Rahasia Tersembunyi Sukses Ahli Seks Oral Dari Nol Jadi Gahar !!

Seks Oral, Variasi Bercinta yang 'Jijik' Tapi Banyak Disuka Pasutri

Jakarta, Normalnya, hubungan seks suami istri hanya melibatkan organ genital. Penis pada laki-laki, dan vagina pada perempuan. Namun tidak sedikit pasangan yang menginginkan variasi, lalu mulut menggantikan peran organ genital dan jadilah seks oral.

Pengamat kesehatan seksual dari Universitas Tarumanegara, Dr Andri Wanananda, MS mengatakan bahwa seks oral secara umum dibagi menjadi 2 macam. Laki-laki melakukannya pada perempuan, atau sebaliknya perempuan melakukannya pada laki-laki.

"Cunnilingus itu kalau lelaki melakukan seks oral pada perempuan, kalau fellatio sebaliknya perempuan yang melakukan oral seks kepada laki-laki," kata Dr Andri.

Sekilas tampak sederhana, namun di balik itu ada banyak hal yang menarik untuk dibahas. Mengingat fungsi mulut utamanya bukan untuk berhubungan seks, tentu ada banyak keterbatasan dan kekurangan. Di antaranya rasa jijik, terutama pada yang melakukan.

Namun demikian, tidak sedikit pula pasangan suami istri yang menyukainya. Sensasi yang berbeda dari hubungan seks yang biasa, umumnya menjadi alasan pada pasangan untuk melakukan variasi bercinta seperti ini. Ada yang melakukannya sebagai pemanasan saja, ada pula yang menjadikannya 'menu' utama.

Meski banyak yang melakukan, seks oral bagaimanapun tetap dianggap tabu untuk dibicarakan. Dan karena itu pula, banyak hal tentang seks oral yang dipahami dengan keliru oleh sebagian orang. Kekhawatiran bakal hamil setelah melakukan seks oral misalnya, merupakan salah satu mitos yang berkembang akibat kurangnya pemahaman tentang hal itu.

Ulasan khas kali ini akan mengungkap berbagai hal tentang variasi bercinta dengan mulut. Keterkaitan seks oral dengan berbagai gangguan kesehatan juga akan diulas oleh sejumlah pakar, mulai dari ahli onkologi hingga dokter gigi.

Seksolog: Harus Ada Pembuahan, Seks Oral Takkan Sebabkan Kehamilan


Jakarta, Tak semua pasangan mau melakukan seks oral. Pertimbangannya juga beragam, ada yang mengaku jijik, kotor hingga takut hamil karena terkadang harus menelan sperma. Namun mungkinkah ini terjadi?

"Seks oral itu sebenarnya sama dengan aktivitas seksual yang lain seperti saling masturbasi, ciuman, rabaan, dan pelukan. Dan tidak mungkinlah terjadi kehamilan hanya dengan tertelan atau menelan sperma. (Karena)kehamilan hanya akan terjadi kalau ada pembuahan sel telur oleh spermatozoa. Jadi harus melalui hubungan seksual," tegas Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS.

Namun Ketua Bagian Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu tak menampik bila pernah mendengar sebuah kasus tentang seorang gadis berusia 15 tahun di Lesotho, Afrika yang dinyatakan hamil setelah menelan sperma.

Tak tanggung-tanggung, kasus yang berlangsung pada tahun 1988 itu bahkan tercatat dalam sebuah jurnal kenamaan, British Journal of Obstetrics and Gynecology dan sempat menggegerkan dunia medis kala itu.

Dalam jurnal disebutkan, dokter menduga sperma yang ditelan oleh gadis bernama Bauer Griffin itu masuk melalui lambung dan 'berenang' menuju bagian reproduksinya tanpa mengalami kerusakan karena terlindung oleh air liur.

Meski begitu, banyak dokter dan pakar yang kurang percaya dengan kredibilitas kasus ini. Bahkan pakar obstetri dan ginekologi dari New York University School of Medicine, Dr Manny Alvarez sepakat bila hal ini tidaklah masuk akal.

Mengapa begitu? Pertama, Dr Alvarez yakin tingkat keasaman perut akan menciptakan lingkungan yang tidak konsisten untuk sperma sehingga ia tak bisa bertahan hidup. Kedua, anatomi lambung dan letaknya yang berjauhan dengan tuba falopi memperkecil kemungkinan bagi sperma masuk dan melakukan proses pembuahan secara normal.

Lagipula menurut Prof Wimpie, sperma hanya akan menempel pada dinding rahim jika melalui saluran vagina. “(Dan) kalau sperma tertelan dan masuk ke lambung, harusnya kan keluar lewat anus, tidak mungkin masuk ke dalam rahim,” ujarnya.

Lalu apakah ejakulasi di dalam mulut dan menelan sperma akan menimbulkan risiko tertentu? "Risiko buruknya memang mungkin saja ada. Risiko itu ada ketika suami atau istrinya pernah terkena infeksi sebelumnya. Kalau ternyata masing-masing ada infeksi, pasangan yang melakukan seks oralnya bisa terkena infeksi juga, seperti infeksi mulut," jelas dr Nugroho Setiawan, SpAnd dari RSUP Fatmawati Jakarta.

Beruntung dr Nugroho mengatakan infeksi pada mulut atau kelamin akibat seks oral takkan sampai menyebabkan kanker. Namun ia mengingatkan setidaknya sebelum pasangan melakukan seks oral, keduanya diminta untuk memeriksakan diri atau memastikan pernah terkena infeksi ataupun tidak.

Mencegah Penyakit Kelamin, Perlukah Pakai Obat Kumur Setelah Seks Oral?

Jakarta, Asal kebersihan mulut dan alat kelamin dijaga dengan baik, seks oral dianggap aman untuk dilakukan pasangan suami istri. Lantas perlukah pasutri berkumur dengan mouthwash (obat kumur) setelah melakukan seks oral agar bebas dari bakteri jahat?

Seks oral menjadi berbahaya bila faktor higienitas dari alat kelamin dan mulut diabaikan. Masalahnya, alat kelamin dan mulut sering menjadi sarang kuman. Bila kebersihannya tidak dijaga dengan baik, seks oral bisa menjadi sarana penularan penyakit dari kelamin ke mulut, atau sebaliknya.

"Seks oral itu dilihat letak kebersihan atau kotoran, kan ada penularan bakteri. Kalau dari perempuan yang banyak trikomoniasis, kalau dari yang lelaki sifilis. Atau penyakit lainnya yang ada di tubuh masuk ke mulut, apalagi kalau mulutnya juga kotor. Jadinya bisa merusak keadaan habitat mulut itu sendiri," jelas Prof Heriandi Sutadi, drg, SpKGA (K), PhD, Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI).

Menurut Prof Heriandi, obat kumur memang bagus untuk membersihkan infeksi di gigi, sekaligus melindungi dari infeksi yang menular lewat seks oral. Namun harus diperhatikan saat memilih obat kumur. Prof Heriandi menyarankan sebaiknya pilih obat kumur yang bisa digunakan sebagai obat pembunuh bakteri, bukan hanya penyegar mulut saja.

Senada dengan Prof Heriandi, Prof Dr drg Melanie S. Djamil, M.Biomed, juga memiliki pendapat yang sama. Menurutnya obat kumur bisa mencegah infeksi yang menular lewat seks oral asal dilakukan dengan segera dan saat bakteri belum terlalu masuk ke dalam rongga mulut.

"Mungkin kalau segera dan belum masuk ke dalam rongga atau belum terlalu masuk ke dalam mungkin bisa. Tetapi tidak menjamin 100 persen. Penggunaan karet pelingdung saja bisa bocor, jadi ini sama saja tidak ada yang bisa menjamin 100 persen," tutur Prof Melanie, dokter gigi dan dekan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

Cara terbaik untuk menghindarinya menurut Prof Heriandi adalah dengan tidak melakukan seks oral. Kedua, dengan menggunakan kondom agar tidak bersentuhan secara langsung.

"Ya paling tidak harus dengan pasangannya sendiri, lakukan dengan cara-cara yang wajar. Pasangan kita juga harus bersih kalau mau melakukan hal seperti itu, agar tidak ada (penyakit) yang (menular) ke diri kita. Kadang seseorang kan suka tidak yakin apakah pasangannya bebas atau tidak dari hal-hal demikian," terang Prof Melanie.

Cegah Infeksi Mulut Saat Seks Oral? Perkuat Imun, Tak Harus Pakai Dental Dam

Jakarta, Beberapa pasangan suami istri enggan melakukan seks oral karena takut terkena infeksi di bagian mulutnya. Untuk itu, sebagian dari mereka pun mengakalinya dengan menggunakan dental dam. Apa kata dokter gigi?

Dental dam atau lateks penutup gigi adalah lembaran penutup gigi. Alat ini bisa juga digunakan pada vagina saat seks oral. Meski disebut-sebut tidak akan 'menggangu' kenikmatan seks oral dan bebas efek samping, dokter gigi justru lebih menyarankan Anda untuk lebih memanfaatkan sistem kekebalan alami tubuh.

"Kebersihan rongga mulut harus ada pencegahannya, penyakit yang ada di rongga seksual memang suka mampir. Seperti misalnya herpes atau kelainan AIDS. Untuk pencegahan, kekebalan tubuh yang harus ditingkatkan," ujar Prof Dr Drg Hj Melanie S. Djamil, MBiomed, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, saat berbincang.

Menurut Prof Melanie, penggunaan segala macam produk atau alat yang sifatnya mencegah terjadinya luka dan
lain-lain, tetap akan kembali pada daya tahan tubuh si penggunanya. Kalau sedang turun, sedikit saja ada luka di rongga mulut maka sulit sembuh. Kondisi ini bahkan bisa berlanjut menjadi lebih parah.

"Termasuk penggunaan dental dam. Semuanya kembali lagi kepada baik atau tidaknya sistem kekebalan tubuh pemakai. Soalnya dental dam itu kan hanya dari luar saja. Harus diperhatikan kebersihan dan kesehatan pasangan," pesan Prof Melanie.

Kelebihan dental dam menurut Prof Melanie paling tidak membuat alat kelamin dan mulut menjadi tidak berkontak langsung. "Tapi kan cairan yang dikeluarkan bisa mengalir, nah itu kita tidak tahu di dalamnya (penyakitnya -red-). Yang pasangannya saja kadang tidak tahu pasangannya ini mengidap apa, apalagi yang bukan pasangannya," lanjutnya.

Lagipula Prof Melanie menuturkan bahwa dental DAM masih belum dijual bebas di Indonesia. Kemungkinan paling dekat hanya ada di luar negeri atau Singapura.

Jadi, jika Anda memang berencana untuk melakukan seks oral dengan suami atau istri, ada baiknya Anda mempertimbangkan untuk menerapkan pola hidup sehat. Dengan begitu, sistem kekebalan tubuh akan meningkat dan tubuh Anda secara alami terhindar dari risiko-risiko infeksi akibat seks oral.

Sensasi Berbeda Menjadi Alasan Pasutri Lakukan Seks Oral

Jakarta, Seks oral memang bukan teknik baru dalam dunia bercinta. Baik perempuan ataupun laki-laki biasanya menikmati aktivitas tersebut. Lalu apa sebenarnya alasan pasangan suami istri menikmati seks oral?

Pakar seksologi dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpKFR, MKes mengatakan bahwa sensasi berbeda yang dimiliki oleh mulut menjadi alasan sebagian orang melakukan seks oral. Sebabnya, banyak saraf yang berada di area mulut.

"Mulut mempunyai banyak saraf, ada saraf perasa, ada saraf peraba. Karena banyak syarafnya, rasanya juga sangat halus. Kalau dengan bibir akan berbeda rasanya jika melakukannya dengan tangan," tutur dr Ferryal.

Sementara itu, konsultan seksologi, dr Andri Wananda mengatakan bahwa sebenarnya, seks oral hanyalah variasi saja dalam melakukan hubungan yang termasuk ke dalam kategori foreplay atau pemanasan sebelum akhirnya melakukan penetrasi.

"(Seks oral) sebenarnya variasi saja di dalam hubungan, termasuk foreplay permainan pendahuluan agar birahinya tinggi sebelum melakukan penetrasi. Jadi foreplay bisa pakai tangan, lidah, atau bibir," terang dokter yang juga pengajar di Universitas Tarumanegara tersebut.

Jika hanya variasi, lalu apa kelebihan seks oral daripada bentuk-bentuk foreplay lainnya? dr Ferryal mengatakan bahwa dengan banyaknya saraf di daerah mulut, tentunya orang akan lebih mudah terangsang. Yang harus diingat adalah faktor rangsangan tersebut tidak hanya berlaku bagi pasangan, namun juga bisa menjadi faktor perangsang bagi yang melakukannya.

"Orang melakukan oral seks bukan hanya untuk menyenangkan pasangannya saja, tetapi dia juga menikmati. Jadi bukan dia memberikan kenikmatan kepada pasangan tapi justru dia juga senang, merasakan enaknya dengan mencium, lalu terangsang, sehingga dia bisa mencapai kepuasan seksual," urai dokter yang juga konsultan di Klinik Seks Kamar Sutera tersebut.

Namun patut diingat, melakukan seks oral tentunya tidak bisa lepas dari ancaman infeksi penyakit menular. dr Ferryal mengatakan bahwa risiko penularan penyakit melalui seks oral lebih besar karena begitu masuk ke mulut, kuman dan bakteri akan langsung masuk ke tubuh.

"Kalau ada yang kotor, penyakit, atau kuman maka tidak boleh pakai mulut, kalau pakai mulut (kuman) akan cepat masuk ke dalam badan," terangnya.

Bisa Tularkan Infeksi, Ini Pesan Dokter Jika Pasutri Ingin Lakukan Seks Oral

Jakarta, Aktivitas seksual seperti hubungan intim atau masturbasi, bisa saja menimbulkan risiko penularan infeksi pada pasangan. Dengan memanfaatkan mulut saat bercinta, penularan infeksi pada pasangan suami istri juga bisa terjadi melalui seks oral.

"Selama ini HIV dan yang lain itu tidak ada yang menular melalui mulut. Tapi bisa saja jika terjadi penularan berupa infeksi jamur," tutur seksolog Dr dr Andri Wanananda, MS.

Menurut dr Andri, selama ini HIV-AIDS ditularkan melalui hubungan seksual penis ke vagina. Sehingga penularan melalui lidah lewat seks oral belum ditemukan.

dr Andri mencontohkan ketika ada wanita positif HIV pasangannya melakukan seks oral, maka tidak ada penularan lewat kelenjar ludah. Justru penularan terjadi jika penis berhubungan bisa langsung.

Meski demikian, seksolog yang juga menjadi staf pengajar di Universitas Tarumanegara ini mengingatkan pasangan suami istri tetap waspada jika ingin melakukan seks oral.

"Kan bukan infeksi ini saja, ada infeksi jamur, bisa kena sariawan kalau vagina atau penisnya kotor. Dijaga kebersihannya, kebersihan bibir, lidah, dan mulut," lanjut dr Andri.

Senada dengan dr Andri, dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpKFR, MKes menyatakan semua penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur bisa saja tertular melalui aktvitas seks oral. "Jadi bukan hanya penyakit kelamin saja, di luar kelamin juga bisa. Oral itu kan tidak selalu di kelamin, tapi kalau di kelamin cepat sekali menyebarkan penyakit kelamin," tandas dr Ferry.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :