Cewek Mana Sih yang Mau Diperkosa?
Pemerkosaan dan pelecehan seksual adalah kasus kriminal yang paling sering menimpa kaum perempuan. Sepertinya perempuan masih saja menjadi objek kekerasan, baik oleh orang yang tidak mereka kenal maupun orang-orang terdekatnya.
Di Indonesia sendiri, nampaknya perempuan memang belum benar-benar bisa merdeka dari diskriminasi. Dan terkadang jika perempuan menjadi korban pemerkosaan atau pelecehan seksual, mereka tidak hanya menanggung malu, tapi juga disalahkan.
1. Cewek pakai baju mini, bukan berarti dia minta diperkosa
Terlepas dari sudut pandang keagamaan, cara berpakaian adalah salah satu hak seseorang bukan? manusia bebas menentukan pakaian yang ingin mereka pakai. Kalau perempuan pakai rok mini di atas lutut, baju tanpa lengan atau pusarnya keliatan itu tandanya mereka “minta” diperkosa? Ga kan. Mana ada coba orang yang sengaja banget minta-minta diperkosa?
Tapi ane juga gak membenarkan perempuan untuk berpakaian seksi ya. Banyak kok kasus pemerkosaan yang menimpa perempuan-perempuan yang memakai baju sopan. Kalau pakai baju sopan aja masih dilecehin bahkan diperkosa, apalagi yang terbuka dan semaunya? Jadi lebih baik perempuan berusaha untuk berpakaian sopan ya walaupun tidak menjamin 100% tapi setidaknya cobalah untuk mencegah.
2. Cewek pulang malem-malem, bukan berarti dia “perempuan nakal”
Ada pendapat yang membagi perempuan menjadi dua jenis, yaitu “perempuan baik” dan “perempuan nakal”. Karena kebiasaan cewek pulang malem lah, atau karena temannya lebih banyak cowok daripada cewek mereka di-cap sebagai “cewek nakal”. Mungkin karena sekarang banyak orang yang lebih percaya dengan asumsi pribadi, sehingga mereka terlalu malas untuk mencari suatu kebenaran yang ada.
Kalau kita melihat teman, saudara, atau tetangga perempuan yang pulang larut malam, bukan berarti mereka cewek nggak baik-baik kan? Bukan berarti kalau malam mereka melakukan hal buruk. Pulang malem bukan berarti dia mengumpankan tubuhnya untuk dijamah pria-pria tak bertanggung jawab.
3. Kalaupun cewek terkesan “menikmati”, itu cuma reaksi fisiologis
Kadang kita suka mendengar statement pembelaan dari si pelaku yang menyatakan bahwa korban juga “menikmati”nya. Dan dengan seenaknya si pelaku mengklaim bahwa itu adalah hubungan atas dasar suka sama suka. Wah, kalau itu sih bener-bener ngawur nggak sih?
Kalaupun pada saat kejadian cewek terkesan “menikmati”, itu hanyalah reaksi fisiologis yang alamiah banget. Sama halnya ketika kamu terjatuh, kamu merasa sakit. Saat memotong bawang, kamu menangis. Jadi bukan salah korban kan, kalau dia bisa orgasme pas diperkosa?
4. Salah sendiri diem aja. Kenapa nggak ngelawan sih?
Terkadang cewek ngerasa bego kenapa dia nggak ngelawan pada saat dia diperkosa. Dia nyesel banget kenapa dia nggak ngelawan sampai titik darah penghabisannya demi memperjuangkan harga diri dan martabatnya. Padahal, secara psikologis bisa saja korban-koran pemerkosaan itu benar-benar tidak berdaya dan nggak bisa ngapa-ngapain.
Dan ternyata dalam sebuah studi menjelaskan bahwa, banyak perempuan korban pemerkosaan tanpa sadar mereka menjadi lumpuh selama pemerkosaan, dan ini disebut “tonic immobility“. Maka dari itu, kenapa sebabnya korban perkosaan itu terkesan diam dan nggak melawan. Jadi bukan karena dia rela diperkosa, tapi justru dia diam karena menginginkan predator itu pergi.
4. Boleh beranalogi, tapi tetap harus yang masuk akal
Seringkali orang beranalogi “kucing kalau disodorin ikan ya psti diembat!” Kita bebas kok beranalogi, tapi menganalogikan sesuatu juga harus yang masuk akal dong. Mengibaratkan perilaku manusia dengan kucing tentu jauh berbeda. Kalau orang-orang setuju dengan analogi dangkal seperti itu, memangnya cowok-cowok setuju gitu disamain dengan kucing? punya nafsu dan perilaku seperti kucing? Lalu apa bedanya manusia dengan hewan?
5. Kasus pemerkosaan banyak dilakukan oleh orang terdekat
Sungguh disayangkan, kaum perempuan yang selalu dipandang anggun, cantik, lembut dnan penuh kasih sayang pada keyataannya adalah sebuah objek kekerasan bagi kaum pria. Berdasarkan CATAHU 2013 yang dirilis oleh Komnas Perempuan, terdapat 279. 760 kasus kekerasan terhadap perempuan, dimana didalamnya terdapat banyak kasus pelecehan dan pemerkosaan perempuan.
Dan yang mengagetkan adalah, kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual ini lebih banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat. Sungguh sebuah fakta yang mencengangkan bukan? Jadi, masih mau mengambing hitamkan baju seksi nih?
6. Cowok juga punya kewajiban untuk menahan nafsu loh!
Sangking santernya pendapat bahwa perempuan adalah sumber penyebab pemerkosaan terhadap dirinya sendiri, orang-orang seakan-akan lupa bahwa laki-laki itu juga punya kewajiban untuk menahan nafsu birahinya sendiri. Di Indonesia sendiri kaum pria masih dianggap sebagai kaum yang berada di “atas angin”.
Kalau perempuan sering dibilang dirinya sendiri yang suka “mancing-mancing” cowok buat ngelakuin itu, itu sih sama saja artinya kalau kamu punya banyak uang berarti orang lain punya hak untuk mencuri hartamu.
7. Siapapun bisa jadi korban pelecehan seksual, nggak cuma cewek!
Di Indonesia sendiri memang kerap kali perempuan menjadi objek yang disalahkan dan terpojok. Ya kembali lagi, hanya karena masalah pakaian perempuan bisa saja dituduh sebagai biang tindak pemerkosaan. Kalian sepertinya sudah melek berita juga kan? Dimana Indonesia baru saja digemparkan dengan kasus-kasus pedofilia yang menelan banyak korban bocah laki-laki. Korbannya nggak tanggung-tanggung, jumlahnya sampai ratusan anak laki-laki.
Masihkah perempuan sealu dipihak yang bersalah? Kasus pelecehan dan tindak asusila itu bisa menimpa siapa saja. Kaum pria dan anak alaki-laki pun juga jadi korban. Apakah kalian pernah dengar berita tindak asusila terhadap anak laki-laki karena mereka memancing-mancing pelaku untuk bertindak asusila? Sepertinya belum pernah kan?
8. Di mata hukum, pelaku adalah yang bersalah
Dan pada akhirnya, semua akan berakhir pada hukum. Kita tinggal di negara hukum, dimana sebuah kasus akan dinilai dari sudut pandang hukum. Di mata hukum, pada kasus kekerasan perempuan termasuk pelecehan dan pemerkosaan, yang jelas dan pasti bersalah adalah pelaku, bukan korban. Jika memang perempuan berada pada pihak yang salah, mungkin kasus pemerkosaan akan semakin merajalela. Sangat mengerikan bukan jika dibayangkan?
Bagaimanapun, perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual ataupun pemerkosaan tidak sepantasnya disalahkan. Dalam kasus apapun, yang namanya korban aadalah pihak yang nggak bersalah dan dirugikan bukan? Seharusnya mereka adalah orang-orang yang kita lindungi, bukan malah kita tuduh yang enggak-enggak kan? So, what to do if you rape?
Rahasia Terlarang Pemerkosaaan Cewek Seksi !!!
investigasi
,
keluarga
,
modus operandi
,
reportase
,
telisik
,
telusur
,
warning
Edit
0 komentar :
Post a Comment