Prostitusi di Italia, Sisi Gelap Bisnis Seks Negeri Pizza
Para PSK di Roma, Italia tengah menunggu pelanggan.
TIDAK seperti di kebanyakan negara di dunia, prostituzione atau prostitusi dalam bahasa Italia adalah bisnis yang legal alias diperbolehkan oleh Pemerintah. Meski penyewaan jasa para pekerja seks komersial (PSK) diperbolehkan, tapi bisnis rumah bordil dan keterlibatan mucikari atau pihak ketiga dilarang oleh hukum Italia.
Ditilik dari sejarahnya, pelacuran di Italia telah berkembang sejak lama, terutama pada Abad Pertengahan saat para pelacur dapat mencapai status sosial yang tinggi. Bahkan pada 1358, Kota Venezia mengumumkan keberadaan rumah bordil sebagai sesuatu yang tidak bisa digantikan.
Ironisnya, terlepas dari sejarahnya itu, bisnis prostitusi di Italia saat ini menyimpan berbagai masalah dan sisi gelap, terutama terkait perdagangan manusia dan kejahatan seksual.
Penculikan dan Voodoo
Saat ini sebagian besar dari para lucciole (kunang-kunang), sebutan untuk penjaja seks di Italia, adalah para imigran tersebut. Menurut data yang dimiliki PBB tahun lalu, sedikitnya 120 ribu perempuan berprofesi sebagai pekerja seks di Italia, dari jumlah itu, 90 persen di antaranya adalah imigran.
“Saat ini sebagian besar imigran pekerja seks di Italia berasal dari Nigeria, tapi seiring dengan peristiwa dunia seperti runtuhnya tembok Berlin dan konflik di wilayah bekas Yugoslavia, para perempuan dari negara lain mulai berdatangan ke Italia,” kata Presiden Tampep, lembaga non pemerintah yang menangani masalah hak imigran pekerja seks, Rosanna Paradiso.
Kedatangan para imigran ini sering kali menyimpan cerita gelap seperti penyelundupan dan perdagangan manusia yang memaksa mereka bekerja sebagai penjaja seks. Rosanna meyakini setiap tahunnya ribuan perempuan diculik dan diselundupkan ke Italia untuk dijadikan PSK.
“Para perempuan dan gadis-gadis ini menjadi budak. Dalam beberapa kasus, seperti yang melibatkan perempuan Albania, mereka diculik oleh kekasih mereka yang meyakinkan mereka untuk pergi ke Italia dan memaksa mereka menjadi pelacur,” ungkapnya.
Sindikat kriminal di Nigeria bahkan dipercaya menggunakan ritual voodoo untuk memikat dan mengikat para gadis untuk kemudian dikirim ke Italia.
Dalam bukunya yang berjudul “Bukan Lagi Budak” (Slaves No More), Rita Giaretta, seorang biarawati yang menyediakan perlindungan bagi para PSK imigran menyebutkan bahwa para penyelundup memaksa para gadis untuk menelan bagian dari rambut, kuku, darah, juga jantung ayam yang masih berdetak agar mereka dirasuki arwah yang akan menghukum mereka bila mengkhianati mucikarinya.
Prostitusi Jalanan
Absennya rumah bordil yang dilarang beroperasi di Italia juga menghadirkan bahaya lain bagi para PSK yang harus bekerja di jalanan. Mereka berisiko menghadapi pelecehan atau bahkan terbunuh ketika menjajakan diri.
Karena para imigran yang menjadi PSK di Italia adalah korban perdagangan manusia dan imigran ilegal, mereka tidak memiliki dokumen identitas yang jelas atau menggunakan nama palsu sehingga menyulitkan penyelidikan jika sesuatu terjadi.
Faktor ketidakpercayaan juga menyebabkan para PSK enggan untuk berurusan dengan pihak kepolisian. Selain itu mereka juga takut akan akibat yang mereka terima jika berani melaporkan kejahatan yang mereka alami.
“Pada awal 2000-an, lebih banyak perempuan yang melapor kepada polisi. Tapi situasi saat ini sangat kritis karena perempuan yang mau bicara hanya mereka yang berada dalam keadaan sangat berbahaya dan mereka telah ditekan, dianiaya dan ketakutan. Jika mereka bicara, maka mereka melakukannya agar tidak kehilangan nyawa,” ujar Rosanna.
Pemerintah Italia berusaha untuk mengatasi hal ini dengan mengajukan sebuah proposal undang-undang (UU) yang dikenal dengan nama UU Spilabotte yang akan mengesahkan dibukanya rumah bordil dan dekriminalisasi mucikari, membuat sebuah area prostitusi yang legal, serta menindak PSK yang menjajakan seks di luar area itu.
“Mempertimbangkan bahwa sekira 80 persen prostitusi di Italia dijalankan oleh penyelundup dan kartel, kita berbicara mengenai prostitusi yang kejam . Jika para PSK dengan syarat tertentu dilegalkan di Italia, para pengguna jasa tidak akan pergi ke PSK ilegal sehingga sindikat kejahatan tidak akan mengambil PSK di Italia. Mereka mungkin akan membawa para PSK ilegal ke negara lain,” terang Senator Maria Spilabotte yang menggagas UU tersebut.
“Dengan melegalkan prostitusi , hanya mereka yang ingin menjadi PSK yang akan terlibat dalam perdagangan seks tanpa ada risiko dieksploitasi. Karena itulah dalam proposal disebutkan harus ada kunjungan ke psikologis dan dokter,” lanjutnya lagi.
Namun, tidak sedikit pihak yang menentang wacana semacam ini, terutama dari pihak religius seperti gereja yang menganggap UU tersebut mendukung penjualan tubuh manusia. Sebagian lagi menyatakan pelacuran harus dihilangkan karena mereka yakin tidak ada orang yang secara sukarela ingin menjadi pelacur.
Terlepas dari semua itu, bisnis esek-esek di Italia masih terus berjalan sebagaimana perdebatan mengenai legalitasnya masih terus berlangsung. Meskipun statistik pasti mengenai hal ini sulit untuk ditemukan, sebuah penelitian melaporkan adanya peningkatan sebesar 25 persen pada pasar bisnis seks di Italia dalam tujuh tahun terakhir.
Fenomena ini seakan membuktikan sebuah paradoks yang mengatakan semakin banyak wanita Italia yang ingin membebaskan diri mereka dari sistem patriark, semakin banyak pria Italia yang mencari pelampiasan melalui jasa PSK.
Rahasia Terlarang Lokalisasi Nikmat Lonte Jalanan
lokalisasi
,
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
tips
,
travel
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment