Aneka Kisah Mistis Pulau Biawak di Indramayu
Di Indramayu, ada Pulau Biawak yang unik karena memang banyak biawak liar tinggal di sana, mirip dengan Pulau Komodo. Tak hanya indah, ternyata pulau ini juga menyimpan banyak kisah mistis. Seperti apa?
Pulau Biawak merupakan salah satu pulau yang mempunyai ciri khas hewan Biawak atau Varanus salvator. Pulau ini juga lebih dikenal dengan sebutan pulau Rakit, Pulau Menyawak atau Pulau Bompyis. Namun, seiring dengan kemajuan jaman, pulau ini kini dikenal dengan Pulau Biawak. Hewan Biawak ini banyak dijumpai di pulau tersebut, mungkin agak mirip dengan Pulau Komodo.
Pulau Biawak ini secara administratif termasuk kedalam wilayah Desa Pabean Ilir, Kabupaten Indramayu. Pulau ini terletak di lepas pantai Laut Jawa, kurang lebih 40 km di sebelah utara Indramayu. Luas pulaunya sekitar 120 ha, terdiri dari 80 ha hutan bakau dan 40 ha hutan pantai/darat.
Pulau Biawak ini dikategorikan dalam hutan perawan karena pulau tersebut memang masih benar–benar asri dan terjaga. Walaupun akhir–akhir ini, sudah mulai adanya ancaman dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Terakhir saya ke sana didampingi Fajar pemilik akun Twitter @pulaubiawak. Dia sangat intens dengan promosi Pulau Biawak sebagai tempat wisata. walaupun dengan minimnya fasilitas dan transportasi. Penjaga pulau tersebut adalah Bapak Sumanto dan Bapak La Anang, mereka hanya berdua untuk menjaga pulau seluas ini.
Di Pulau Biawak ada mercusuar berumur 138 tahun, dibangun pada masa pemerintahan ZM Willem III pada tahun 1872. Sampai sekarang, mercusuar ini masih kokoh berdiri. walaupun telah berapa kali mengalami perbaikan. Mercusuar ini tingginya kurang lebih sekitar 65 meter, dengan lampu suar bertenaga surya.
Ada cerita mengenai populasi hewan biawak di pulau ini, menurut penjaga pulau Biawak, Bapak Sumanto, Hewan Biawak di sini bukan Biawak biasa, di antaranya ada salah satu kelompok Biawak yang dulunya asuhan dari nyonya Belanda penghuni pulau ini, dan sekarang masih ada, tetapi jarang dijumpai atau mistis.
Biawak asuhan nyonya Belanda ini menurut beliau, mempunyai ciri corak kalung berbeda di lehernya. Populasi biawak di pulau ini kurang lebih sekitar 300 ekor. Setiap pagi, hewan biawak ini hilir mudik mencari makan. Biawak–biawak ini seolah–olah sudah berteman baik dengan manusia, tetapi kalau kita mengganggu mereka pasti marah juga.
Di pulau ini juga terdapat makam ulama Syeh Syarif Hasan. Syeh Sarif Hasan ini menurut Sumanto merupakan orang Cirebon yang menyebarkan agama islam di wilayah Jawa Barat. Beliau sering bertapa di pulau ini.
Ada juga beberapa makam Belanda yang sampai saat ini belum dikenal, mungkin dulunya yang menjaga pulau tersebut. Pulau ini juga sering dijadikan sebagai tempat pesugihan bagi para manusia yang sesat.
Penjaga pulau Biawak hanya bisa menasehati, sebelum mereka melakukan niatnya tersebut. Tetapi menurut penjaga pulau tersebut kebanyakan mereka bertekad bulat dan jarang yang mempan untuk mengurungkan niatnya.
Menurut penjaga pulau ini, ada juga hewan kepiting yang ukurannya sekitar 30 cm dan berjalan sangat lamban. Kepiting ini dilarang untuk ditangkap ataupun diganggu, apalagi dikonsumsi. Kepiting ini mistis juga. Tak jarang pengunjung dapat bertemu dengan kepiting ini. Mitosnya jika kita bertemu dengan kepiting ini maka kita akan mendapat rejeki kelak.
Ada suatu cerita dari Bapak Sumanto, dia mengaku pernah melihat sesosok ular raksasa jelmaan dari Pusaka Dewi Nawang Wulan. Pusaka tersebut minta diberikan tempat. Maka Manto pun memberikan suatu tempat, yaitu pembersihan suatu lokasi sebagai tempat pusaka tersebut. Sampai sekarang, tempat tersebut masih terjaga dan sosok ular tersebut sudah tidak pernah muncul lagi.
Ada hal unik lainnya di pulau ini yaitu tentang keberadaan sumur yang airnya berwarna merah darah. Konon menurut Pak Manto, sumur ini dulunya tidak seperti ini. Dulu, kata beliau, sumur ini pernah dijadikan tempat ritual seseorang namun ritual tersebut gagal entah karena hal apa. Dengan kejadian tersebut, tak lama kemudian, sumur ini airnya berubah menjadi merah.
Setelah beberapa tahun, sumur ini menampakan warna air yang merah. Ternyata Manto suatu ketika, belum lama ini, memperoleh mimpi untuk menetralkan sumur tersebut. Dia telah membersihkan sumur tersebut dari semak belukar dan pohon – pohon besar. Tak lama kemudian, setelah beberapa bulan berjalan, sumur ini telah kembali berwarna jernih, kata beliau.
Ada satu cerita lagi, ketika KKLD Pulau Biawak ini akan dibangun. Pada saat itu, para pekerja bangunan datang dengan membawa peralatan serta bahan bangunan. Namun, sebelum itu Pak Manto telah mendengar gerombolan jin penunggu Pulau Biawak ini tertawa dan bertepuk tangan di pinggir pantai seraya berniat jahat.
Namun, para pekerja tidak mengetahui hal tersebut. Lalu, Manto menyuruh para pekerja itu balik lagi ke pelabuhan agar membawa hewan kambing untuk ritual. Tidak sembarangan untuk membuat bangunan di pulau ini, karena pulau ini masih kuat sisi gaibnya. Lalu para pekerja pulang kembali, padahal mereka belum mengerjakan apapun di pulau itu.
Setelah kejadian tersebut, para pekerja tidak diganggu. Walaupun ada sedikit gangguan, namun tidak begitu parah. Sampai sekarang bangunan–bangunan pondok bagi wisatawan masih berdiri, namun kurang terawat. Sungguh sayang sekali.
Itulah sedikit cerita sisi lain dari Pulau Biawak, percaya atau tidak. Semoga pulau Biawak bisa lebih terkenal ke depannya di kalangan para traveler.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment