Nyai Roro Kidul ikut pertemuan gaib, kurangi penduduk Indonesia
Ramalan Joyoboyo sering diuraikan dengan proses kemerdekaan Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Salah satunya adanya 'konferensi gaib' yang tertuang dalam kitab kuno Sapto Pujangga terbitan Kwa Giok Djing, Kudus, yang menyatakan penduduk Indonesia harus dikurangi separo sebagaimana yang dikisahkan oleh KH. Abdoel Wahab Hasbullah, anggota Badan Pertimbangan Agung Republik Indonesia.
Dalam konfrensi gaib tersebut dihadiri perwakilan-perwakilan bangsa gaib dari seluruh Jawa dan Sumatera. Antara lain penguasa Gunung Muria, Gunung Djati, Gunung Bayat, Nyi Roro Kidul penguasa laut selatan dan ada perwakilan dari Sumatera.
Cerita tentang 'konferensi gaib' ini dimulai ketika adanya Konfrensi NU di Jawa Tengah. Salah seorang utusan dari Solo menjelaskan bahwa dirinya mengalami kejadian yang luar biasa.
Seorang lurah di Batoeretno yang terletak di selatan Solo, menceritakan saat dirinya hendak melakukan perjalanan menuju Pacitan kedatangan seorang pemuda. Dia meminta izin untuk memakai pendopo rumahnya guna melakukan rapat malam itu juga.
Dalam cerita tersebut, si lurah sempat bertanya tentang rapat apa yang akan dilaksanakan, dan dijawab oleh sang pemuda akan diadakan rapat gaib.
Si lurah mengira 'rapat gaib' adalah rapat yang dilakukan oleh orang-orang pelaku kebatinan. Beberapa saat kemudian pemuda yang minta izin itu hilang, setelah ia menata pendopo milik si lurah.
Tepat, pukul 19.30 si lurah menunggu kedatangan orang yang hendak mengadakan rapat. Akan tetapi tak seorang pun datang. Namun dalam pendopo mulai terdengar suara-suara yang sedang berbicara sebagaimana biasanya orang datang dalam sebuah rapat.
Suara tersebut makin lama semakin bertambah banyak. Dan pada jam 20.00 tepat, si lurah mendengar pembicaraan bahwa rapat akan segera dibuka dan dilakukan absen untuk mengetahui siapa yang hadir.
Tidak lama kemudian masing-masing perwakilan melakukan absen antara lain dari Gunung Muria, Gunung Jati, Gunung Bayat, penguasa laut selatan Nyi Roro Kidul dan dari penguasa Jawa lainya bahkan ada yang menyatakan dari Sumatera.
Dalam mencuri dengar si lurah mendengarkan pembicaraan secara panjang lebar akan keadaan dan suasana Indonesia, baik secara politik dan lain sebagainya.
Banyak putusan yang diambil dalam pertemuan tersebut mengenai perbaikan Indonesia salah satunya adalah 'Hendak mengurangi penduduk Indonesia hingga 50 persen'.
Putusan tersebut diambil karena kondisi bangsa Indonesia yang dalam keadaan menderita baik secara ekonomi dan tata kehidupan.
Ketika diadakan pembicaraan bagaimana cara mengurangi jiwa bangsa Indonesia terdengar macam-macam usulan diajukan. Akhirnya diambil putusan pengurangan itu harus dilakukan pertama kali kepada pengkhianat perjuangan Indonesia.
Kedua dilakukan kepada mereka yang melakukan korupsi dan ketiga dilakukan kepada mereka yang membuat susah kawanya sendiri. Pemberlakuan pengurangan itu dilakukan sejak sekutu mendarat di Indonesia.
Menurut keterangan lurah tersebut, sungguh pertemuan tersebut seperti halnya pertemuan atau konfrensi yang dilakukan manusia biasa, hanya saja dalam pertemuan tersebut tidak terlihat orangnya dan hanya terdengar suarannya.
Kiai Aboe Amar seorang alim ulama yang terkenal di Solo kala itu ketika ditanya oleh si lurah tersebut, tentang bagaimana pendapat Kiai Aboe Amar tentang kejadian tersebut.
Menurut Kiai Aboe Amar kejadian tersebut merupakan kejadian yang tidak mustahil. Sebab bangsa jin mempunyai alam sebagaimana manusia juga, dan apa yang ada pada manusia ada dalam kehidupan mereka pula, hanya saja manusia tak bisa melihat mereka.
Menurut Kiai Aboe Amar, agama yang diturunkan oleh Allah buat manusia juga untuk mereka bangsa jin.
Cerita ini disampaikan oleh KH. Abdoel Wahab Hasbullah, anggota Badan Pertimbangan Agung Republik Indonesia, yang tertuang dalam Majalah Perdamaian tanggal 1 Desember 1949.
Membaca kisah ini maka akan teringat pada Mingguan Al-Musawar tertanggal 14 Oktober 1949 dimana dalam mingguan tersebut termuat banyak orang yang tidak percaya dengan adaanya roh atau badan halus atau jin.
Dalam laporan angkatan udara Inggris dari keterangan pilot-pilotnya menyatakan saat membombardir Jawa, banyak sekali mendapat gangguan dari udara. Mereka mengaku menyaksikan makhluk-makhluk yang sedang terbang dengan menggunakan tongkat.
Dalam Jangka Joyoboyo juga diterangkan bahwa di tanah Jawa masa lalu terdapat banyak demit (makhluk halus) hingga menjadika Jawa sebagai tanah yang angker.
Tetapi setelah ditanami tumbal oleh Syaikh Subakir dari Persia, maka 'demit' itu melarikan diri ke gunung-gunung dan lautan.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar :
Post a Comment