Ini Penyebab Semakin Bertambah Umur Makin Sulit Tidur
Jakarta - Tidur menjadi salah satu kegiatan penting yang pasti dilakukan oleh semua orang. Idealnya, waktu tidur yang diperlukan adalah tujuh sampai delapan jam setiap harinya. Tetapi, telah menjadi rahasia umum bahwa semakin bertambah usia seseorang, semakin sedikit waktu tidur yang didapat.
Ada banyak alasan waktu tidur semakin berkurang seiring pertambahan umur. Penyebabnya di antaranya pengaruh obat, tekanan psikologis, masa pensiun atau sekadar teori sederhana yang menyatakan bahwa orang yang sudah berumur memang hanya memerlukan waktu tidur lebih sedikit.
Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Beth Israel Deaconess Medical Center yang bekerja sama dengan University of Toronto, Kanada mengatakan, terdapat alasan kuat di balik berkurangnya waktu tidur ini yang berkaitan dengan ilmu neurologi dalam bidang kedokteran. Alasan yang dijelaskan adalah terdapatnya sekelompok neuron atau sel-sel saraf yang terkait untuk mengatur pola tidur. Dalam istilah kedokteran biasanya disebut dengan nukleus preoptic ventrolateral. Sel-sel saraf ini perlahan-lahan menjadi tidak berfungsi seiring dengan bertambahnya usia.
"Semakin banyak Anda kehilangan sel saraf ini akibat penuaan, semakin sulit waktu untuk tidur," jelas Clifford Saper, M.D., Ph.D. selaku pimpinan dari ilmu neurologi di Beth Israel Deaconess Medical Center.
Profesor Clifford mencacat bahwa ketika orang-orang memasuki usia 70-an, mereka umumnya tidur satu setengah jam lebih sedikit dari yang biasanya dilakukan di usia 20-an. "Mereka tidak merasa beristirahat. Mereka bangun karena meresa tidak bisa tidur lebih lama lagi, tetapi mereka tetap merasa lelah di siang hari. Kondisi seperti ini biasa disebut insomnia kronis," jelasnya.
Penemuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Brain ini, profesor Clifford juga mengaitkan matinya sel-sel saraf yang menjadikan waktu tidur terganggu. Hal ini diuji coba oleh tikus percobaan di laboratium dan menemukan bahwa hewan yang tidak memiliki sel-sel saraf rentan terkena insomnia.
Percobaan inipun diterapkan kepada sejumlah manusia. Dia meneliti hampir dari seribu responden yang mengalami penurunan daya ingat dan penuaan. Sebagai bagian dari penelitian, para responden telah setuju untuk memakai perangkat penelitian seukuran jam tangan selama 7 sampai 10 hari, setiap dua tahun sekali, untuk merekam semua kegiatan mereka. Responden pun setuju, ketika wafat, otak mereka akan didonasikan untuk kepentingan penelitian.
Selanjutnya, profesor Clifford memilih 45 buah otak untuk diperiksa berdasarkan keutuhan sel-sel saraf. Pertama yang ia lakukan adalah memberi tanda di bagian otak untuk menemukan inti sel saraf, yang letaknya sama persis dengan bagian otak hewan percobaan. Lalu ia menghubungkan sel-sel saraf yang ditemukan di bagian otak untuk menghimpun data dari kegiatan yang dilakukan di tahun terakhir responden hidup. Profesor Clifford menemukan semakin banyak sel-sel saraf yang dimiliki, semakin sering orang mempunyai waktu untuk tidur. Orang-orang yang mempunyai waktu tidur lebih lama mempunyai sel-sel saraf lebih dari 6.000.
Penemuan lain yang penting dari penelitian ini adalah, hubungan antara sel-sel saraf dan waktu tidur yang sedikit ditemukan pada orang yang meninggal dengan penyakit alzheimer. "Sangat mengejutkan bahwa orang-orang yang mengidap penyakit alzheimer kehilangan sel-sel saraf dengan cepat. Mereka mempunyai lebih sedikit sel-sel saraf dan waktu tidur yang dimiliki pun terganggu," jelas guru besar ilmu neurologi di University of Toronto ini.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penemuannya ini bisa menjadi kunci untuk mencari tahu bagaimana cara merawat pasien yang menderita penyakit alzheimer agar bisa dirawat di rumah bersama dengan anggota keluarga. "Jika kita dapat mengembangkan obat yang dapat membantu pasien alzheimer untuk tidur tanpa terjatuh, mereka tidak perlu dirawat di panti jompo," ungkapnya lagi.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment