Rahasia Terlarang Gerakan Pelacur Anti GPS

Karena Teknologi GPS, Wanita Nakal Ini Sepi Pelanggan 

Tegal : Akhir Mei 2015. Jarum jam di warung sate kambing menunjuk pukul 00.45. Sebuah etalase kecil sudah kosong, menyisakan kawat-kawat penggantung daging. Tapi Yati, sebutlah begitu namanya, masih menanti pembeli di teras, yang hanya satu meter dari Jalur Pantura Maribaya, Kabupaten Tegal.

Demi mengusir sepi, televisi di atas lemari dinyalakan dengan volume tinggi. Namun, mata perempuan itu berpaling dari layar kaca. Tatapannya beredar ke tiap pengendara motor yang melintas depan warungnya.

"Mau sekalian dipijat?" kata Yati sambil menyodorkan secangkir kopi yang dipesan Tempo. Mengaku lahir di Lampung, Yati fasih bicara bahasa Jawa dialek Tegal. "Ngobrolnya di dalam saja, yuk. Biar nyantai," katanya.

Warung berukuran 4 x 6 meter itu, masih menyimpan ruangan yang lumayan lebar di belakang. "Kalau ada tamu yang mau minum-minuman keras, di sini tempatnya," kata dia, menunjukkan kursi-kursi kayu yang mengelilingi satu meja bundar. Di kanan dan kiri ruang itu ada empat kamar berukuran 3 x 2,5 meter. Semua kosong.

Kamar sempit itu hanya berisi kasur yang bersprei lusuh dan lemari kayu usang. "Saya nawari pijat dulu. Tapi kalau maunya langsung cucus (hubungan intim), ya, ayo," kata Yati, sambil berkali-kali memastikan keamanan warungnya dari razia. Alasannya, pemilik warung rutin membayar uang keamanan. "Warung-warung di sini buka sampai pagi," kata dia.

Sama dengan warung Yati, Dina membuka warung dengan tiga kamar "rahasia". Sopir truk tronton, Bambang ES, mengatakan tidak semua sopir truk bisa disamakan, sebagai pria hidung belang di warung remang-remang. "Mungkin ada beberapa teman seperti itu, sekadar melepas lelah," katanya.

Sejak ada teknologi Global Positioning System, kata Bambang, sopir truk ekspedisi lebih tertib. Perusahaan bisa memantau tiap pergerakan. "Kalau berhenti terlalu lama di suatu titik, kantor bisa langsung menelepon," kata dia.

Tudingan ihwal kencan di tengah perjalanan juga ditampik Jamaludin, 22 tahun, sopir truk engkel ganda jurusan Jakarta-Semarang. "Jangankan buat jajan, membayar ongkos kernet saja tidak mampu," katanya.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :