata tampak tiba di ruangan Ditreskrimum Polda Jawa Timur sekitar pukul 21.15 WIB, bersama pelaku untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sebelumnya, Unit III Asusila, pada Rabu kemarin, juga berhasil membekuk dua mucikari belia, yang modus operandinya melalui jejaring sosial dan Grup BBM.

Dua tersangka itu adalah, Nanda Fiolet alias Mami Vhea (22), warga Kedungrukem, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, yang juga beralamat di Jalan Dharmawangsa, Surabaya dan AT alias Alif (17), ibu satu anak warga Simomulyo Baru, Sukomanunggal, Surabaya yang juga beralamat di Jalan Batu Safir Merah, Driyorejo, Gresik.

Saat ini, kasus kedua mucikari masih dalam penyelidikan pihak Polda Jawa Timur. Menurut Kasubdit Renata Ditreskrimum Polda Jawa Timur, AKBP Heru Purnomo, berdasarkan pendataan yang dilakukan pihaknya, diketahui banyak wanita yang berasal dari luar Kota Surabaya.

"Berdasarkan inventarisir itu kita sedang melakukan pengejaran pada jaringan lain dari luar kota yang biasa beroperasi di Surabaya. Salah satunya yang baru kita amankan tadi," kata dia singkat. 

Bisnis Seks via Internet, Model Biasa Dipesan Kalangan Atas

SURABAYA, — Kasus perdagangan manusia kembali terungkap di Surabaya. Dua germo belia ditangkap karena menjual gadis-gadis di bawah umur melalui jejaring sosial, BlackBerry, Facebook, dan Kaskus.

Perdagangan perempuan ini lebih parah dibanding kasus dengan tersangka Keiko yang terbongkar beberapa waktu lalu.

Dalam pemeriksaan, dua germo tersebut mengaku sudah beroperasi selama empat bulan. Namun, polisi menduga bahwa mereka sudah lama menjalankan bisnis haram tersebut. Diperkirakan lebih dari setahun.

"Korban atau gadis-gadis yang dijual oleh dua tersangka ini lebih dari 10 orang. Ada yang pelajar SMU, mahasiswa, model, dan sebagainya," kata AKBP Heru Purnomo, Kasubdit Reknata Ditreskrimum Polda Jatim, Rabu (25/6/2014).

Sejauh ini, lanjut Heru, baru ada lima korban yang menjalani pemeriksaan polisi. Petugas masih berupaya mengungkap jaringan prostitusi terselubung ini.

Bisnis prostitusi ini tergolong kelas atas. Tarifnya pun beragam, paling murah Rp 750.000 sekali pakai. Ada yang sampai Rp 3 juta hanya untuk sekali pesan.

Yang tergolong mahal ini adalah model atau mahasiswi yang juga berprofesi sebagai model. "Korban ada yang masih berusia 15 tahun, ada 17 tahun, 20 tahun, dan sekitarnya. Rata-rata semua masih muda," imbuh Heru Purnomo.

Dalam aksinya, dua germo itu menggaet para wanita atau korban lewat jejaring sosial dengan akun CNF. Kemudian, menarik mereka ke forum jejaring sosial WP (wanita penghibur).

Dari jejaring sosial itu, lantas di-share lewat BlackBerry atau lewat grup BlackBerry dilengkapi dengan foto, PIN BB, dan nomor telepon. Pelanggan yang sudah berada di grup BB tinggal memilih karena foto-foto wanita yang bisa dipesan sudah dipajang di situ.

"Calon tamu harus meng-invite PIN BB germo dulu. Kemudian di-share anak-anak buahnya. Bagi yang sudah pernah mem-booking, tinggal pilih dan pesan saja. Setelah deal harga, uang ditransfer dan pelaku mengirimkan anak buahnya ke tempat yang telah ditentukan," papar AKP Hendry, penyidik Unit Asusila.

Tak hanya itu, tersangka juga menjalankan bisnis haramnya itu lewat situs "Diskusi wisata sensual Kota Surabaya". Di sana, foto beserta PIN BB dan nomor ponsel terpasang.

Model dan Mahasiswi Mau Dijual karena Tergiur "Gadget" dan Hidup Mewah

SURABAYA — Kasus perdagangan manusia kembali terungkap di Surabaya. Dalam pemeriksaan, dua germo dalam kasus tersebut mengaku sudah beroperasi selama empat bulan.

Namun, polisi menduga bahwa mereka sudah lama menjalankan bisnis haram tersebut. Diperkirakan, bisnis itu sudah berlangsung lebih dari setahun.

Bisnis prostitusi ini tergolong kelas atas. Tarifnya pun beragam, paling murah bertarif Rp 750.000. Ada yang sampai Rp 3 juta hanya untuk sekali pesan

Dari tarif yang telah ditentukan, setiap kali ada pria hidung belang yang mem-booking, ada perjanjian bagi hasil antara germo dan si perempuan yang melayani pelanggan.

"(Bagi hasil) 25-75 persen," jawab Mami Vhea di sela menjalani pemeriksaan di Polda Jatim.

Maksudnya pernyataannya itu ialah 25 persen untuk dia selaku germo dan 75 persen untuk si perempuan. Namun, penentuan tarif sepenuhnya menjadi wewenang Mami. Ini disesuaikan dengan kecantikan dan keseksian si perempuan. Semakin laris, semakin mahal.

"Yang paling mahal yang model tersebut," sambungnya sambil menunjuk sebuah foto gadis cantik yang sudah dicetak oleh penyidik.

Dari sekian banyak anak buahnya, beberapa perempuan hampir setiap hari melayani pelanggan. Terkadang, pas akhir pekan biasanya laku keras.

Dua tersangka itu mengaku awalnya hanya iseng. Setelah banyak menghasilkan uang, mereka pun serius menggarap bisnis prostitusi ini.

Dalam merekrut anak buah, mereka mengiming-imingi calon korban dengan gadget, gaya hidup mewah, dan sebagainya. Rayuan itu ternyata manjur, terutama untuk pelajar dan mahasiswa.

Pamit Les Tapi di Luar Layani Pria Hidung Belang

SURABAYA - Dari sekian banyak gadis yang dijual dua germo tersebut, sebagian masih berstatus pelajar SMU.

Mereka inipun harus pintar-pintar membagi waktu kerja dan sekolah.

Rata-rata, pelajar itu punya kewajiban harus pulang ke rumah pada jam 21.00 WIB.

Jadi, mereka hanya bisa melayani bookingan saat siang, sore atau malam. Yang penting tidak lebih dari jam 21.00 WIB.

Beberapa pelajar yang sempat diperiksa petugas bahkan mengaku pernah mengorbankan sekolahnya. Karena ada bookingan, mereka sampai nekat mbolos.

"Atau ada juga yang pamitan les ke orangtuanya saat ada bookingan sore atau agak malam. Yang jelas, semua orangtuanya tidak tahu," sambung Hendry.

Lain dengan mahasiswa atau model. Mereka punya waktu lebih banyak.

Bahkan, sampai bisa tengah malam untuk melayani tamu atau pelanggan yang membokingnya.

Beberapa wanita, biasanya langsung ke hotel untuk menemui dan melayani tamunya. Tapi, ada juga yang biasa diajak nongkrong atau dugem terlebih dulu sebelum masuk ke hotel.

Dalam pemeriksaan, dua germo tersebut mengaku sudah beroperasi selama empat bulan. Namun, polisi menduga bahwa mereka sudah lama menjalankan bisnis haram tersebut. Diperkirakan lebih dari setahun.

Bisnis prostitusi ini tergolong kelas atas. Tarifnya pun beragam, paling murah Rp 750 ribu sekali pakai. Ada yang sampai Rp 3 juta hanya untuk sekali pesan.

Dari tarif yang telah ditentukan, setiap kali ada pria hidung belang yang membooking, ada perjanjian bagi hasil antara germo dan si perempuan yang melayani bookingan.

2 Mucikari muda banderol siswi SMA berprofesi model Rp 300 juta

Nanda Fiolet alias Mami Vhea (22), janda berdomisili di Jalan Kedungrukem, Surabaya dan AT alias Alif (17), ibu satu anak yang tinggal di Jalan Simomulyo Surabaya dan Jalan Batu Safir Merah, Driyorejo, Gresik, ini mengaku baru tiga bulan beroperasi sebagai mucikari. Mereka membanderol anak buahnya Rp 750 ribu-Rp 300 juta untuk sekali main.

"Untuk harga Rp 300 juta, ini ABG yang berprofesi sebagai model atau peragawati, yang masih duduk di bangku SMA," ujar Kasubdit Penmas Bidhumas Polda Jawa Timur, AKBP Bambang Tjahyo Bawono di Surabaya, Rabu (25/6).

Dari pengakuan tersangka, lanjut Bambang, pembagian hasil 75 persen untuk PSK-nya dan 25 persen untuk mucikarinya. Sebanyak 40 anak buah kedua mucikari tersebut berasal dari siswa hingga mahasiswi.

"Baru tiga bulan, tapi sudah memiliki 40 anak buah, yang rata-rata adalah model, siswi SMU dan mahasiswi di Surabaya," kata Bambang.

Sebelumnya, polisi menangkap dua mucikari Nanda Fiolet alias Mami Vhea (22), janda berdomisili di Jalan Kedungrukem, Surabaya dan AT alias Alif (17), ibu satu anak yang tinggal di Jalan Simomulyo Surabaya dan Jalan Batu Safir Merah, Driyorejo, Gresik, yang mengoleksi 40 anak baru gede (ABG) berusia antara 15 sampai 17 tahun di jejaring sosial Facebook (FB). Dua perempuan itu, memperdagangkan ke 40 ABG tersebut ke lelaki hidung belang melalui akun Forum Jejaring Sosial Wanita Penghibur.

Menurut Kasubdit Penmas Bidhumas Polda Jawa Timur, AKBP Bambang Tjahyo Bawono, tak hanya memperdagangkan gadis di bawah umur melalui FB, tapi kedua tersangka juga memasarkan anak buahnya yang rata-rata masih duduk di bangku SMA melalui Kaskus dan Grup BlackBerry Messenger.

"Dua tersangka ini merupakan germo. Mereka punya kelompok dan anak buah masing-masing. Mereka bukan satu jaringan, tapi modusnya sama," ungkap Bambang di Mapolda Jawa Timur, Rabu (25/6).

Bambang melanjutkan, terungkapnya kasus perdagangan anak di bawah umur ini bermula dari informasi masyarakat. "Awalnya, kita memperoleh informasi kalau tersangka Vhea, menyediakan wanita untuk dilacurkan di salah satu hotel yang ada di Surabaya. Kemudian kami melakukan penyidikan dan berhasil mengamankan tersangka yang tengah melakukan transaksi dengan pelanggannya pada 10 Juni lalu," papar dia.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :