Waspada Derek Liar Menyerang Jakarta !!!

Ini Cerita Sepak Terjang Preman Derek Liar di Kawasan Jakarta Barat

Jakarta - Kisah Adi ini mungkin membuat miris. Bagaimana preman derek liar bebas beroperasi di kawasan Jakarta Barat tanpa adanya tindakan tegas petugas. Adi bekerja di perusahaan suplier makanan, sudah 4 kali mobil pengangkutnya jadi korban derek liar.

"Kena bayar Rp 900 ribu sampai Rp 1,2 juta," jelas Adi dalam surat elektroniknya kepada detikcom, Selasa (28/5/2013).

Mobil kecil ditarif Rp 900 ribu, mobil besar Rp 1,2 juta. Para preman derek liar itu main angkut dan main bawa ke pool mereka di daerah Tomang, tak jauh dari pos polisi.

"Mereka itu koperasi, ada logo polisi juga di mobil derek mereka. Katanya ada oknum perwira yang jadi beking," terang Adi.

Adi menjelaskan, 4 kali kendaraannya menjadi korban derek liar. Yang dia ingat saat itu mobilnya di Tol Kebun Jeruk, mengalami pecah ban. Tiba-tiba preman derek liar main cantol dan bawa.

"Alasannya mengganggu kemacetan. Kena bayar Rp 900 ribu," jelasnya.

Adi malas ribut dengan derek liar itu. Dia sudah melapor ke petugas tapi tak digubris. Yang parah saat mobilnya parkir di dekat pom bensin di Grogol. Tiba-tiba mobilnya dibawa derek liar ke pool di Tomang.

"Alasannya mengganggu ketertiban umum. Padahal itu cuma parkir sebentar habis isi bensin, kena lagi Rp 900 ribu," terang Adi.

Adi tak tahu harus bagaimana menghadapi derek liar. Sebagai warga dirinya hanya bisa pasrah. Dia berharap, petugas yang berwenang bisa mengambil tindakan.

Preman Derek Liar Seperti Perampok!

Jakarta - Preman derek liar ibarat perampok. Mereka seenaknya memalak pengendara mobil dengan harga derek selangit. Plus intimidasi dan menakut-nakuti.

"Mereka layaknya perampok di jalan," kata pembaca detikcom, Johan, dalam surat elektronik yang diterima detikcom.

Johan mengisahkan pengalamannya saat mobil kantor yang dia kendarai bersama sopir mogok di Jl DI Panjaitan, Cawang, Jaktim, Januari lalu. Tiba-tiba ada mobil derek dengan 4 orang langsung memasang alat derek ke mobil yang ditumpangi Johan tanpa izin.

"Seseorang langsung masuk ke mobil kami untuk mengendarai mobil kami sambil diderek. Ketika sopir melawan malah diancam. Maka dengan perasaan takut kami membiarkan mobil diderek sampai Cawang," jelas Johan.

Di pangkalan pool derek itu, Johan diminta membayar Ro 2 juta, dengan rincian untuk biaya perbaikan mobil dan ongkos jasa derek sejauh 1 km.

"Dengan perasaan kesal dan takut akhirnya kami nego dan terjadi kesepakatan Rp 1,2 juta dan mobil diperbaiki dengan waktu kurang dari 2 menit," imbuhnya.

Johan yakin, mobil itu mogok bukan karena kerusakan parah karena baru berusia 5 bulan dari tanggal pembelian.

"Melalui share ini berharap adanya tindak lanjut dari Dinas Lalu Lintas maupun Polda tentang derek liar ini," harapnya.

Jadi Korban Tabrakan di Tol Cikarang, Budi Diperas Derek Liar Rp 2 Juta

Jakarta - Tak hanya mobil mogok, korban kecelakaan pun diperas derek liar. Budi Setyanto yang menjadi korban tabrakan beruntun di Tol Cikarang diperas sampai Rp 2 juta oleh komplotan derek liar.

"Kejadiannya memang 2002 lalu tapi sampai sekarang masih membuat saya trauma," kata Budi Setyanto kepada detikcom.

Budi mengatakan, saat itu mobil Peugeot miliknya terlibat tabrakan beruntun sekitar pukul 02.00 WIB di gerbang Cikarang. Saat itu, bus yang ada di depan Budi mengerem mendadak. Kemudian dari belakang ada sebuah truk yang menghantam mobil Budi, sehingga terjadilah tabrakan beruntun.

"Mobil saya jadi ringsek di bagian depan dan belakangnya. Tapi syukurnya saya dan teman saya selamat," katanya.

Tiba-tiba saja ada mobil derek liar menarik mobil Budi yang ringsek tanpa ba bi bu. "Saya sempat bingung mengapa buru-buru dan tak menunggu polisi," katanya.

Budi mengatakan, orang-orang dalam derek liar itu seakan-akan ingin membawa kabur mobil miliknya. Mereka tak peduli dengan barang-barang bawaan yang ada di dalam mobil.

"Mereka tidak peduli saya ikut dengan mereka atau tidak. Naluri saya mengatakan ada yang tidak beres maka saya ngotot naik mobil saya yang ringsek dan duduk di dalam bersama salah satu orang derek liar di belakang kemudi," katanya.

Mobil Budi diderek di bagian ban belakang. Pengemudi derek liar memacu mobil sangat kencang, sekitar 120 km/jam. Sempat tercium bau kopling terbakar dan asap putih juga telihat mengepul, namun para pengendara derek liar itu tak peduli.

"Tercium bau alkohol dari dalam mulut para pengendara derek liar itu. Saya kemudian dibawa ke gerbang tol Pondok Gede lalu saya diperas Rp 2 juta," katanya.

Setelah tawar menawar akhirnya sindikat itu mau diberi uang Rp 600 ribu. Uang itu adalah semua uang yang ada di dompet Budi. "Yang saya bingung orang-orang Jasa Marga sepertinya cuma menonton saja saya diperas. Tidak ada yang mau menolong ataupun inisiatif bertanya. Malah Jasa Marga cuma menawarkan derek lanjutan sampai ke rumah, itu pun dikenakan tarif Rp 400 ribu," katanya.

Budi menyarankan agar saat kecelakaan di tol lebih baik menunggu polisi datang. "Jika ada derek liar menawarkan jasa sebisa mungkin ditolak. Karena mereka bukan mau menolong tapi merampok," katanya.

Pengakuan Warga yang Diperas Derek Liar: Mereka Mengintimidasi!

Jakarta - Para preman tukang derek liar punya ciri khas untuk mengakali korban-korbannya. Mereka biasanya identik dengan marah-marah, menakut-nakuti, dan mengintimidasi.

Seperti dialami pembaca detikcom, Quin dalam surat elektronik yang diterima. Dia bertutur kejadian pada 7 Maret 2012, saat mobil box colt yang dikemudikan sopir kantor mendadak mati mesinnya di jalan tol di Jakarta.

"Saat sopir sedang mencoba menyalakan mesin kembali, mendadak ada 2 pria mengetuk-ngetuk pintu mobil, dan memaksa naik ke dalam mobil, sambil teriak dan marah-marah. Mereka mencoba menakut-nakuti sopir," jelas Quin.

Quin menjelaskan, sopir ketakutan dengan intimidasi preman derek liar itu. Kemudian, preman itu langsung membuka pintu depan sopir dan mengambil kendali menyetir.

"Yang seorang lagi memasang tali derek pada bagian depan mobil. Mobil pun langsung dibawa menuju Cawang," imbuhnya.

Sopir kantor, langsung mengontak lewat telepon. Kemudian, dalam percakapan via telepon, preman derek liar selalu menyela, teriak-teriak, mengumpat, dan mengancam.

"Mereka meminta uang Rp 1,3 juta untuk jasa derek tersebut. Mobilpun dibawa ke cawang. Saya menyusul dengan taksi untuk menyelesaikan urusan dengan derek liar tersebut," imbuhnya.

Sampai di Cawang, pool derek liar letaknya di jalan utama. Dengan gaya arogan dan teriak-teriak si petugas derek liar minta uang. Quin sempat adu mulut soal jumlah uang yang diminta.

"Saya bilang tidak ada uang, silahkan ambil mobilnya, sopir pulang bersama saya. Namun si derek tidak mau, sopir 'disandera' tak boleh pulang. Akhirnya setelah melalui nego yang cukup alot saya bayar Rp 900 ribu rupiah ke derek liar tersebut," jelasnya.

"Sangat disayangkan petugas keamanan kita maupun Jasa Marga tidak menertibkan derek liar. Mereka dengan terang-terangan beraksi bahkan letak pool derek tersebut di jalan utama. Mereka adalah preman yang mengintimidasi orang. Mohon segera ditertibkan agar tidak meresahkan warga," harapnya.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :