Ini Sebabnya Rasa Makanan di Pesawat Tak Seenak di Darat
Jakarta - Mengapa makanan dalam pesawat selalu terasa tidak seenak makanan di darat? Bagaimana dan mengapa tekanan udara di dalam kabin selalu dikontrol? Inilah sejumlah fakta mengenai penerbangan yang perlu anda ketahui.
1. Di ketinggian 10 KM anda sudah dekat dengan luar angkasa.
Saat berada di ketinggian stabil, atau dikenal dengan cruising altitude, yaitu sekitar 10 KM di atas permukaan laut, anda sebenarnya sudah sangat dekat dengan luar angkasa.
Tak ada definisi ketat mengenai batas luar angkasa sebab atmosfir bumi juga tidak serta-merta berkurang secara drastis. Namun menurut Federation Aeronautique Internationale (FAI), seseorang bisa disebut sebagai astronot jika telah mencapai Garis Karman, yaitu ketinggian 100 KM di atas permukaan laut.
Di ketinggian itu, udara tinggal 0,01 persen. Stasiun Luar Angkasa Internasional biasanya berada di ketinggian 370 KM.
2. Mengapa tekanan udara dalam kabin selalu dikontrol.
Tubuh manusia tidak terlatih untuk menghirup dan menghembuskan oksigen dalam kondisi tekanan udara yang rendah.
Sebagai mahluk darat, manusia akan kehilangan kesadaran dalam 3 menit saja, jika berada dalam kondisi ketinggian 8,5 KM di atas permukaan laut. Kecuali jika mereka menghirup oksigen yang telah diperkaya udara.
Karena itulah, pesawat komersial selalu menjaga tekanan udara dalam kabin agar sama dengan tekanan udara pada ketinggian 2,4 KM. Pesawat selalu menyerap udara segar dari luar pesawat dan mengatur tekanannya.
Udara di luar pesawat sangat dingin dan kering, sehingga saat diserap masuk ke pesawat dihangatkan terlebih dahulu dan dicampur dengan udara yang tersaring dari kabin.
Udara kering yang diserap dari luar pesawat, menjelaskan mengapa tingkat kelembaban dalam kabin sangat rendah, kurang dari 20 persen. Sirkulasi udara dari luar dan dari kabin ini terjadi setiap beberapa menit.
Pesawat modern seperti jenis Boeing Dreamliner bahkan didesain untuk memiliki tekanan udara kabin setara dengan tekanan udara di ketinggian 1,8 KM.
3. Inilah penjelasan mengapa makanan dalam pesawat tidak seenak makanan di darat.
Cobalah bereksperimen. Santap makanan dalam pesawat, lalu minta satu lagi dan santap di darat beberapa saat kemudian. Rasanya pasti berbeda, meskipun manakannya sama belaka.
Indera perasa dan penciuman menjadi kurang sensitif saat anda terbang. Hal ini disebabkan karena pengaruh tekanan udara yang rendah di dalam kabin. Sehingga mengurangi kemampuan indera kita untuk menikmati rasa asin, kecut, pahit, dan manis.
Untuk mengatasi hal ini, itulah sebabnya makanan dalam pesawat selalu dibuat panas sebelum disajikan.
Ada yang menyarankan cara sederhana mengatasi hal ini saat makan dalam pesawat adalah menambah lebih banyak garam atau gula ke makanan atau minuman untuk memperkuat rasanya.
4. Harga tiket terserap 45 persen untuk menutupi biaya bahan bakar.
Bahan bakar pesawat jet dicampur dengan zat anti oksidan dan anti beku. Biasanya diproduksi secara sintetis, dan sejumlah maskapai penerbangan kini mulai menjajaki pencampuran bahan bakarnya dengan bahan bakar ramah lingkungan.
Kalangan industri penerbangan menarget tahun 2020 sebagai batu loncatan untuk menerapkan bahan bakar yang bebas karbon. Komponen bahan bakar pesawat menyerap 45 persen dari biaya tiket yang anda bayar.
5. Mesin pesawat jet modern semakin canggih.
Awalnya mesin jet bekerja berdasarkan prinsip menyerap udara ke turbin, dan perpaduan dengan bahan bakar akan menghasilkan tenaga dengan kecepatan jet.
Namun, kini mesin jet modern telah diperkuat dan disempurnakan. Turbin dan mesin jet masih menjadi inti, namun tenaga yang dihasilkan kebanyakan digunakan untuk memutar kipas besar di depan mesin. Kipas besar ini berfungsi sebagai pendorong.
Kebanyakan pesawat bermesin pendorong juga diperkuat dengan turbin gas, sehingga mereka tetap menggunakan mesin jet juga.
6. Ada turbin kecil di ekor sejumlah pesawat.
Pesawat berbadan lebar biasanya memiliki turbin gas yang terletak di ujung ekornya.
Ini disebut sebagai APU (Auxiliary Power Unit), dan tidak berfungsi untuk mendorong laju pesawat, melainkan untuk membangkitkan listrik dan menjadi mesin AC saat mendarat.
APU bisa juga digunakan untuk menyalakan mesin utama pesawat tanpa bantuan dari kru darat, ini sangat berguna di bandara-bandara kecil.
APU tidak digunakan saat terbang, namun bisa dinyalakan dalam keadaan darurat untuk menyediakan tenaga bagi sistem kendali pesawat.
7. Pesawat modern semakin ramah lingkungan.
Pengukuran tingkat efisiensi bahan bakar pesawat sangat kompleks sebab banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Misalnya, berat muatan pesawat, berapa banyak bahan bakar yang harus dibawa, kepadatan lalu-lintas penerbangan, dan lainnya.
Namun baik Boeing maupun Airbus sama-sama mengaku pesawat model terakhir mereka hanya menghabiskan 3 liter/100 KM/penumpang, yang artinya sama dengan mobil yang paling efisien saat ini.
8. Fungsi lengkungan di ujung sayap
Sayap pesawat berfungsi menaikkan pesawat dengan cara menciptakan tekanan tinggi di bawah sayap, namun proses ini sekaligus menimbulkan turbulensi di ujung sayap yang menyebabkannya tidak efisien.
Lengkungan di ujung sayap yang disebut Winglets berfungsi mengurangi turbulensi. Lengkungan ini meningkatkan daya menaikkan ketinggian pesawat dan pada saat bersamaan menurunkan guncangan.
Artinya, dengan lengkungan itu, semakin sedikit tenaga yang dibutuhkan dari mesin, mengurangi kebisingan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.
9. Di ketinggian 11 KM jarak pandang anda mencapai 375 KM.
Jarak pandang manusia di ketinggian bisa dihitung tergantung pada radius permukaan Bumi. Sehingga perhitungannya dilakukan dengan rata-rata. Biasanya layar monitor di tempat duduk penumpang memberikan informasi mengenai ketinggian pesawat.
Jika menengok ke luar jendela pesawat dan melihat ke bawah, cobalah melihat suatu objek di posisi kemiringan 45 derajat. Kurang lebih setinggi itulah pesawat anda dari permukaan bumi.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment