Waspada Konsumsi Suplemen Multivitamin Mineral

Mau Sehat? Makan yang Benar Tak Perlu Suplemen

Konsumsi suplemen ternyata bisa menjadi opsi kedua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari. Asupan nutrisi dari pangan utuh sebaiknya tetap menjadi pilihan utama.

"Tubuh manusia sebetulnya tidak perlu asupan suplemen, baik berupa tablet atau kapsul yang banyak tersedia di masyarakat. Asal makan teratur 3 kali sehari dengan menu yang sehat, maka kecukupan nutrisi sudah diperoleh," kata dokter ahli gizi, Laila Hayati.

Kandungan nutrisi pada pangan utuh, jelas Laila, lebih baik karena jumlahnya yang sesuai kebutuhan tubuh. Jenisnya pun lebih beragam dibanding suplemen yang biasanya hanya mengandung satu atau dua macam komponen nutrisi. Sehingga dalam satu jenis pangan, seseorang bisa memperoleh berbagai kandungan nutrisi

Laila mencontohkan protein yang dibutuhkan dalam jumlah 0,8-1 gram/kgBB/hari. Bila berat badan seseorang 60 kilogram, maka protein dibutuhkan sejumlah 60 gram per hari. Kebutuhan tersebut berlaku untuk orang dengan aktivitas normal.

Kebutuhan protein tersebut  menurut Laila, bisa dipenuhi lewat asupan sehari-hari baik berbahan hewani maupun nabati. Laila menyarankan ikan, ayam tanpa kulit, dan putih telur sebagai asupan yang paling aman.

"Sebetulnya bisa saja daging merah, namun asupan ini mengandung kolesterol yang tidak baik bagi penderita hipertensi atau jantung. Asupan protein hewani sebaiknya lebih banyak dibanding nabati dengan perbandingan 2:1," tuturnya.

Terkait kandungan protein, dalam satu potong ikan seberat 100 gram terkandung 19 gram protein. Sedangkan dalam satu potong ayam tanpa kulit seberat 100 gram terdapat 24 gram protein. Sementara dalam putih telur dari satu butir telur terdapat 3,5 gram protein.

Kebutuhan tersebut juga bisa dipenuhi bila asupan diolah dengan cara yang benar. Laila menyarankan asupan tidak dimasak dengan menggunakan terlalu banyak minyak. Penggunaan minyak akan menambah kandungan lemak jahat yang tidak baik bagi pemenuhan dan keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Jika masih ingin mengonsumsi olahan gorengan, Laila menyarankan konsumsi paling banyak satu kali dalam sehari. 

"Intinya kita tidak perlu suplemen selama makan dengan benar. Apalagi bila ditambah sayur dan buah, maka tubuh tidak lagi membutuhkan suplemen," ujar Laila.

Resolusi 2014: Stop Penggunaan Suplemen Multivitamin dan Mineral

SAAT ini paradigma kedokteran berbasis bukti klinis (evidence based medicine). Bukti klinis tentu didasarkan pada penelitian yang melibatkan manusia dan dilakukan dengan jumlah sampel yang besar. Penelitian yang terbaik tentu dengan membandingkan efek suatu obat dengan plasebo dan penelitian dilakukan dimana peneliti dan subjek penelitian tidak tahu obat yang digunakan.

Berbagai penelitian besar termasuk review dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral yang dikonsumsi tidak mempunyai peran untuk mencegah terjadinya dan perburukan dari penyakit kronis termasuk kanker dan penyakit pembuluh darah jantung. Informasi dari New York Times edisi tanggal 21 Desember 2013 juga memberitakan seorang laki-laki yang mengalami kerusakan hati yang berat setelah mengonsumsi ekstrak teh hijau yang dikatakan mempunyai efek fat burning. Informasi ini ternyata merupakan fenomena gunung es di Amerika dimana ternyata 20 % kasus kerusakan hati karena obat terjadi akibat penggunaan suplemen diet. Saya juga selalu mendapatkan kasus dengan gangguan hati akibat penggunaan suplemen bahkan 1-2 kasus per tahun mengalami kerusakan hati yang fatal sampai harus dirawat di ICU RS.

Bagaimana kebiasaan masyarakat untuk mengonsumsi suplemen atau vitamin?

Saat ini berbagai suplemen atau multivitamin termasuk herbal dalam bentuk kapsul beredar ditengah masyarakat. Bahkan produk-produk yang ada dijual secara Multi Marketing Level (MLM) atau melalui internet secara online. Yang menarik adalah ada  juga tenaga kesehatan yang menjadi bagian dari pendistribusian produk-produk tersebut. Di USA, hasil survey kesehatan yang dilakukan secara nasional mendapatkan bahwa hampir 10 % orang USA menggunakan suplemen. Penelitian pada binatang memang membuktikan bahwa antioksidan dapat mencegah terjadinya aterosklerosis pembuluh darah jantung hewan coba. Tetapi ternyata, pada saat diterapkan pada manusia peran dari multivitamin tersebut termasuk antioksidan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Era kedokteran modern yang menyebutkan bahwa pengobatan harus berbasis bukti klinis berusaha untuk membuktikan apakah vitamin atau mineral bermanfaat atau tidak. Hasil penelitian yang ada membuktikan bahwa ternyata penggunaan suplemen multivitamin dan mineral tidak ada manfaatnya untuk mencegah penyakit tanpa bukti bahwa seseorang tersebut kekurangan vitamin atau mineral. Suatu review yang dilakukan oleh tim peneliti dari Kaiser Permente Health Research, Portland, Oregon USA yang dipublikasi pada jurnal Annals of Internal Medicine (Jurnal resmi perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Amerika) edisi November 2013 menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung bahwa suplemen multivitamin dan mineral dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung koroner dan juga tidak terbukti untuk mencegah kematian. Review yang dilakukan pada 277 artikel termasuk 103 artikel dari 26 penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai vitamin baik secara tunggal maupun kombinasi antara lain beta karoten, vitamin E, selenium, vitamin A, vitamin C, asam folat, vitamin D, kombinasi vitamin D dan kalsium dan penggunaan kalsium secara tunggal.

Penelitian yang dilakukan dengan jumlah sampel yang bervariasi dari 128 sampel sampai 72.337 sampel dengan total sampel hampir mencapai 400.000 subjek penelitian. Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa tidak ada bukti klinis yang konsiten dari penggunaan suplemen multi vitamin dan mineral untuk pencegahan primer penyakit jantung koroner, kanker serta pencegahan kematian karena berbagai sebab pada orang sehat tanpa kekurangan vitamin. Selain tidak bermanfaat, bahkan ada beberapa suplemen yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan kanker antara lain beta karotin dan vitamin E. Suplemen vitamin D dan kalsium meningkatkan terjadi pembentukan batu pada ginjal. Alih-alih untuk hidup sehat ternyata pada beberapa keadaan, suplemen multivitamin dan mineral juga tidak aman. Review ini memperkuat informasi ilmiah yang telah ada diberbagai jurnal ternama yang membuktikan bahwa suplemen vitamin dan mineral tidak bermanfaat untuk orang normal yang tidak mengalami kekurangan vitamin dan mineral.

Masih di Jurnal yang sama, dilaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa senter ternama di USA termasuk Harvard pada orang sakit dalam hal ini pasien yang mengalami serangan jantung yang mendapatkan multivitamin dan mineral termasuk anti oksidan dosis tinggi. Penelitian yang dilakukan selama 7 tahun ini dimana pasien-pasien yang dilakukan penelitian tersebut di follow up, mendapatkan bahwa pemberian suplementasi vitamin dan mineral dosis tinggi tidak bermakna untuk mencegah terjadinya serangan jantung berulang pada pasien yang telah mendapatkan pengobatan standart.

Fakta dan bukti klinis penggunaan pada manusia yang telah dipublikasi oleh jurnal ternama ini seharusnya menjadi patokan buat kita yang sehat apa tetap ingin mengonsumsi vitamin dan mineral yang belum tentu bermanfaat bahkan berbahaya pada beberapa keadaan. Buat saya sebagai praktisi klinis bukti klinis ini menjadi patokan saya untuk tidak menganjurkan pasien-pasien saya yang sudah sehat untuk tetap mengkonsumsi vitamin dan mineral tanpa bukti pada seseorang tersebut telah mengalami kerurangan vitamin dan mineral.

Informasi ini mudah-mudahan membuat masyarakat sehat yang belum mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk tidak mengonsumsi vitamin dan mineral dan bagi yang sudah mengonsumsi rutin untuk berpikir kembali apakah akan tetap meneruskan mengonsumsi suplementasi vitamin dan mineral. Disisi lain biasanya harga multivitamin dan mineral juga cukup mahal mengingat anjuran konsumsinya setiap hari. Akhirnya saya menghimbau kepada kita semua untuk memilih mengonsumsi buah dan sayur-sayuran yang sangat kaya akan multivitamin dan mineral.

Sakit Ginjal akibat Suplemen Pembentuk Tubuh

Jika rutin melakukan fitnes, Anda pasti akrab atau setidaknya pernah mendengar tentang produk-produk pembentuk tubuh. Namun sebelum mengonsumsinya, Anda perlu bijak dalam memilih mana yang terbaik dan tidak mengandung steroid sintetik.

Badan pengawas makanan dan obat Amerika Serikat (FDA) memperingatkan untuk tidak sembarang memilih suplemen untuk menstimulasi pertumbuhan otot. Pasalnya ada pula produk yang mengandung steroid sintetik sehingga berbahaya bagi kesehatan.

"Bagi mereka yang sudah terlanjur mengonsumsi suplemen tersebut, sebaiknya segera menghentikannya," imbau FDA.

Peringatan tersebut didasari sebuah laporan dari departemen kesehatan dan pelayanan manusia dari Carolina Utara yang mengatakan adanya cedera serius dari penggunakan suplemen pembentuk tubuh mengandung steroid sintetik.

Seorang pria sehat berusia 28 tahun yang menggunakan produk tersebut dalam beberapa minggu mengalami gagal ginjal dan membutuhkan transplantasi organ.

"Produk yang dipasarkan sebagai suplemen tersebut mengandung steroid anabolik yang dapat berbahaya bagi konsumen," ujar Howard Sklamberg, direktur Office of Compliance FDA.

Steroid anabolik merupakan substansi mirip steroid yang jika dikonsumsi manusia dapat menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan tanpa sebab, nyeri perut atau punggung, urin tak berwarna, dan gejala-gejala gangguan kesehatan lainnya.

Sementara itu, penggunaan jangka panjang dari steroid anabolik dapat berefek pada kadar lemak darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta stroke. Wanita yang menggunakan steroid anabolik akan tampak lebih maskulin.

Serta, efeknya pada pria antara lain pengecilan testis, pembesaran payudara, dan ketidak suburan. Pada anak-anak, konsumsi streoid anabolik dapat mengganggu proses tumbuh kembang.

Beli Vitamin dan Suplemen Hanya Buang Duit ?

Kebanyakan orang tanpa ragu akan mengatakan, kesehatan mereka lebih penting dibanding harta kekayaan yang dimiliki. Namun tentu tidak ada orang yang membuang uang miliknya begitu saja untuk produk yang sebetulnya tidak bermanfaat bagi kesehatannya.

Tapi faktanya, hal itulah yang mungkin dilakukan banyak orang saat membeli vitamin dan suplemen. Hal ini terungkap dalam 3 riset yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine pada mayoritas orang Amerika.

“Dalam studi ini terungkap tidak ada manfaat kesehatan penting yang diperoleh dari konsumsi multivitamin. Tentunya, kami tetap menghormati produk tersebut,” kata penulis dan editorial dalam Annals of Internal Medicine. Riset ini dilengkapi pertimbangan dari sisi biologis, maupun efek merugikan atau menguntungkan yang mungkin sangat kecil.

Tentang tiga riset

Editorial dalam majalah ini fokus pada riset tentang suplemen vitamin dan mineral yang pernah dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine. Para periset dalam studi pertama tergabung dalam Kaiser Permanente Center for Health Research. Peneliti mereview bukti untuk menentukan efektivitas suplemen vitamin pada orang dewasa. Tentunya responden tidak kekurangan jenis nutrisi lain, untuk mencegah penyakit kanker dan kardiovaskular.

Riset ini melibatkan 450 ribu responden. Peneliti mengkaji tiga penelitian tentang pemberian berbagai jenis multivitamin dan 24 penelitian tentang pemberiaan satu atau dua jenis multivitamin. Dari pengkajian tersebut, peneliti menyimpulkan, tidak ada kejelasan adanya efek menguntungkan konsumsi multivitamin pada pencegahan penyakit kardiovaskuler, kanker, atau kematian karena sebab apapun.

Studi kedua mengevaluasi efektivitas, konsumsi multivitamin harian untuk mencegah penurunan kemampuan kognitif pada pria berusia 65 tahun atau lebih. Riset ini melibatkan 5.947 responden pada studi yang dilakukan Harvard pada 1997. Studi yang bernama Physicians’ Health Study II ini bertujuan mengetahui untung-rugi konsumsi suplemen multivitamin, vitamin E, dan vitamin C, untuk mencegah penyakit kardiovaskuler, kanker, gangguan penglihatan, dan penurunan kemampuan kognitif.

Riset yang dilakukan selama 12 tahun ini membuktikan, tidak ada perbedaan nyata pada orang yang mengkonsumsi suplemen atau sekedar placebo. Sehingga, penurunan kemampuan kognitif dan pencegahan penyakit sama pada orang yang mengkonsumsi suplemen dan tidak.

Pada riset ketiga, peeliti berharap adanya keuntungan dari konsumsi 28 komponen multivitamin dosis tinggi, pada 1.708 pria dan wanita. Sebelumnya para responden berpartisipasi dalam TACT (Trial to Assess Chelation Therapy), yang disponsori suatu rumah sakit. Ternyata, hasil serupa diperoleh seperti pada riset pertama dan kedua.

“Walaupun tidak ada bukti multivitamin tersebut menimbulkan kerugian kecil atau besar dalam populasi luas dan sempit, namun konsumsi suplemen tersebut jug atidak memberikan keuntungan. Konsumsi suplemen seharusnya tidak digunakan untuk pencegahan penyakit kronis,” kata peneliti.

Mengupas 4 Suplemen Rahasia Dr.Oz


Hidup sehat di masa kini rasanya sudah tidak cukup. Kita juga perlu mengupayakan pencegahan agar terhindar dari penyakit di masa mendatang. Penyakit yang dimaksud bukan sebatas infeksi kuman atau serangan jantung, melainkan dalam aspek yang lebih menyeluruh, seperti pikun (demensia), keropos tulang (osteoporosis), dan segelintir masalah-masalah akibat penuaan. Saya yakin, kita sekalian menginginkan badan sehat, bugar, dan lancar menjalankan aktivitas sehari-hari hingga lanjut usia nanti, bukan?

Sering muncul pertanyaan, “suplemen apakah yang baik untuk kesehatan? Sekarang ini saya sehat, tidak sedang mengalami penyakit apa pun, tapi ingin agar daya tahan tubuh tetap terjaga dan fit hingga usia tua”. Pertanyaan itu akhirnya dijawab oleh Dr. Mehmet Oz, seorang ahli bedah jantung yang sering tampil di acara televisi. Setidaknya, ia membeberkan suplemen yang juga dikonsumsinya selama ini.

Menurut Dr. Oz, ada 4 suplemen yang perlu dikonsumsi agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Pertama ialah multivitamin. Kedua ialah vitamin D, karena multivitamin yang ada saat ini kebanyakan tidak menyertakan vitamin D di dalamnya. Bila multivitamin sudah menyertakan vitamin D, maka tidak diperlukan lagi ekstra vitamin D.

Berikutnya ialah omega-3 atau minyak ikan. Dan yang terakhir adalah kalsium dan magnesium. Empat suplemen tersebut sering juga disebut Dr. Oz Ultimate Supplements.

Mari kita bahas apakah 4 suplemen tersebut memang penting dan bermanfaat untuk jangka panjang? Dan apakah kita, yang notabene orang Indonesia, juga perlu mengomsumsi suplemen tersebut? Berikut ulasannya.

Perlukah Multivitamin Selamanya?

Patut diketahui bersama bahwa sejatinya suplemen itu benar-benar dibutuhkan apabila tubuh mengalami kekurangan (defisiensi). Kekurangan vitamin C, maka konsumsilah ekstra vitamin C. Jadi teoritis suplementasi (di atas dosis kebutuhan) tidak diperlukan. Fakta ini memang masih kontroversi hingga sekarang, bahkan di tengah kalangan dokter dan peneliti sekalipun.

Telah banyak studi yang mencoba membuktikan dan mencari fakta sebenarnya. Salah satu jawaban yang terbaik datang dari American Journal of Clinical Nutrition (Am J Clin Nutr) tahun 2013 ini. Penelitian tersebut merupakan meta-analisis yang menilai puluhan studi besar yang telah ada. Dalam hirearki literatur kedokteran, meta-analisis adalah bentuk metode yang paling tinggi bobotnya.

Studi tersebut mencoba melihat, apakah suplementasi multivitamin dan multimineral pada orang sehat dapat memberikan manfaat yang berarti, bila ditinjau dari sudut kematian (mortalitas)? Bila benar bermanfaat, maka setiap orang (sehat maupun sakit) perlu mengonsumsi multivitamin. Namun tak ayal hasilnya kurang memuaskan. Ternyata, tidak ada perbedaan antara konsumen vitamin dengan kelompok yang tidak mengonsumsi suplemen.

Vitamin D dan Kalsium

Seyogyanya, vitamin D berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium. Dan seperti yang marak diberitakan, kalsium adalah komponen penting (bahan baku) penyusun tulang. Konsumsi kalsium secara tepat sangat bermanfaat untuk mencegah keropos tulang di kemudian hari. Jadi secara logika, kombinasi vitamin D-kalsium, bahkan dengan magnesium, akan sangat bermanfaat.

Dr. Oz juga mengatakan bahwa konsumsi vitamin D dan kalsium sangat perlu, terutama bagi populasi negara barat yang kurang terpapar sinar matahari. Alasan ini mungkin dapat dibenarkan, mengingat angka kadar vitamin D rendah (insufisiensi) untuk individu negara Barat cukup tinggi.

Istilah “insufisiensi” digunakan untuk mendeskripsikan tahap antara normal dan defisiensi. Namun, akhir-akhir banyak studi yang melaporkan kaitan berbagai penyakit, baik pada anak, dewasa, atau usia lanjut, pada kondisi insufisiensi vitamin D ini.

Alasan kedua, semakin tua usia seseorang, maka memang terjadi penurunan kadar vitamin D ini. Proses penuaan melibatkan penurunan fungsi sistem organ (kulit, pencernaan, hati, dan ginjal) yang mengatur metabolisme vitamin D. Dan di negara maju, yang notabene memiliki sarana-prasarana kesehatan sangat baik, porsi kelompok usia lanjut (≥65 tahun) menjadi sangat banyak. Bahkan, ada negara yang diprediksikan penduduk usia lanjutnya akan lebih banyak ketimbang kelompok usia muda.

Konsumsi vitamin D sebenarnya telah banyak diteliti dan terbukti memberikan efek positif lain untuk segelintir penyakit, seperti jantung, kanker, dan penyakit degeneratif. Pada orang tua yang sering mengalami keropos tulang, konsumsi vitamin D telah terbukti mampu menguatkan tulang dan otot sehingga mengurangi angka kejadian jatuh (fall) dan patah tulang (fracture).

Sekilas memang menarik untuk mengonsumsi vitamin D. Namun ingat, penelitian-penelitian saat ini masih terbatas pada populasi negara barat yang sering insufisien vitamin D. Untuk populasi Indonesia, studi yang ada hanya terbatas pada kelompok usia tua dan/atau dengan osteoporosis. Jadi, belum ada bukti vitamin D dan kalsium untuk populasi muda dan sehat.

Apakah vitamin D dan kalsium selalu aman? Tentu saja tidak. Efek yang sangat dikhawatirkan adalah hiperkalsemia (tingginya kadar kalsium dalam darah). Hiperkalsemia dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang mengancam nyawa. Demikian halnya dengan kadar magnesium yang berbahaya bila terlampau tinggi.

Kesimpulannya untuk saat ini sama seperti poin 1, suplemen itu benar-benar dibutuhkan apabila tubuh mengalami kekurangan. Mungkin yang menjadi pertanyaan selanjutnya, “Apakah saya yakin memiliki kadar vitamin D dan kalsium yang normal?”

Omega-3 dan Minyak Ikan

Berbeda dengan multivitamin dan multimineral, omega-3 dan minyak ikan ditujukan untuk mencegah penyakit jantung koroner dan memperbaiki profil kolesterol.

Penyelidikan dimulai dari adanya fakta bahwa orang-orang yang sering mengonsumsi ikan lebih jarang mengalami serangan jantung. Setelah ditelusuri, barulah diketahui adanya omega-3 EPA dan DHA yang tinggi pada ikan dan minyak ikan. Omega-3 termasuk asam lemak rantai panjang tidak jenuh (polyunsaturated fatty acid/PUFA). Jenis asam lemak tak jenuh lainnya ialah MUFA (monounsaturated fatty acid), yang banyak ditemukan pada minyak canola dan minyak olive.

Sebaliknya, diet tinggi asam lemak jenuh (saturated fatty acid) terbukti berkaitan dengan peningkatan kolesterol LDL dan kolesterol total, yang diklaim sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner.

Jadi, PUFA sebenarnya sangat diperlukan dalam menu makanan sehari-hari. Di samping meningkatkan PUFA, kita juga perlu menghindari asam lemak jenuh.

Perlu diketahui, sumber makanan PUFA yang digoreng dengan marganin akan mengubah struktur asam lemak menjadi trans-fatty acid. Asam lemak trans- ini pun harus hindari.

Sebagai kesimpulan akhir, kita harus berhati-hati dan selektif dalam mengonsumsi suplemen. Tidak semuanya perlu, dan tidak semuanya aman. Meski penting, hidup sehat hingga tua  juga tidak melulu dari pola makan. Hidup sehat juga perlu didukung dengan olahraga dan pikiran yang sehat.

Kapan Tubuh Butuh Konsumsi Suplemen?

Nutrisi merupakan salah satu faktor penting bagi tubuh yang sehat. Namun terkadang mencukupi kebutuhan nutrisi dari makanan saja tidak cukup, sehingga sebagian orang pun memilih mengonsumsi suplemen.

Hanya saja, penelitian menunjukkan, suplemen tidak selamanya baik untuk dikonsumsi. Bahkan banyak orang yang mengonsumsi suplemen sebagai bentuk dari tindakan berlebihan yang sebenarnya tidak mereka perlukan.

"Agar tidak salah mengonsumsi suplemen, kita perlu mengetahui tanda-tanda tubuh memerlukannya. Dan ada pula saat-saat tertentu tubuh paling membutuhkan suplemen," ungkap dokter spesialis gizi klinik Nanny Djaja.

Nanny menjelaskan, tubuh membutuhkan suplemen biasanya apabila tubuh sedang mengalami kelelahan karena bekerja terlalu keras dan kurang istirahat. Saat ini umumnya sistem imun seseorang sedang menurun kekuatannya sehingga mudah sakit, sementara suplemen akan membantu tubuh untuk lebih berenergi dan memperkuat sistem imun tersebut.

Suplemen yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi orang yang sedang lelah biasanya berupa multivitamin dan mineral. Alasannya suplemen tersebut dapat membantu mengembalikan fungsi sel-sel tubuh sehingga meringankan kelelahan.

Kurang perhatian pada makanan yang diasup juga diketahui sebagai kondisi yang menyebabkan seseorang perlu mengonsumsi suplemen. Menurut Nanny, hal ini erat kaitannya dengan pemenuhan zat gizi yang tidak mampu dicukupi dari makanan saja.

Selain itu ada pula keadaan lain tubuh paling membutuhkan suplemen yaitu saat kurang nafsu makan. "Nutrisi dibutuhkan dari makanan, sehingga bila tidak nafsu makan, bagaimana nutrisi bisa cukup? Itu lah kenapa kita butuh suplemen saat kurang nafsu makan," jelas staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya ini.

Nanny menuturkan, kurang nafsu makan biasanya dialami oleh orang-orang usia lanjut lantaran adanya gangguan pengecap. Selain itu mereka juga rentan mengalami depresi karena merasa sendiri dan kesepian sehingga menurunkan nafsu makannya.

Kondisi lainnya tubuh membutuhkan suplemen adalah kondisi pemulihan setelah sakit. Saat ini, tubuh masih dalam keadaan cukup lemah dan membutuhkan tambahan nutrisi untuk menjadikannya pulih kembali. Sayangnya kondisi setelah sakit biasanya diwarnai dengan nafsu makan yang belum pulih juga, sehingga suplemen bisa dijadikan pilihan.

"Kondisi hamil, menyusui, masa pertumbuhan juga merupakan saat-saat yang paling banyak membutuhkan asupan nutrisi yang prima sehingga konsumsi suplemen mungkin juga dibutuhkan," pungkasnya.

About Blogger

Jakarta Sex and Mystery Magazine "JakartaBatavia Magz" - Enjoy and Relax here.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :