Sejarah dan Misteri Wilayah Ancol Jakarta
Sejarah dan Misteri Pantai Ancol
Saat Batavia diserang endemi malaria sekitar 1700-1800an, pemerintah Belanda lalu menggeser pusat kota menjauh dari pesisir Antjol, kondisi ini berlangsung selama ratusan tahun.
Mansion mewah dan sarana wisata nomor satu terus dibangun di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Mengusung jargon Jakarta Bay City, Ancol menjadi andalan wisata pantai warga Jakarta.
Ancol yang kini digugat karena tiketnya dinilai kemahalan punya sejarah panjang. Tak sekejap mata mengubah Ancol dari hutan dan rawa menjadi tempat wisata.
Bahkan hingga Indonesia merdeka, kawasan ini masih menjadi kawasan liar yang tak terurus. Kemudian kawasan Ancol baru dibangun periode 1960an dan alat-alat berat merambah hutan kawasan Ancol untuk mulai dibangun.
Zaman Kolonial Belanda
Kawasan Ancol pernah menjadi tempat wisata para meneer Belanda di abad 17. Kala itu pusat pemerintahan VOC berada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Tua Jakarta. Jaraknya tak terlalu jauh dari Ancol.
Saat itu sebagian kawasan Ancol sudah tertata dengan baik, pantainya pun bersih. Sementara sisanya merupakan hutan dan rawa.
Tapi saat Batavia diserang endemi malaria sekitar 1700-1800an, pemerintah Belanda lalu menggeser pusat kota menjauh dari pesisir. Ancol pun ikut ditinggalkan para meneer yang takut terserang malaria. Dia tidak lagi jadi primadona.
Sejak itu, kawasan Ancol jarang sekali dikunjungi orang. Masyarakat setempat lalu membuat empang untuk memelihara ikan dan udang. Kondisi ini berlangsung ratusan tahun.
Tempat Yang Sepi dan Gelap
“Dulu Ancol nggak kaya sekarang rame begini. Dulunya cuma empang, nggak ada apa-apanya. Sepi banget. Masih hutan, makanya sering dibilang tempat jin buang anak,” kata Tarmiji (60), warga Ancol saat berbincang beberapa waktu lalu.
“Waktu saya kecil, masih tahun 60an. Inget ada proyek, segala macam alat berat yang aneh-aneh ada. Ada bule juga. Anak-anak pengen liat tapi ga boleh. Bahaya kata mandornya,” beber pria yang sehari-hari berjualan rokok ini.
Dalam buku “Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol” yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas, sejarah masa lalu Ancol digambarkan tak jauh beda.
Soekardjo adalah orang yang memimpin proyek Taman Impian Jaya Ancol. Dialah yang membuka hutan belantara untuk dibangun kawasan Ancol mulai tahun 1962.
Mencuci baju di Kali Ancol
“Pantai Ancol yang masih berupa rawa-rawa, semak dan masih belum tersentuh merupakan kawasan yang menyeramkan. Orang menganggap kawasan itu tak layak ditempati. Bahkan dianggap sebagai tempat jin buang anak.”
“Di kawasan yang sangat luas itu benar-benar sangat sepi. Tidak ada akses yang memadai, belum ada pemukiman dan gelap karena belum ada listrik,” kenang Soekardjo dalam bukunya. Namun tak disangka pula jika Ancol akan dapat menjadi sebesar dan semegah sekarang.
Mbah Kondor si penguasa hutan Ancol
Sebelum tahun 1960an, kawasan Ancol dulunya merupakan hutan dan rawa-rawa. Manusia yang tinggal di sana hanya beberapa orang. Umumnya cuma nelayan dan pemilik tambak yang mau tinggal di Ancol.
Dulu di sana bertahta Mbah Kondor, sang penguasa Ancol. Mbah Kondor adalah raja monyet yang memimpin kelompok monyet di Ancol. Cerita soal Mbah Kondor itu dikisahkan Soekardjo Hardjosoewirjo.
Macaca fascicularis atau monyet mekak (macaque)
Soekardjo adalah orang yang memimpin proyek Taman Impian Jaya Ancol. Dialah yang membuka hutan belantara untuk dibangun kawasan Ancol mulai tahun 1962.
Ada istilah yang turut menyumbang konotasi seramnya kawasan tersebut yaitu Mbah Kondor.
Mbah Kondor adalah raja kera di kawasan itu tutur Soekardjo dalam buku Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas.
Nah, tahun 1962 sebelum proyek Ancol dimulai, banyak kawanan monyet di sana. Soekardjo pun beberapa kali memergoki Mbah Kondor dan anak buahnya. Tapi ketika para pekerja mulai menyemprotkan lumpur serta pasir untuk memperkuat tanah, semua monyet tiba-tiba menghilang secara misterius.
Soekardjo mendapat laporan dari mantri polisi yang ikut menjaga kawasan Ancol. Monyet-monyet itu ternyata dapat berenang menyebrang laut ke arah Pulau Seribu. Nelayan sempat tidak bisa melaut akibat migrasi monyet tersebut.
Soekardjo dan timnya sempat bertanya-tanya. Belakangan diketahui monyet-monyet itu pindah menghuni satu pulau sehingga pulau itu dinamakan pulau monyet.
Namun di masyarakat cerita seram soal hilangnya kera-kera itu pun beredar dalam berbagai versi. Sebagian menambah-nambahi bumbu sehingga cerita Mbah Kondor dan kawasan Ancol tambah seram. Apakah Mbah Kondor dan monyet-monyet itu benar-benar sakti sehingga bisa menyeberang laut?
Kawasan penyebaran monyet macaca fascicularis
“Jenis monyet macaca fascicularis atau monyet mekak yang berekor panjang memang adaptatif dengan lingkungan,” kata aktivis penye-lamatan primata Ipan Juanda.
“Jadi tidak menutup kemungkinan karena tinggal di pesisir mereka bisa berenang sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan,” jelas Ipan Juanda.
Ipan menambahkan tentunya dalam migrasi itu tidak semua monyet selamat menyeberang ke pulau terdekat.
Sebagian besar yang lemah akan mati tenggelam. Hanya yang kuat yang bisa bertahan hidup. Hal ini ilmiah, bukan mistis. “Monyet ekor panjang lebih bisa bertahan hidup. Beda dengan lutung atau owa yang hanya bisa hidup di pucuk pohon,” tambahnya.
Si Manis Jembatan Ancol
Untuk menuju kawasan pantai ancol yang dibelah oleh kali Ancol, dulunya ada sebuah jembatan goyang. Bukan karena keunikan bentuk bangunan atau ukuran jembatan ini, melainkan cerita di balik jembatan ini.
Dulu di daerah ini sangat sepi dan jarang penduduk, membuat kriminalitas sangat tinggi. Dikisahkan, pada masa lalu di zaman kolonial Belanda, ada seorang wanita diperkosa lalu dibunuh di daerah ini, kemudian jasadnya dibuang ke kali Ancol. Seiring dengan berjalannya waktu, peristiwa ini pun terkubur dan terlupakan.
Di tahun 60-an ketika daerah Ancol masih berupa empang-empang (tambak), seorang pendayung perahu pernah bertemu dengan Si Manis, julukan untuk sosok perempuan ini dan diyakini bernama asli Maryam.
Perempuan itu naik perahu malam-malam dan membayar pendayung tersebut, setelah tak berapa lama uang yang diberikan berubah menjadi daun dan wanita tersebut menghilang. Cerita ini didapat dari seorang fotografer keliling di Ancol yang sudah puluhan tahun disana.
Lukisan Si Manis jembatan Ancol
Pada suatu malam di tahun 1995, seorang pelukis di Ancol pernah didatangi seorang perempuan yang meminta dilukis.
Ketika itu sudah larut malam dan sang pelukis memang tidur di gelanggang seni Ancol dan di hari itu rintik gerimis pun mulai turun di daerah tepi pantai tersebut.
Sesuai permintaan perempuan itu maka sang pelukis mulai menyapukan kuasnya pada permukaan kanvas.
Namun, tak lama saat sang pelukis baru menggambar setengah bagian tubuhnya, perempuan itu menghilang.
Sang pelukis pun terperanjat heran, ia masih hafal sekali penampilan dan wajahnya, maka diteruskanlah melukis sebelum sosok wanita tersebut menghilang dari ingatannya, akhirnya lukisannya pun selesai. Sang pelukis dan banyak warga percaya bahwa perempuan yang minta dilukis itu adalah Si Manis Jembatan Ancol.
Sebenarnya siapakah Si Manis Jembatan Ancol tersebut? Berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di masyarakat sekitar, Si Manis tersebut bernama Mariyam, namun ada juga yang mengatakan gadis itu bernama Siti Ariah atau juga Halimah yaitu seorang gadis manis kembang desa yang meninggal di kawasan jembatan Ancol dan jasadnya dibuang setelah sebelumnya diperkosa.
Karena kematian yang tidak wajar, akhirnya Mariyam menjadi ‘penunggu’ jembatan Ancol yang beberapa kali menampakkan diri pada orang-orang tertentu. Seperti yang pernah dialami oleh Anshori, penjual rokok di dekat pintu keluar Ancol. Anshori mengaku pernah melihat Siti Ariah dari dekat. Ia membuka pertama kali kios rokoknya di sini pada 1990, tepatnya di samping jembatan goyang.
Saat itu malam Jumat, Anshori sedang menunggui kiosnya, agak gerimis. Sekitar pukul 1 pagi, lewat seorang perempuan.
Ketika sudah agak jauh, perempuan itu berbalik arah menghampiri kios Anshori sembari tersenyum. Anshori menyapa perempuan yang dikiranya calon pembeli dagangannya itu. Jarak Anshori dengan perempuan itu sangat dekat.
Menurut Anshori, perempuan itu berwajah manis, serta memakai kemeja kuning dan rok abu-abu. Setelah ditanya hendak belanja apa, perempuan itu menghilang. Meski tidak memakai pakaian serba putih, Anshori yakin perempuan itu adalah Si Manis Jembatan Ancol.
Dulu di kawasan ini ada Hotel Horizon Ancol, yang juga terletak di kawasan Ancol, pun tak lepas dari cerita. Di hotel ini sering terlihat wanita cantik yang melintas di depan mata tapi saat diperjelas wanita tersebut hilang entah kemana.
Hotel Horizon Ancol yang kini telah berganti manajemen dan nama menjadi Hotel Mercure adalah hotel paling tua di kawasan Ancol
Konon wanita tersebut tak lain adalah sang tokoh legendaris ‘Si Manis Jembatan Ancol’. Kabarnya management hotel membuat kamar khusus untuk si hantu manis ini. Tidak percaya datang saja sendiri.
Masih dari kawasan Ancol, Jakarta Utara. Selain Hotel Horison, Putri Duyung Ancol juga memiliki cerita. Disalah satu bangunan putri duyung Ancol pernah ada suatu kejadian di mana seorang wanita simpanan terbunuh secara mengenaskan.
Selain jembatan Ancol, kali sunter Ancol juga dianggap angker oleh masyarakat sekitar. Dahulu, di kali ini pernah ada kejadian yang menewaskan banyak orang, yaitu terperosoknya metro mini ke dalam kali sunter. Sehingga sebagian besar penumpangnya tenggelam.
Jalan RE Martadinata Amblas di Depan Jembatan Ancol
Pada tahun 2009, Jalan Martadinata tiba-tiba amblas sepanjang 100 meter pas didepan jembatan Ancol yang dulu terkenal Si Manis jembatan ancol. Kejadian ini menambah misteriusnya Jembatan ini karena saat jalanan itu amblas dan sedang ada syuting film Si Manis Jembatan Ancol.
Banyak kisah spiritual di Jembatan ini sejak dari dulu, jalan dekat jembatan yang amblas ini banyak pengemudi melempar koin atau membunyikan klakson kalau kendaraan mereka lewat jembatan si manis ini.
Sampai ada yang menyarankan untuk memotong kepala kerbau sebagai syarat ketika jalanan itu dibangun/perbaiki,tetapi tidak menghiraukan. Yang menjadi aneh tapi nyata justru kejadian amblasnya jalan tersebut ketika tidak dilalui satu kendaraanpun, dan air laut sedang surut.
Padahal jika dilihat beberapa jam sebelumnya atau di bawah pukul 21:00 hingga siang harinya jalan itu dilalui ribuan kendaraan berat seperti trailer dan mobil pribadi serta motor, tapi tidak amblas. Justru saat pagi buta pukul 03:00 jembatan itu amblas.
“Kerugian ditaksir mencapai Rp. 2,8 miliar,” kata Direktur Wilayah II Bina Marga saat ditemui di lokasi kejadian, Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara.
Sebagaimana diberitakan, penyebab ambruknya jalan RE Martadinata ke arah Pelabuhan Tanjung Priok masih diselidiki. Dugaan awal, intrusi air laut sebagai pemicu amblesnya jalan sepanjang sekitar 200 meter arah Ancol menuju Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu. Jalan itu ambles sedalam sekitar tujuh meter pada Kamis (16/9/2009) dini hari.
Kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa dan sebab terjadinya kejadian ini telah pula di ambil kesimpulan yaitu karena faktor alam.
“Dugaan awal karena adanya pengikisan tanah oleh air laut, tapi penyebab utamanya masih kita selidiki,” kata petugas Kementerian Pekerjaan Umum Yudo Mukrianto di lokasi kejadian.
Mungkinkah ambrolnya Jl. RE Martadinata karena pengaruh kekuatan gaib hantu Si Manis Jembatan Ancol, yang makin merasa terganggu oleh hilir-mudiknya kendaraan bermotor?
Pengalaman Aneh Saat Syuting Si Manis Jembatan Ancol
Selama dua tahun, yaitu tahun 1994 – 1996, Kiki Fatmala yang berperan sebagai Mariam dalam sinetron Si Manis Jembatan Ancol, harus syuting di sekitar Ancol, termasuk di Jl. RE. Martadinata. Film ini adalah film baru, sedangkan film aslinya Si Manis Jembatan Ancol justru sudah dibuat pada tahun 1973.
Pengalaman-pengalaman aneh dan seram pun dialami Kiki dan kru sinetron tersebut. “Banyak banget keanehan. Misalnya, tv monitor tiba-tiba hilang. Dicari ke mana saja nggak ketemu. Eh, dua hari kemudian ditemukan tergantung di atas pohon di Ancol,” ceritanya Kiki Fatmala.
Poster film Si Manis Jembatan Ancol (1973) Director: Turino Junaidy, Writer: Turino Junaidy, Stars: Farouk Afero, Kris Biantoro and Nadia Giovanna
Ditambahkannya, beberapa pemain figuran dan kru juga ada yang tiba-tiba kesurupan. “Biasanya kalau syuting di tempat-tempat angker seperti di Jl. RE Martadinata dan di sekitar Ancol, kita dilarang melanggar aturan,” kata Kiki Fatmala.
“Aturan itu misalnya seperti nggak boleh bicara atau berbuat seenaknya atau buang air kecil seenaknya. Nah, itu yang banyak dilanggar para figuran dan kru, akhirnya mereka kesurupan,” terang Kiki.
Dituturkannya, ketika syuting di Jl. RE. Martadinata, Kiki merasa seperti ada sosok lain yang selalu memperhatikannya.
Tetapi, dia tidak tahu pasti apakah sosok itu adalah hantu Si Manis Jembatan atau bukan.
“Mungkin juga hanya perasaan gue aja, karena terbawa oleh peran yang gue mainkan,” imbuhnya.
Seiring berjalannya waktu, cerita demi cerita mistis yang penuh misteri tentang Ancol dan kawasan sekitarnya mulai marak , dan mitos ini sudah dimulai sejak puluhan tahun bahkan ratusan tahun sebelumnya.
Dan kisah-kisah misteri masa lalu di kawasan Ancol ini akan tetap ada, dari generasi ke generasi, seperti kisah-kisah misterius sebelumnya yang sudah ada selama puluhan tahun lalu.
Arsip Pembunuhan di Ancol:
29 Januari 2010, mayat perempuan hamil ditemukan tewas di dekat pintu masuk Ancol. Pelaku pembunuhan adalah oknum anggota TNI pangkat Pratu. Korban yang diketahui bernama Mia (21) warga Tomang hilang sejak Selasa 26 Januari. Dia dibunuh pacarnya yang menolak bertanggung jawab atas kehamilan. Korban tewas setelah dibenamkan di selokan oleh tersangka. Motif pembunuhan karena pelaku menolak bertanggung jawab atas kehamilan korban. Ditemukan juga janin berukuran sekira 20 centimeter di celana korban.
27 September 2012, mayat pria yang tak diketahui identitasnya dan diperkirakan berumur 20-30 tahun ditemukan tewas tenggelam di Beach Pool, Ancol. Mayat diketahui pertama kali oleh pengunjung. Dia tewas tanpa memakai baju hanya celana warna kream. Kemungkinan korban tewas karena korban ditemukan melewati tanda batas yang dilarang untuk berenang disana. Kemungkinan dia terbawa arus.
13 Maret 2013, ditemukan potongan mayat di gudang lantai dasar ruko nomor 26D Apartemen Mediterania Marina, Ancol, oleh seorang satpam gudang ruko. Awalnya ditemukan mayat dipotong 3 bagian, lalu bertambah jadi 4 bagian. Lalu ternyata mayat itu terpotong 11 bagian. Tubuh korban yang diketahui bernama Tonny Arifin Djomin (45) terpotong-potong dan dimasukkan ke dalam tas dan 3 kardus lalu ditumpuk di gudang. Sedangkan kepala korban dimasukkan ke dalam tas. Sebelumnya ada laporan orang hilang dari seorang wanita ke pihak kepolisian yang ternyata adalah istri korban. Kala itu Tonny izin kepada istri hendak menagih utang. Diduga pembunuhan ini bermotif utang piutang.
Cerita tukang ojek berpelanggan 'Si Manis Jembatan Ancol'
Siapa yang tidak kenal dengan kisah yang melegenda Si Manis Jembatan Ancol. Masyarakat Jakarta bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya seperti hafal dengan kisah tersebut. Bahkan kisahnya diangkat dan difilmkan pada tahun 1993.
Kisah yang berawal pada abad 19 tersebut, yang pada saat itu Jakarta masih menggunakan nama Batavia dan Indonesia masih dijajah Belanda. Hidup seorang Ibu bersama anaknya yang bernama Siti Ariah (nama lain Maryam) saat itu berusia 16 tahun yang tinggal di sebuah paviliun milik seorang juragan kaya raya.
Kala itu sang juragan merayu dan berniat untuk menikahi Siti Ariah, namun niat sang juragan ditolak dengan tegas oleh Siti Ariah yang tidak percaya dengan niat sang juragan, menurutnya keinginan tersebut hanyalah unutk menjadikan dirinya selir bagi sang juragan. Bukan hanya itu, Siti Ariah ternyata memiliki alasan lain yaitu tidak mau melangkahi sang kakak yang belum menikah. Ariah pun memutuskan kabur untuk lari dari ajakan sang juragan.
Ternyata dalam pelariannya, Ariah bertemu seorang kaya raya di Batavia yang memiliki vila di kawasan Bintang Mas (Ancol) bernama Oey Tambahsia. Kecantikan yang dimiliki Ariah, nyatanya menarik minat Oey yang langsung bergerak cepat memerintahkan 2 orang centengnya yaitu Pi'un dan Surya untuk memburu dan menangkap Ariah untuk di nikahinya dan akan dijadikan koleksi tambahan perempuan mudanya.
Pi'un dan Surya pun berusaha keras menangkap Ariah. Namun, Ariah berlari dan berusaha memberikan perlawanan hebat kepada keduanya, pada akhirnya Ariah pun tewas tak kuasa dan kehabisan tenaga takluk di tangan kedua centeng tersebut di bendungan dempet dekat Danau Sunter yang saat itu terkenal sangat angker.
Mayat Ariah dibuang begitu saja di area persawahan sekitar 400 meter dari jembatan Ancol. Peristiwa itu terjadi pada 1817, menurut catatan Ridwan Saidi, tokoh Betawi yang melakukan penelitian tentang legenda Ariah dari saksi-saksi hidup pada tahun 1955-1960. Dari kisah itulah legenda Si Manis Jembatan Ancol bermula.
Banyak cerita mistis yang dialami warga seputar legenda itu. Pada saat mencoba menelusuri kisah si manis jembatan Ancol tersebut, ternyata kisah itu juga dialami pada tahun 1994 seorang tukang ojek bernama Yoto (43) mengaku dirinya pernah mendapatkan pelanggan yang sangat cantik ketika tengah mangkal di jembatan Ancol pukul 05.00 subuh, gadis tersebut ingin diantarkan ke Ancol.
"Biasa naik ojek kan ngobrol, tapi diajak ngobrol kok diam aja. Saya tanya mau ke mana mbak? Dia jawab mau ke Ancol. Tapi pas sampe Ancol dia diam aja, ditengok tiba-tiba enggak ada saya kaget dan langsung merinding dan kabur ngebut," ujar Yoto, yang pada saat itu pertama kali mengojek di jembatan Ancol.
Yoto menuturkan, pada saat itu jembatan Ancol hanya ada satu dan belum ada tol kemayoran dan lalu lintas sangat lengang. Ketika di tanyakan lebih lanjut bagaimana ciri-ciri wanita yang menjadi pelanggannya tersebut, dirinya masih sangat ingat bahkan meyakini bahwa sosok tersebut adalah Si Manis Jembatan Ancol.
"Ciri-ciri orangnya cakep, rambut sebahu, kulitnya sawo matang, kejadian pagi jam 05.00 WIB, pakai baju kayak gaun begitu berbunga-bunga warna pelangi begitu. Saya ngobrol ama teman-teman setelah kejadian mereka bilang itu udah biasa dan katanya itu Si manis jembatan Ancol," tandasnya pria yang tinggal di daerah Sunter Bahari Rt 23/Rw 01 Kelurahan Sunter Agung tersebut.
Cerita soal Ancol, dari mistis sampai tempat hiburan
Ancol hanyalah sebuah kelurahan di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 18.055 jiwa dan luas 577,28 Ha km2.
Saat ini siapa tak mengenal Ancol. Sebuah kota di pinggiran Jakarta kini disulap menjadi tempat hiburan berkelas. Ancol punya sejarah panjang. Tak sekejap mata mengubah Ancol dari hutan dan rawa menjadi tempat wisata seperti sekarang ini.
Dalam perjalanannya, Ancol menelurkan banyak cerita. Tidak hanya sekadar tempat hiburan. Dari yang mistis sampai tempat nongkrong anak muda semua ada di sana.
Padahal Ancol dulu adalah kawasan liar yang tak terurus. "Dulu Ancol nggak kaya sekarang rame begini. Dulunya cuma empang, nggak ada apa-apanya. Sepi banget. Masih hutan, makanya sering dibilang tempat jin buang anak," kata Tarmiji (60), warga Ancol saat berbincang beberapa waktu lalu.
Tarmiji menjelaskan kawasan Ancol baru dibangun periode 1960-an. Dia mengingat dulu alat-alat berat merambah hutan kawasan Ancol.
"Waktu saya kecil, masih tahun 60an. Inget ada proyek, segala macam alat berat yang aneh-aneh ada. Ada bule juga. Anak-anak pengen liat tapi ga boleh. Bahaya kata mandornya," beber pria yang sehari-hari berjualan rokok ini.
Meneer Belanda dan Mbah Kondor warnai sejarah Ancol
Keindahan pantai Ancol ternyata sudah memikat pada meneer Belanda sejak abad 17. Kala itu pusat pemerintahan VOC berada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Tua Jakarta.
Jaraknya tak terlalu jauh dari Ancol. Saat itu sebagian kawasan Ancol sudah tertata dengan baik, pantainya pun bersih. Sementara sisanya merupakan hutan dan rawa.
Seiring berjalannya waktu, lewat tangan Soekardjo Hardjosoewirjo, Ancol disulap menjadi tempat wisata bertaraf internasional. Soekardjo adalah orang yang memimpin proyek Taman Impian Jaya Ancol. Dialah yang membuka hutan belantara untuk dibangun kawasan Ancol mulai tahun 1962.
Dalam buku Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas, sejarah masa lalu Ancol digambarkan tak jauh beda.
"Pantai Ancol yang masih berupa rawa-rawa, semak dan masih belum tersentuh merupakan kawasan yang menyeramkan. Orang menganggap kawasan itu tak layak ditempati. Bahkan dianggap sebagai tempat jin buang anak."
"Di kawasan yang sangat luas itu benar-benar sangat sepi. Tidak ada akses yang memadai, belum ada pemukiman dan gelap karena belum ada listrik," kenang Soekardjo dalam bukunya.
Soekardjo juga menceritakan, sebelum tahun 1960an, kawasan Ancol dulunya merupakan hutan dan rawa-rawa. Manusia yang tinggal di sana hanya beberapa orang. Umumnya cuma nelayan dan pemilik tambak yang mau tinggal di Ancol.
Dulu di sana bertakhta Mbah Kondor, sang penguasa Ancol. Mbah Kondor adalah raja monyet yang memimpin kelompok monyet di Ancol.
"Ada istilah yang turut menyumbang konotasi seramnya kawasan tersebut yaitu Mbah Kondor. Mbah Kondor adalah raja kera di kawasan itu," tutur Soekardjo.
Setelah Ancol dibangun Taman Impian Jaya Ancol, jejak Mbah Kondor dan monyet-monyetnya hilang bak ditelan bumi. Orang-orang dulu bercerita jika Mbah Kondor dan monyet pindah dan menyeberang ke Pulau Seribu.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment