Mau Beli Kerupuk? Perhatikan 5 Hal Ini!
Jakarta - Hampir tiap hari masyarakat bisa mengonsumsi kerupuk. Namun semakin bervariasinya jenis kerupuk, memerlukan kecermatan dalam memilihnya. Agar mendapatkan kerupuk yang enak.
Kerupuk dijual dalam keadaan mentah atau matang sudah digoreng. Beberapa hal ini bisa jadi panduan saat membeli kerupuk.
1. Tekstur
Bila memilih kerupuk yang sudah matang, pilihlah kerupuk bertekstur renyah, mudah dipatahkan dan lumer di mulut. Kerupuk yang sudah lama diproduksi dan dikemas umumnya akan melempem dan agak tengik.
2. Warna
Banyaknya penjual nakal yang menambahkan zat kimia berbahaya pada kerupuk membuat masyarakat harus cermat memilih. Kerupuk dengan kandungan zat pewarna tekstil biasanya berwarna sangat terang dan tampak bersinar. Jadi jauhilah kerupuk dengan ciri tersebut.
3. Bau
Jangan konsumsi kerupuk yang sudah berbau tak sedap atau tengik. Bisa jadi kerupuk tersebut sudah kadaluwarsa sehingga tak layak lagi dikonsumsi.
4. Pengolahan
Kerupuk panggang tentu lebih sehat dibanding kerupuk goreng. Pilih kerupuk yang diolah dengan cara dipanggang seperti opak atau kemplang yang bebas kolesterol.
5. Halal
Bagi muslim, harus cermat dalam memilih kerupuk kulit. Sebab kerupuk kulit ada juga yang terbuat dari kulit babi Kerupuk kulit dari babi berwarna lebih putih dan cerah. Selain itu, kerupuk kulit babi tekturnya lebih halus dengan lubang udara kecil-kecil dan lebih empuk. Sedangkan kulit sapi warnanya agak kecoklatan, pori-pori lebih besar dan kasar serta rasanya renyah cenderung keras.
Zat Pewarna Bukan Makanan di Balik Warna-warni Ceria Kerupuk
Kerupuk yang ada di pasaran tidak hanya berwarna putih. Berbagai warna ditambahkan penjual agar kerupuk menarik. Mulai dari warna jingga, kuning, pink, hingga hijau. Seperti kerupuk tersanjung, kasandra, melarat, bawang dan poleng.
Banyak konsumen suka dengan kerupuk warna warni karena renyah dan bercitarasa gurih. Namun konsumen harus berhati-hati terhadap zat pewarna buatan dalam kerupuk yang tidak aman dikonsumsi karena berbahaya bagi kesehatan.
Konsumsi makanan dengan kandungan zat berbahaya lama kelamaan bisa memicu kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Untuk itu konsumen harus berhati-hati dalam memilih makanan dengan kandungan zat berbahaya.
Cara termudah untuk mengenali bahan tambahan berbahaya adalah apabila warna kerupuk terlalu terang dan bersinar. Bila menemukan kerupuk dengan ciri tersebut, sebaiknya konsumen tidak membeli atau mengonsumsinya. Sebab zat pewarna yang biasa digunakan dalam industri tekstil dan kertas kini digunakan pada pembuatan kerupuk.
Ada berbagai jenis zat yang dipakai untuk memberi variasi warna. Diantaranya adalah Rhodamin B untuk warna merah, Methanil Yellow untuk kuning, dan Malachite Green untuk hijau. Zat-zat pewarna tersebut tidak mudah larut dalam air.
Kerupuk dengan warna-warna cerah seperti kerupuk melarat di Subang ternyata sempat ditemukan memiliki kandungan zat pewarna tekstil. Kebanyakan kerupuk ini memakai Rhodamin B yang memberi efek merah mencolok.
Tidak hanya kerupuk melarat, kerupuk singkong dari desa Senon di Purbalingga juga menggunakan pewarna tekstil. Para perajin memilih pewarna tekstil karena kerupuk mereka lebih laku di pasaran. Ketika mereka menjual kerupuk dengan pewarna makanan, kerupuk malah dikembalikan dari pasar.
Dari segi modal pun penggunaan pewarna tekstil jauh lebih ekonomis. Dengan 1 kg pewarna tekstil cukup untuk adonan kerupuk satu ton. Bila perajin menggunakan pewarna makanan, selain harga per kilo mahal, penggunaannya pun lebih boros. Sedangkan mereka ingin membuat kerupuk dengan warna mencolok dimana perlu berbotol-botol pewarna makanan.
Padahal penggunaan berbahaya tidak hanya berdampak untuk konsumen. Perajin dampat terkena efeknya jika bersentuhan langsung dengan zat berbahaya tersebut dalam jangka panjang.
Tanpa Digoreng, Kerupuk-kerupuk Ini Bebas Kolesterol dan Tetap Renyah
Jakarta - Meski identik dengan digoreng, nyatanya tak semua kerupuk dimasak dengan minyak sayur panas. Ada yang dibakar di atas bara api, dipanggang, disangrai dengan pasir, atau dipanaskan dengan oven microwave.
Karena tak menggunakan minyak, kerupuk-kerupuk ini diklaim bebas kolesterol. Apalagi teksturnya tetap renyah enak. Kriuk kriuk!
1. Opak
Opak terbuat dari tepung beras, tepung ketan, atau singkong yang diberi bumbu penyedap. Jenis kerupuk dari Jawa Barat ini terbuat dari adonan tepung beras dan bumbu yang dibentuk lembaran tipis, dikeringkan, lalu dibakar di atas bara api hingga renyah.
2. Kemplang panggang
Kemplang asal Palembang terbuat dari tepung tapioka, ikan berdaging putih, dan bumbu. Adonannya dibentuk seperti lenjer atau silindris panjang, diiris-iris, dijemur, lalu dipanggang di atas bara api.
3. Kerupuk melarat
Selain warna putih, kuning, dan pink yang menjadi ciri khasnya, kerupuk melarat juga dikenal akan proses pemasakannya yang unik. Kerupuk yang terbuat dari tepung tapioka, bumbu, dan pewarna ini 'digoreng' dengan pasir bersih. Sedikit jejak pasirpun kadang tampak di kerupuk asal Cirebon ini.
4. Kerupuk microwave
Kalau ingin tetap menikmati renyahnya kerupuk tanpa menambah asupan minyak, Anda bisa mencoba mematangkan dengan oven microwave. Kerupuk udang dan kemplang umumnya bisa mekar dipanaskan dengan cara ini, namun jenis kerupuk lain perlu diuji coba terlebih dahulu. Untuk kerupuk yang tipis seperti kerupuk udang, panaskan selama 20 detik. Sementara itu, kerupuk yang tebal seperti kemplang bisa mekar dengan pemanasan selama 30 detik.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment