Prostitusi Media Sosial - Cepat dan Terpercaya

Melacur di dunia maya

Dia mengirim foto perempuan berkulit putih. Parasnya cantik dan bentuk tubuhnya bak model. Wanita itu duduk di atas kursi kantor ditemani sebuah komputer jinjing. Tubuhnya dibalut gaun merah hati dan rok hitam di atas lutut.

Payudaranya membusung tersembul bisa membetot mata lelaki. Di sebelah foto dia menuliskan tarif sekali kencan.

"Ini Rp 1,5 juta sekali keluar," kata Merry (nama samaran), penyedia jasa pelacur kantor, kepada merdeka.com Selasa pekan kemarin. Dia adalah pengusaha toko dunia maya menjajakan pakaian hingga alat pembesar kelamin.

Perempuan asal Batam, Kepulauan Riau, ini saban hari melayani pelanggannya melalui BlackBerry. Untuk memanjakan konsumen, dia mengirim foto wanita dagangannya kepada para pemburu kenikmatan sesaat. Jika cocok, pelanggan mentransfer Rp 300 ribu sebagai tanda jadi.

Sisa pembayaran, pengguna jasa pemuas nafsu berikan kepada wanita pesanannya. "Transfer dulu, nanti tinggal saya telepon anak buah saya," ujar Merry.

Dia menyediakan penjajah birahi dari kalangan pekerja kantor. Selain itu, juga tersedia model majalah sekaligus mahasiswi dengan tarif sekali kencan Rp 5 juta. Uniknya meski Merry berada di Batam, dia bisa mengendalikan anak buahnya di Jakarta.

Barang dagangan Merry bukanlah penjaja seks komersial kerap mangkal. Mereka ialah para wanita karir pencari uang tambahan dengan menjajakan diri.

Sistem transaksinya terjamin aman. Merry mengaku belum pernah tertipu oleh pelanggan. Tarifnya belum termasuk hotel. "Hotel ditanggung pelanggan," katanya. Wanita dagangannya merupakan teman-temannya dulu waktu di Jakarta.

Merry menjalankan bisnis pelacuran lantaran dirinya pernah terjerumus ke dalam lembah hitam. Dia dulu berburu pria berdompet tebal. Selain untuk kepuasan seks, Merry mengaku mencari uang sampingan dan membantu temannya mencari tambahan pendapatan.

Tidak ada keterikatan bagi temannya untuk dijual. Merry hanya sebatas meminta uang pesanan kepada pelanggan saat awal transaksi. "Saya hanya ambil Rp 300 ribu. Kalau dia mau saya kasih ke pelanggan," tuturnya.

Fenomena prostitusi melalui media sosial memang marak belakangan ini. Sejak telepon kian cerdas, bisnis pelacuran juga memanfaatkan teknologi telekomunikasi.

Fasilitas pengiriman foto dengan Blackberry Messenger memudahkan pelanggan memilih wanita untuk diajak tidur. Transaksinya cukup singkat. Negosiasi dilakukan cukup dengan mengetik tombol seluler. Jika setuju, pelanggan transfer uang dan wanita pesan dikirim ke tempat dijanjikan.

Diana, penyedia pelacur khusus kalangan mahasiswi dari perguruan tinggi di Jakarta, juga demikian. Dia mematok harga ayam kampus Rp 1 juta untuk sekali bercinta. Jika ayam kampus seorang model, harganya bisa Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Bahkan para pelacurnya dapat dipesan sebulan tergantung kebutuhan pelanggan.

Namun Diana tidak sembarangan menjajakan ayam kampus. Hanya kalangan tertentu dan dia kenal bisa mencicipi legitnya remaja 20 tahun. Merdeka.com sempat mengalami kesulitan menghubungi Diana. Dengan bantuan seorang teman dekat Diana, dia baru mau merespon pesan singkat lewat seluler.

Diana mengaku tarif satu bulan dipatok Rp 50 juta. " Biasanya orang bule pesan untuk ditemani. Kadang suka dibawa berlibur keluar kota."

Bersolo karier lewat media sosial


Jovanka langsung merespon undangan pertemanan melalui pesan BlackBerry. Dia memasang jelas status bersedia untuk diajak tidur. Tak segan-segan dia menyertakan nomor identitas pribadi Blackberry mencari lelaki pemburu kenikmatan.

Wajahnya menggoda dihiasi rambut keriting gantung. Kulitnya putih bersih dan berdada montok. Dia berbikini dan bercelana jins biru.

"Rp 1 juta bersih," katanya kepada merdeka.com melalui pesan BlackBerry Rabu pekan lalu. Jovanka menolak menurunkan tarif sekali kencan.

Jovanka merupakan pelacur beroperasi di Internet. Dia menjajakan diri tanpa perantara atau germo. Jika calon pelanggan setuju dengan tarif sekali tidur, dia berangkat menanti pelanggannya melayani hingga lemas.

Jovanka biasa mengaku lebih memilih bersolo karier menjalani pekerjaan sampingan sebagai pelacur. Sehari-hari dia bekerja sebagai gadis promosi di sebuah agen penjualan mobil. Dia terpaksa menjual kemaluannya untuk dijamah para lelaki buat menutupi biaya sewa apartemen di bilangan Jakarta Selatan.

Tidak setiap hari dia bisa dipesan. Jika sedang banyak fulus, Jovanka menolak diajak tidur. "Nggak bisa kurang, kalau mau segitu, saya servis sampe puas sekali main," ujarnya.

DD, 65 tahun, penikmat pelacur kampus, mengaku kerap berburu penjaja seks dari kalangan mahasiswi melalui Twitter. Dia mengatakan lebih bergairah jika mampu melobi gadis berusia 20 tahun untuk tidur semalam dengannya. Tarif paling murah untuk sekali kencan dengan mahasiswi perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta sebesar Rp 7 juta. " Itu sekali main," katanya saat berbincang dengan merdeka.com di sebuah kafe di Plaza Semanggi .

Perburuan DD dilakukan tidak dalam waktu singkat. Untuk meniduri seorang pelacur mahasiswi dia memerlukan waktu sepekan. Maklum, penjaja seks dari golongan ini tidak menjual diri sembarangan. Dia melihat isi kantong dari calon pelanggannya.

"Saya lebih senang cari sendiri karena lebih menantang," ujarnya. Kebanyakan pelacur mahasiswi dia kencani merupakan orang berada. Pengakuan mereka untuk memenuhi gaya pergaulan di komunitas mereka bertabur barang-barang berkelas.

Menurut DD, sangat mudah menebak pelacur mahasiswi untuk bisa diajak bercinta. Biasanya mereka berkelompok dan nongkrong di sebuah kafe, seperti di Senayan City. Saban hari mereka kerap berkumpul ditemani seorang gay menjadi perantara.

Redup di jalan benderang di dunia maya

Napas lelaki 25 tahun itu seolah memburu. Dia tidak tahan untuk melepaskan syahwat dengan pelacur di sebuah tempat berkedok spa di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Dia segera melaju dengan sepeda motor, menerobos dinginnya udara pukul sepuluh malam.

Selang dua jam, dia muncul dengan wajah berkeringat, rambut kusut, dan tubuh berminyak. "Biasa habis mijit," kata Ghale saat berbincang dengan merdeka.com di Apartemen Kalibata beberapa waktu lalu.

Ghale dikenal kerap menjajal prostitusi di jalanan Jakarta. Dari Lenteng Agung, Jakarta Selatan, hingga Lokasari, Mangga Dua, Jakarta Pusat. Jangankan mencari pelacur di pinggir jalan. Di sebuah tempat berkedok spa daerah Jakarta Pusat, Ghale pernah memilih pelacur dalam sebuah album.

Di sana dia bisa memilih pelacur untuk diajak bercengkerama melemaskan urat syaraf. "Kalau yang kayak gitu sekarang banyak, cuma tarifnya agak mahal," ujarnya.

Bagi Ghale, fulus seberapa pun tak ada artinya jika nafsu liar sebagai pemuda sudah di ujung kepala. Namun kini Ghale lebih memilih berburu pelacur lewat jejaring sosial. Hanya dalam satu klik nafsu bisa diselesaikan tanpa perlu masuk angin dan buang bensin mengitari jalan Jakarta. Dia juga tidak perlu takut terjaring razia karena transaksinya cenderung lebih aman dan tempat bisa disesuaikan.

Hasil penelusuran merdeka.com di media sosial menemukan akun pelacur berinisal PA. Dia memanjakan sesama pengguna akun untuk mencicipi pelacur lengkap dengan kategori dan macamnya. Pada akun itu terdapat 15 perempuan berpenampilan modis dan seksi sehingga mengundang mata lelaki jelalatan menjelajah lekuk tubuh mereka.

Salah satu pelacur berinisial Y. Dia mengenakan gaun merah ketat dengan payudara menyembul keluar. Dia tak malu menuliskan ukuran payudaranya 34B. Y juga menuliskan nomor telepon selulernya agar tak sulit menghubungi. Di akun itu juga ada germo lelaki.

Pelacur berinisial N berhasil dihubungi lewat obrolan di Internet mengaku bersedia kapan saja untuk diajak tidur. Dia bilang sedang membutuhkan uang untuk membayar sewa kamar kos bulan ini. Perempuan 24 tahun ini mematok tarif Rp 3 juta untuk sekali main. Dia memberikan waktu enam jam untuk berkencan di atas ranjang.

"Itu tidak termasuk hotel yah," tutur N Jumat pekan lalu. Dia juga menerima panggilan untuk kencan di apartemen. Namun N meminta pelanggan menanggung biaya transportasi.

N mengaku sudah biasa bermain tanpa perantara atau germo. Sebab lebih mudah dan aman mencari lelaki konsumen di media sosial. Dia mengaku sudah menjajakan diri lewat sana. "Kalau di Facebook sudah nggak. Banyak yang cuma tanya doang," katanya kesal.

Selain N, pelacur bernama Rei dalam profil jejaring sosialnya juga blak-blakan menjajakan diri. Perempuan 20 tahun ini mengaku tinggal di Jakarta Pusat.

Di album fotonya terdapat 22 gambar dengan gaya berbeda. Salah satunya Rei terlihat duduk mengenakan kaca mata hitam dengan baju dalaman merah muda berdada rendah dan celana jins ketat sampai pangkal paha.

Rei bisa diajak tidur untuk sekali main atau dipesan seharian. Dia sudah memiliki hotel langganan tidak jauh dari tempat kosnya. "Di Matraman aja pesan hotelnya. Deket kos aku, harganya Rp 700 ribu sebentar, buat lama Rp 1,5 juta," ujar Rei.

Dia masih aktif bekerja di toko mebel di bilangan Pramuka, Jakarta Timur. Demi memenuhi kebutuhan hidup, Rei mencari sampingan menjajakan diri lewat jejaring sosial. "Kalau mau duit tambahan enak dapetnya."

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :