Begini Lho Cara Bikin Jamu Herbal untuk Anak
Wonogiri, Sekali anak jatuh sakit, tak semua orang tua langsung tahu apa yang harus dilakukan ataupun diberikan kepada anak agar gejala sakitnya mereda. Tak usah penyakit berat, kadang untuk menyembuhkan penyakit ringan seperti masuk angin saja kadang orang tua dibuat jumpalitan untuk menemukan solusinya.
Salah satu jenis obat yang dapat direkomendasikan untuk mengatasinya adalah obat berbahan herbal, terutama obat herbal terstandar (OHT). Tak hanya untuk orang dewasa, sebagian produsen obat di Indonesia sudah mulai melirik pangsa konsumen anak-anak untuk obat semacam ini.
Lantas bagaimana sih cara membuatnya? Beruntung, detikHealth dan sejumlah media lainnya baru-baru ini diajak berkeliling pabrik dan melihat langsung proses produksi obat herbal terstandar milik Deltomed Laboratories.
Manajer Quality Control, Haniyah memastikan setiap bahan baku yang diterima pabrik telah memenuhi standar. Ia juga mengklaim pabrik yang berlokasi di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ini tidak menggunakan bahan kimia, murni hanya memanfaatkan bahan herbal.
Proses pertama adalah pencucian bahan baku. Setelah ditiriskan dan dikeringkan, bahan baku tersebut disimpan dalam oven selama 5-6 jam dengan suhu 60 derajat, sampai tingkat kekeringannya mencapai 10 persen.
Setelah disimpan dalam gudang maksimal selama seminggu, bahan baku yang sudah kering atau akrab disebut dengan simplisia ini siap digunakan sebagai bahan obat herbal.
Proses kedua adalah ekstraksi. "Nanti semua bahan seperti jahe, temulawak, kunyit tadi akan dimasukkan ke dalam dua tabung ini (kapasitas 4.000 liter), dicampur dengan air lalu direbus dalam suhu dan tekanan tertentu, sampai semua sari-sarinya keluar," terang staf bagian produksi dan teknis, Daniel Wicaksono kepada wartawan.
Di bagian ini juga semua bahan yang sudah jadi lantas dipisahkan dari air dan ampasnya. Ampas dibuang ke penampungan tersendiri, sedangkan untuk bahan yang penting dialirkan ke mesin evaporasi.
"Mesin evaporasi itu mesin untuk mengentalkan (bahan). Kita panasi, airnya kita masukkan ke tabung-tabung ini (ada tiga tabung). Uapnya kita ambil, hingga cairan di dalam tabung mengental," imbuh Daniel.
Dari sinilah, dua jenis produk Deltomed dipisahkan. Untuk produk cair, setelah mengental langsung diproses sesuai dengan tingkat kekentalan produk yang diinginkan. Sedangkan untuk produk tablet, bahan cair tadi dikeringkan, lalu disemprotkan dalam tabung tersendiri yang disebut Spray Drying sehingga hasilnya akan berbentuk seperti serbuk susu. Baru dari sini bahan dibentuk menjadi tablet atau produk berbentuk padat lainnya.
Daniel menambahkan, dalam satu jam mesin evaporasi tersebut dapat mengentalkan cairan sebanyak 1.000 liter menjadi tinggal 100 liter saja.
"Sehari, produksi berjalan tiga shift. Dari yang masak tadi 2 tabung 8.000 liter, lalu kita kentalkan untuk jadi 800 liter dalam waktu 8 jam. Untuk yang (produk) kering, dalam satu jam 100 liter konsentrat tadi kita bisa ubah menjadi 25 kg bahan kering dan tinggal dihitung kelipatannya," jelasnya.
Setelah dipisah di ruang evaporasi, barulah masuk ke tahapan Filling. Para staf di lab Quality Control dalam tahapan ini bertugas memastikan apakah volume cairan yang dimasukkan ke dalam kemasan sudah seragam atau belum dan apakah terjadi kebocoran. Bila tak ada masalah, cairan obat tadi siap dikemas.
"Ketika dikemas pun kami juga memastikan tidak ada kebocoran. Tiap 15 menit kami cek biar tidak ada yang lolos. Kalau terjadi (kebocoran), kita langsung informasikan ke operator untuk mematikan mesin, dibenerin dulu, mungkin ada settingan yang rusak, baru mengulang proses lagi dari awal," tutur staf produksi dan teknis lainnya, Anita Rakhmawati.
Lantas apa yang membedakan produk jamu herbal untuk anak dan dewasa? "Pertama ukurannya. Untuk dewasa kami menyediakan ukuran 15 ml, sedang untuk anak-anak 10 ml. Selain itu kalau untuk anak, kita utamakan rasanya dulu jadi kita perbanyak madunya dan kurangi jahenya, meski secara garis besar bahannya sama," sambungnya.
Sulit Memperoleh Izin, Produsen Jamu Kalah Bersaing Dengan MLM Asing
Jakarta, Perusahaan jamu tradisional Indonesia menghadapi bahaya kehilangan pasarnya. Produksi yang dipersulit dan pasar yang semakin berkurang mendorong para produsen untuk mencari solusi segera untuk tetap bertahan di tengah gempuran produk asing.
Charles Saerang, Direktur Utama PT Njonja Meneer, mengatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membuat aturan yang berat untuk para produsen jamu tradisional.
"Untuk mengurus Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) itu untuk konsultannya saja dibutuhkan sedikitnya Rp 1 miliar. Sekarang ada 1.300 pengusaha jamu, hanya sekitar 10 persennya saja yang besar seperti Sidomuncul, Air Mancur, Ayam Jago, dan Njonja Meneer. Mereka punya dana. yang 90 persennya wong darimana? Jadi CPOTB ini berat sekali," ujar Charles saat ditemui pada acara penandatanganan nota kesepahaman PT Njonja Meneer dengan PT Kimia Farma di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra).
Selain masalah izin yang dirasakan oleh Charles mempersulit produsen jamu Indonesia, ada juga ancaman perdagangan bebas internasional. Pertumbuhan Multi Level Marketing (MLM) asing dengan produk kesehatan yang cepat semakin menambah berat persaingan.
"Mereka tidak lintas sektor, mereka hanya masuk mendaftarkan pada perdagangan tapi tidak pernah daftar ke BPOM. Ada ratusan MLM yang tidak punya ijin, saya tanya sekarang ini tanggung jawab siapa? Ini mengambil pasar jamu. Mereka tidak punya pabrik disini, hanya repackage terus memasarkannya di Indonesia. Harga mahal, mengambil pangsa pasar kita," terang Charles.
Menghadapi masalah persaingan global tersebut, Charles dan perusahannya PT Njonja Meneer mengajak kerja sama perusahaan farmasi PT Kimia Farma untuk membantu mendistribusikan produk-produk jamu tradisional terutama milik perusahannya.
Dengan lebih dari 600 apotek dan 42 jaringan distribusi anak perusahaan, PT Kimia Farma berkomitmen untuk mendistribusikan produk PT Njonya Meneer. Di lain pihak PT Njonja Meneer berkomitmen untuk menyediakan suplai bahan baku obat yang dibutuhkan oleh PT Kimia Farma.
"Ini usaha join marketing, Kimia Farma yang sudah merambah eksport akan coba bawa produk-produk Njonja Meneer untuk dipasarkan di luar negeri. Bisnis sekarang tidak mungkin berdiri sendiri, tidak ada stupun perusahaan yang sempurna. Aliansi ini saling memperkuat," kata Direktur Utama PT Kimia Farma, Rusdi Rosman saat ditemui pada acara yang sama.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment