5 Efek Negatif Stres yang Bisa Ganggu Fungsi Seksual
Jakarta - Beban pekerjaan, tanggung jawab keluarga, dan masalah hubungan sosial adalah contoh hal yang biasanya menjadi sumber stres seseorang. Dalam berbagai studi, stres ini telah banyak dibuktikan berkaitan dengan masalah kesehatan termasuk di antaranya masalah seksual.
Mulai dari menghilangkan gairah sampai ke masalah yang lebih serius seperti kemandulan, berikut adalah efek-efek yang bisa ditimbulkan stres pada kehidupan seksual seseorang seperti dirangkum berikut ini:
1. Gairah Turun
Bahkan stres yang ringan sekalipun bisa memengaruhi gairah seksual seseorang. Menurut studi yang dipublikasi di jurnal Hormones and Behavior, hormon stres kortisol dapat menghambat fungsi hormon testosteron yang bertugas tingkatkan gairah seks pada laki-laki.
Dengan tingkat testosteron yang rendah seseorang biasanya akan menjadi lebih enggan terlibat dalam aktivitas seks atau memerlukan waktu lebih lama untuk 'memanaskan' gairahnya.
2. Mengurangi Kepuasan
Pada wanita terlalu lama merasakan stres bisa berdampak lebih dari turunnya gairah. Hormon oksitosin yang membuat perasaan senang saat melakukan aktivitas sebelum seks seperti foreplay dapat berkurang akibat stres seperti dibuktikan oleh studi di jurnal Hormones and Behavior.
Hormon oksitosin yang berkurang membuat wanita menjadi tidak merasakan kesenangan yang merangsang saat melakukan kegiatan seperti berpelukan atau berciuman. Hal ini bisa berujung pada pengalaman seksual yang kurang menyenangkan.
3. Sulit Orgasme
Saat tingkat hormon oksitosin turun akibat stres dan kesenangan seksual juga ikut berkurang, tubuh menjadi tidak rileks saat melakukan hubungan intim. Tubuh yang tidak rileks membuat wanita menjadi lebih sulit untuk menikmati seks sehingga orgasme pun sulit dirasakan.
Peneliti mengatakan mungkin ini yang menjadi alasan mengapa banyak wanita memalsukan orgasme saat dirinya sedang tidak ingin bercinta.
4. Kurangi kesuburan wanita
Hormon stres memiliki dampak yang parah terhadap siklus reproduksi seorang wanita. Kelenjar pituari yang mengatur kelenjar penting lainnya seperti tiroid, adrenal, dan ovari bisa terpengaruh oleh hormon stres hingga membuat siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
Karena menstruasi berantakan atau bahkan bisa berhenti, periode subur menjadi sulit diperkirakan dan kehamilan pun juga sulit dicapai.
5. Kurangi kualitas sperma
Studi yang dipublikasi di jurnal Fertility and Sterility menunjukkan bahwa stres bisa meningkatkan kemungkinan konsentrasi jumlah sperma yang rendah pada tiap ejakulasi. Selain jumlahnya rendah, sperma dari pria yang stres juga ditemukan lebih mudah mati.
Peneliti mengatakan ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama stres memicu produksi hormon glucocorticoids yang menekan hormon testosteron dan mengakibatkan produksi sperma berkurang. Kemungkinan kedua adalah hormon stres menyebabkan apa yang disebut stres oksidatif yang juga memengaruhi buruknya kualitas semen dan kesuburan.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment