Misteri Artefak Kuno Sukabumi

Batu 'Bidak Catur' di Geopark Ciletuh Diperkirakan Peninggalan Pasca-Abad 5 Masehi


 
Bandung - Arkeolog menyebut batu mirip bidak catur yang ditemukan warga di area Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jabar, merupakan artefak. Usia batu tersebut diperkirakan peninggalan budaya Hindu atau Buddha pasca-abad 5 Masehi.

Sukabumi berada di wilayah selatan Jabar. Bebatuan purbakala yang bentuknya menyerupai bidak catur itu kini dibiarkan berserakan di kawasan Geopark atau tepatnya di Dusun Cingaleng, Kampung Onclang, Desa Girimukti, Kecamatan Ciemas.

"Di Jabar itu lebih awal menerima budaya Hindu dan Buddha, tapi kita belum tahu persis perkembangan Hindu Budha di selatan Jabar itu sejak kapan. Sedangkan di kawasan Jabar itu sudah menerima budaya Hindu-Buddha sejak abad 4 atau 5 Masehi. Ya mungkin setelah era-era itu berkembang ke selatan Jabar," tutur Peneliti Utama Biang Prasejarah Balar Bandung Lutfi Yondri.

Lutfi menjelaskan jika batu tersebut bukanlah bidak catur sungguhan. Dia pun meluruskan soal info tersebut.

"Itu benda artefak. Karena masyarakat awam melihat sepeti bidak catur, ya menyebutnya begitu. Tapi saya cenderung menyebutnya miniatur candi (peninggalan) ketika itu," ujar Lutfi.

Lutfi berharap temuan artefak tersebut segera diselamatkan oleh pihak atau instansi berwenang. "Jangan dibiarkan berserakan. Instansi terkait harus segera meninjau dan menyelamatkan. Minimal menginformasikan kepada masayakata kalau benda itu merupakan data penting yang perlu diteliti lebih lanjut," ucap Lutfi.

Batu Aneh di Geopark Ciletuh Sukabumi, Bekas Candi atau Peninggalan Era Islam?

Sukabumi - Bebatuan mirip bidak catur berserakan di Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat. Sayangnya, peninggalan artefak purbakala ini tak diurus. Mulai ada tangan jahil bergerak mencuri. Bila tak diselamatkan alamat bakal jatuh ke tangan kolektor benda bersejarah.

Melihat peninggalan benda-benda itu, Arkeolog UI Ali Akbar punya dua pandangan. Menurutnya bisa saja itu candi, peninggalan budaya Hindu-Budha atau juga bagian bangunan era Islam.

"Sebenarnya bukan atau sejauh ini kawasan itu belum dikenal sebagai wilayah purbakala. Tapi temuan batu itu jelas benda purbakala atau artefak," kata Ali, Selasa (14/6/2016).

Menurut Ali, terlihat jelas bahwa batu-batu tersebut telah diolah atau dibentuk sedemikian rupa, misalnya berbentuk persegi, berbentuk kemuncak, dan ada pahatan hiasan yang mengelilinginya.

"Tentu saja perlu penelitian intensif untuk memastikannya. Namun dugaan awal ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah merupakan bagian dari struktur candi. Tetapi tentu harus ditemukan batu-batu yang lebih banyak lagi. Salah satu temuan mirip dengan kemuncak atau puncak candi," jelas Ali.

"Kemungkinan kedua adalah semacam pembatas atau semacam pagar. Pembatas ini tentu saja menandai wilayah penting karen terbuat dari bahan yang besar dan telah dibentuk secara khusus. Kecil kemungkinan berasal dari periode prasejarah, karena karakter temuannya berbeda," sambungnya.

Ali menjelaskan, untuk kemungkinan pertama yakni bagian dari candi, perlu dikaji intensif karena daerah itu tidak dikenal sebagai daerah yang memiliki kepurbakalaan candi. Untuk kemungkinan kedua, tentu perlu juga dikaji intensif, terdapat kemiripan temuan ini dengan kepurbakalaan masa Islam misalnya untuk menandai suatu kompleks bangunan tertentu.

"Apa pun temuan itu, sangat penting karena dapat mengisi kepurbakalaan wilayah yang selama ini hanya dikenal sebagai wilayah alami yakni terkait Ciletuh yang sedang dinominasikan sebagai Geopark. Ini menuju penguatan Ciletuh selain sebagai destinasi alam juga destinasi budaya," urai dia.

Ali kembali mengungkapkan, kalau temuan batuan aneh itu, lebih cenderung ke arah kepurbakalaan Islam, tetapi kemungkinan sebagai candi tetap terbuka karena penelitian intensif belum dilakukan. Satu-satunya cara adalah dengan segera melakukan perlindungan dan penelitian terhadap temuan-temuan tersebut.

"Batu itu bisa berupa pagar pembatas. Di dalam pagar pembatas merupakan bangunan penting, misalnya rumah tokoh penting, bangunan pendidikan, bangunan keagamaan, dan lainnya. Umumnya justru bangunan-bangunan tersebut justru dibuat dari bahan yang dapat hancur dimakan usia, misalnya kayu dan bambu," tegas dia.

Dia berharap dengan adanya temuan tersebut menjadi penyemangat untuk membongkar literatur lama. Mungkin saja di literatur disebut bukan Ciletuh tetapi Sukabumi bagian selatan, pantai selatan, atau nama lainnya.

"Temuan tersebut diharapkan juga akan membuat instansi atau pihak yang selama ini telah berkiprah di Ciletuh dan sekitarnya untuk menyampaikan hasil kinerjanya kepada masyarakat umum," tutup dia.

Batu Aneh di Geopark Ciletuh Sukabumi, Arkeolog: Itu Artefak, Harus Diselamatkan

Bandung - Batuan aneh mirip bidak catur di area Geopark, Sukabumi, Jawa Barat, ternyata benda keperbukalaan. Hal tersebut diungkapkan arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung.

"Ya, itu benda bisa disebut artefak!" ucap Peneliti Utama Bidang Prasejarah Balar Bandung Lutfi Yondri.

Lutfi beserta pihak Balar Bandung memang belum melihat secara langsung batu aneh tersebut ke lokasi. Namun dia mengaku sudah melihat foto-foto batu mirip bidak catur itu dari kiriman kerabatnya. Secara fisik, berdasarkan amatan dari foto, Lutfi menegaskan bebatuan di kawasan Geopark Ciletuh tersebut benda keperbukalaan.

"Itu bukan bidak catur. Tapi dari segi bentuk, kalau di era klasik Hindu Budha, masyarakat Hindu Budha tak selalu mendirikan candi untuk pelaksanaan keagamaannya. Tapi kadang kala mereka juga membuat miniatur candi," tutur Lutfi.

Pria tersebut meminta pihak-pihak terkait untuk turun tangan menyelamatkan batu artefak tersebut.

"Saya selaku ahli arkeologi mengharapkan pihak atau instansi terkait untuk segera mengambil tindakan dan perhatian untuk melakukan pengamanan serta penelitian," ujar Lutfi.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :