Lokalisasi Prostitusi Swiss di Bawah Pesona Bilik Mobil
Bilik seks mobil di Zurich.
PROSTITUSI di Swiss, laku keras di Ibu Kota Zurich. Sayangnya, para pekerja seks komersil (PSK) di sana saking bebasnya sering menjajakan diri di jalan-jalan dekat perumahan warga. Hal inilah yang berusaha diperbaiki oleh pemerintah setempat sejak 26 Agustus 2013.
Dinobatkan sebagai negara paling aman, netral dan bahagia di dunia, Swiss benar-benar surganya para pelaku industri seks. Mereka dilindungi di bawah payung hukum, baik dari perdagangan manusia, pelecehan seksual dan keabasahan profesi.
Namun begitu, para penjaja seksnya tetap dituntut beberapa tanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Salah satunya dengan membayar pajak penghasilan sebesar 5 francs atau setara Rp68.222,98 per malamnya.
Agar tidak mengganggu warga setempat, atau dengan kata lain demi menjaga ketertiban umum, pemerintah juga membatasi cakupan bisnis mereka pada daerah-daerah lokalisasi tertentu.
Upaya pemerintah Swiss yang terkenal unik dan berbeda dari negara lain, ialah lokalisasi para pelacurnya ke dalam bilik-bilik mobil, yang disebut sex boxes. Kotanya pun ditentukan, yakni terbatas di kawasan Häringstrasse di Niederdorf dan di Altstetten, yang letaknya masih berada di Ibu Kota.
Bilik-bilik seks itu sesuai namanya, hanya diperuntukkan untuk para pengguna mobil pribadi saja. Pelanggan maupun PSK yang membawa motor, tentunya dilarang menggunakan bilik seks mobil tersebut.
Fasilitas yang disajikan layaknya rumah bordil, namun versi yang lebih bersifat ‘alam terbuka’. Berbentuk persis seperti garasi atau halte-halte bus di pinggir jalan, tetapi di dekatnya, tersedia sarana untuk mandi, layanan cuci pakaian (laundry) dan kafe.
Di dalam bilik tersebut juga disertai poster iklan layanan masyarakat yang mengingatkan para penikmat romansa sesaat untuk selalu ‘bermain aman’ alias menggunakan kondom. Demi mencegah penyakit menular seks, penyakit kelamin, apalagi AIDS.
Setelah kebijakan lokalisasi itu diterapkan, beberapa pihak merasa senang karena kini mereka memiliki tempat yang lebih nyaman, yakni di mobil mereka sendiri. Sementara sebagian lainnya mengeluhkan penurunan bisnis penginapan yang jadi kalah populer.
Mengenai waktu operasional, sex boxes ini juga memiliki jam buka dari sore hari sampai pukul 05.00 pagi, setiap harinya.
Bagi para pelanggar, yakni mereka yang tetap bandel bertransaksi di luar tempat bercengkrama yang ditentukan pemerintah, akan dikenakan denda sebesar 450 francs atau setara Rp6,1 juta.
Pemerintah setempat menyatakan, semua upaya ini selain untuk menjaga hak-hak warga negaranya, melindungi mereka dari mucikari, juga bertujuan untuk menekan serta mengendalikan populasi pelaku prostitusi di negaranya.
Di negara konfederasi Eropa Tengah ini, para penjaja seksnya juga diwajibkan mendaftarkan diri untuk melegalkan status mereka. Kebanyakan adalah pendatang dari Eropa Timur, seperti Hungaria dan Romania.
Menjadi pekerja tuna susila di Swiss, bukanlah paksaan. Dilansir dari Vice, Sofia (26), PSK asal Roma mengaku terjun ke dunia gemerlap ini berdasarkan kemauannya sendiri.
Padahal ia seorang sarjana ekonomi dan menguasai tujuh bahasa sekaligus. Jelas ia memiliki kecerdasan tersendiri, yang membuatnya kompetitif di dunia kerja profesional pada umumnya. Akan tetapi, ia sadar bahwa hasrat (passion) kerjanya bukan di balik meja, melainkan memuaskan birahinya sendiri dengan pendapatan yang juga lebih besar.
Rahasia Terlarang Tempat Nikmat Aman Sejahtera Eksekusi Cewek Montok Di Mobil
lokalisasi
,
panti pijat
,
pelacuran
,
prostitusi
,
seks
,
sex
,
tips
,
travel
,
underground
Edit
0 komentar :
Post a Comment