Cari Jodoh Lewat Online, Orang Asia Cenderung Malu-malu
Jakarta
- Aplikasi mobile sosial seperti Tinder, BeeTalk dan yang terbaru,
Paktor, memungkinkan seseorang lebih mudah dalam mencari jodoh maupun
kencan online. Tak sekadar mencari kekasih, aplikasi-aplikasi tersebut
juga membantu menambah kenalan baru atau yang ingin sekadar perlu teman
untuk chatting.
Kecenderungan perkenalan lewat dunia maya ini
ternyata memiliki perbedaan antara para pengguna di budaya Timur dan
Barat. Jika orang Barat seperti Eropa dan Amerika Serikat rata-rata
lebih terbuka dalam berkenalan dengan orang baru, maka berbeda dengan
pengguna aplikasi cari jodoh di kawasan Asia.
Menurut CE0 dan
Co-founder Paktor Joseph Phua, orang Asia, khususnya di Asia Tenggara
cenderung tidak bisa terlalu santai dan lepas, atau malu-malu dalam
berkenalan dengan sembarang orang. Lain halnya dengan orang Barat yang
bisa lebih mudah chatting, kopi darat dan lalu kencan hanya dari melihat
foto atau profil secara singkat.
"Di Asia Tenggara, mereka tidak
hanya memedulikan foto wajah tapi lebih kepada pengguna secara pribadi.
Apa yang dia lakukan, apa yang dia sukai. Mereka lebih detail soal itu
ketimbang orang Barat," jelas Joseph, saat berbincang dengan Wolipop di
Da Vinci Tower, Jl. Jendral Sudirman.
Dari hasil pengamatannya
selama mengembangkan aplikasi mobile sosial Paktor, pria asal Singapura
ini melihat bahwa pekerjaan dan kestabilan finansial cukup berpengaruh
bagi orang Asia dalam menentukan ketertarikannya terhadap lawan jenis.
Ia memberi contoh, beberapa pengguna ada yang hanya ingin berkenalan
dengan orang dari lembaga pendidikan atau pekerjaan tertentu.
"Misalnya
saja saya dari UPH (Universitas Pelita Harapan), saya mau menemukan
teman yang dari Prasetia Mulya. Semacam itu. Tapi kalau di Amerika atau
Eropa, mungkin hal-hal itu tidak terlalu penting," tutur Joseph, yang
menciptakan aplikasi Paktor pada Juli 2013.
Berdasarkan
pengamatan Joseph dan timnya terhadap sekitar 4 juta pengguna Paktor, ia
menemukan bahwa peminat aplikasi ini 65 persennya adalah kalangan muda
dengan rentang usia 18-25 tahun. Meskipun tidak memiliki statistik atau
data yang spesifik, Joseph melihat kecenderungan pengguna aplikasi
mobile sosial dan cari jodoh di Asia Tenggara mementingkan keuangan,
pekerjaan dan tingkat pendidikan saat memilih pengguna lain yang dirasa
'match'.
"Saya tahu bahwa orang suka mencari seseorang dengan
latar belakang finansial. Titel insinyur cukup banyak. Sementara tingkat
pendidikan minimal sarjana ke atas, secara umum," tutur Joseph.
0 komentar :
Post a Comment