Atas Nama Seni, Pria Ini Akan Kehilangan Keperjakaan di Muka Publik
Jakarta - Seorang pria 19 tahun di London menuai kontroversi pasca mengumumkan akan mempertontonkan dirinya kehilangan keperjakaan di muka publik atas nama seni. Menurutnya hal ini akan menjadi proses pencarian jati diri sekaligus tema diskusi tentang makna keperawanan.
Adalah Clayton Pettet, pria yang mengaku gay dan rencananya akan kehilangan keperjakaan oleh pasangannya di depan sekitar 100 orang di Orange Dot Gallery, Bloomsbury. Adapun tema seni pertunjukan yang ia angkat bertajuk 'Art School Stole My Virginity.'
Dikutip dari Mail Online, Clayton telah merencanakan proyek ini selama kurang lebih tiga tahun. Ia berharap dengan 'penampilannya,' bisa membuka diskusi tanya jawab akan ide-ide seksualitas hingga keperawanan itu sendiri.
Proyek seninya ini sudah ia konsultasikan dengan para pengajarnya di Central Saint Martins College of Arts & Design. Namun ia belum mengutarakan apapun kepada kedua orangtuanya.
"Karya seniku bukan sebuah pernyataan namun lebih ke pertanyaan. Seluruh aspek akan keperawanan ini sangat emosional bagi saya dan terus berlanjut," ujarnya kepada Mail Online. Ia juga menyatakan bahwa esensi dari seni pertunjukan adalah dilakukan hanya sekali dan hal tersebut harus luar biasa sehingga tak terlupakan.
Ia sempat menulis di akun Tumblr-nya: "Ketika teman-teman di sekolahku kehilangan keperawanan mereka, sulit untuk bertanya pada diri sendiri kenapa aku masih perjaka dan mengapa hal itu (kehilangan keperawanan-red) sangat berarti bagi mereka."
Proyek seni ini diharapkan agar audiens bisa melihat apa saja perubahan yang terjadi pasca dirinya kehilangan keperjakaan pasca berhubungan intim. "Rasanya aku seperti kehilangan stigma akan keperawanan. Aku sudah mempertahankan keperjakaanku selama 19 tahun dan tak akan melepasnya begitu saja (tanpa makna-red)."
Mahasiswa tahun kedua sekolah seni prestisius di London tersebut dituding membuat harkat seni jatuh, mengingat hal ini lebih bersifat kepada pornografi murahan yang bisa ditemui di klub gay manapun yang menggelar live show. Pembicara dari The Lesbian & Gay Christian Movement, Rev Sharon Ferguson tak yakin ini bisa dibilang seni.
Pertunjukan yang rencananya akan digelar tanggal 25 Januari tahun depan tersebut dianggapnya menurunkan makna hubungan seksual itu sendiri yang erat kaitannya dengan perasaan cinta yang dimiliki manusia. Ia menambahkan: "Sebagai karya seni di depan audiens, dimana cinta, respek dan mutualisme dari hal itu?"
Alex Shady, Programme Director of Fine Art, Saint Martins mengatakan bahwa proyek seni Clayton tidak berada di bawah bimbingannya dan belum disetujui oleh pihak sekolah. Seluruh staf pengajar masih menimbang implikasinya baik secara legal, emosional, pertunjukan dan kemungkinan mengekplorasi makna lain dari sebuah ekspresi.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment