Susah Menahan Pipis Sampai Ngompol? Begini Cara Mengatasinya
Jakarta, Inkontinensia urine mungkin tidak seberapa mematikan seperti halnya kanker atau penyakit jantung. Namun karena sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan bisa mengurangi produktivitas, maka tetap harus diatasi. Bagaimana caranya?
"Cara mengatasinya itu ya tentu saja harus pergi ke dokter," kata dr Chaidir A Mochtar SpU, PhD dari RS Cipto Mangunkusumo.
Sekedar untuk mendapatkan diagnosis, dr Chaidir menyarankan untuk datang ke dokter umum. Namun untuk penanganan lebih lanjut, disarankan untuk mendatangi spesialis urologi atau uroginekologi. Bisa juga ke urologi pediatrik jika pasiennya anak-anak.
Tindakan yang diberikan bisa berupa pemberian obat-obatan, bisa juga dengan operasi. "Intinya harus dilihat dulu bagaimana kondisinya. Karena tiap jenis inkontinensia urine, tidak selalu sama," jelas dr Chaidir.
Pakar kesehatan dari RS Darmo Surabaya, dr M Ayodia Soebadie, SpU mengatakan bahwa latihan kegel juga bisa dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urine. Bahkan menurutnya, latihan kegel justru lebih bai dibandingkan pengobatan karena tidak memberikan efek samping.
"Kegel yang dilakukan harus bertujuan untuk memperkuat otot dasar panggul ya, bukan untuk memperkuat otot perut," kata dokter yang akrab disapa dr Yodi ini.
Latihan kegel yang dimaksud dr Yodi tidak boleh sembarangan, harus dilakukan dengan bantuan dokter spesialis rehabilitasi fisik atau fisioterapis. Dan yang tidak kalah penting, pasien juga akan diminta untuk menyesuaikan gaya hidupnya.
Inkontinensia Urine, Ketika Rasa Ingin Pipis Tak Bisa Ditahan
Jakarta, Menahan pipis memang tidak dianjurkan, tetapi sering dilakukan dalam kondisi tertentu misalnya sedang sangat sibuk. Bagi sebagian orang, sesibuk apapun pipis tidak bisa ditahan karena jika dipaksakan risikonya adalah ngompol.
Di dunia medis, ketidakmampuan menahan pipis disebut dengan istilah inkonsistensia urine. Pakar kesehatan dari RS Cipto Mangunkusumo, dr Chaidir A Mochtar SpU, PhD menjelaskan beberapa pemicunya, mulai dari tekanan hingga kandung kemih yang terlalu aktif.
"Yang pertama inkontinensia urine yang terjadi karena ada desakan ingin berkemih," kata dr Chaidir.
Pada kondisi ini, rasa ingin pipis tidak bisa ditahan. Menurut dr Chaidir, inkontinensia urine jenis ini paling banyak terjadi namun tidak disadari oleh banyak orang. Biasanya dikaitkan dengan kandung kemih yang terlalu aktif, sehingga memang sering pipis.
Penyebab berikutnya adalah tekanan, yang biasanya dipicu oleh tekanan intraabdominal atau dari dalam perut. Pada jenis inkontinensia ini, batuk, bersin, atau bahkan tertawa bisa dengan mudah membuat seseorang terkencing-kencing. Apapun yang menyebabkan perutnya mengeras, bisa menyebabkan ngompol.
Berikutnya, inkontinensia urine yang juga sering tidak disadari adalah inkontinensia yang dipicu oleh perluapan pada kandung kemih. Seseorang dengan kondisi ini cenderung tidak menyadari bahwa kandung kemihnya penuh, sehingga tiba-tiba mengompol tanpa disadari.
"Ibaratnya sudah 'dol' (rusak kerannya) itu kandung kemihnya," jelas dr Chaidir.
Inkontinensia juga bisa berhubungan dengan kandung kemih dan rahim. Biasanya terjadi pada wanita setelah melahirkan. Pada wanita yang sudah melahirkan lebih dari 3 kali, risiko inkontinensia urine jenis ini cenderung makin meningkat.
Sementara itu, dr M Ayodia Soebadie, SpU dari RS Darmo Surabaya menambahkan jenis inkontinensia urine total. "Biasanya disebabkan oleh adanya lubang karena operasi atau kanker sehingga kandung kemihnya itu memang sudah bocor," kata dr Yodi, demikian ia biasa disapa.
Trik Agar Orang Dewasa Tak Gampang Ngompol di Malam Hari
Jakarta, Ngompol adalah kebiasaan anak kecil dan orang dewasa manapun yang 'masih' mengalaminya pasti ditertawakan. Padahal ini tergolong wajar, apalagi bila usianya sudah senja. Itupun biasanya hanya terjadi di malam hari. Lalu bagaimana cara menanggulanginya?
"Biasanya kita anjurkan jangan terlalu banyak minum sebelum tidur. Kalau mau minum setengah sampai satu jam sebelum tidur. Terus kalau tidur pipis dulu, unutk mengurangi risiko terbangun pada malam hari. Jadi ada lifestyle modification," papar dr Chaidir A Mochtar, PhD, SpU.
Dokter spesialis urologi yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo tersebut menambahkan bahwasanya lansia yang kerap kebelet buang air di malam hari baiknya tidak meminum teh atau kopi sebelum tidur. Hal ini juga berlaku untuk minuman seperti soda dan alkohol.
"Minuman jangan yang manis, nanti konsentrasi gula di dalam darah jadi tinggi, lebih meningkat, (sehingga) yang difiltrasi darah juga jadi lebih banyak. (Selain itu) kopi mengandung kafein yang membuat pembuluh darah lebih cepat mengalirkan darah ke dalam ginjal, hingga filtrasinya lebih banyak, (padahal) hasil filtrasinya itu urine," jelas dr Chaidir.
Kolega dr Chaidir, dr Harrina E. Rahardjo, PhD, SpU juga mengamini hal itu dan mengatakan bahwa minuman terbaik untuk orang yang sering kencing di malam hari adalah air putih.
Akan tetapi Profesor Hiromi Shinya MD, pakar enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine, AS mengatakan minum air putih sebaiknya tidak dilakukan sebelum tidur.
"Biasakanlah tidur dengan perut kosong karena tenggorokan dirancang agar tidak ada yang masuk ke dalamnya selain udara. Jika masih ada makanan atau minuman, isi lambung akan meluap naik menuju kerongkongan saat Anda merebahkan diri. Saat itu terjadi, saluran pernapasan akan menyempit dan menghentikan pernapasan Anda untuk mencegah isi lambung memasuki tenggorokan," jelasnya dalam buku The Miracle of Enzyme.
Menurutnya, yang harus diperhatikan adalah minum air setelah bangun tidur karena cairan yang hilang harus cepat diganti saat bangun tidur. Kalaupun sangat haus, minum air putih hanya boleh dilakukan satu jam sebelum waktu tidur.
Ini Dia Sebabnya Meski Sudah Dewasa Tapi Masih Ngompol
Jakarta, Ngompol baik di siang atau malam hari memang identik dengan anak-anak terutama bagi si kecil yang berusia di bawah lima tahun. Meski demikian, pada orang dewasa, kejadian ngompol pun tak jarang ditemui.
Khususnya ngompol di malam hari, memang sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) dan berkaitan dengan perubahan metabolik atau penyakit yang berhubungan dengan berubahnya hormon sehingga produksi urine meningkat, demikian diutarakan dr Chaidir A Mochtar SpU, PhD dari RSCM.
"Ada orang-orang yang malam hari produksi urinenya terlalu penuh. Ada juga karena penyakit lain yang kandung kemihnya hiperaktif, walaupun hanya sedikit atau belum penuh tapi kandung kemihnya sudah ingin berkontraksi, itu bisa menyebabkan ngompol," kata dr Chaidir.
Dihubungi terpisah, dr M. Ayodia Soebadie, SpU dari RS Darmo Surabaya menuturkan kejadian mengompol pada pria perlu dilihat apakah dia pernah operasi, stroke, atau mungkin pernah kecelakaan yang menyebabkan dasar tulang panggulnya mengalami cedera hebat.
Sehingga, terkadang mengakibatkan robeknya saluran kencing terutama di otot yang berguna untuk mencegah ngompol. Lain lagi dengan wanita di mana penyebab ngompol biasanya dibedakan menjadi tiga.
"Pertama apakah ngompol terjadi saat sedang beraktivitas atau Stress Urinary Incontinence, bukan stres kencing tapi stres penyumbatan tekanan di dalam perut," tutur pria yang akrab disapa dr Yodi ini.
Ia mencontohkan, perempuan usia 35-40 tahun yang pernah melahirkan anak pertama seberat 4 kg, anak kedua 4 kg, dan proses bersalin, nantinya anak ketiga memang akan lahir normal. Tapi dalam proses melahirkannya, menggunakan banyak struktur dasar otot panggul sehingga bisa bungkuk atau mengompol misalnya.
"Ngompol bisa dialami orang yang saluran kencingnya hiperaktif atau mengalami infeksi saluran kencing juga bisa ngompol. Kalau stress incontinence biasanya batuk terus langsung ngompol. Ngompol juga bisa dialami pria yang habis operasi prostat," imbuh dr Harrina E. Rahardjo, SpU, PhD dari Divisi Urologi RSCM/FKUI.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment